Dolar AS Melemah, Rupiah Bertambah 57 Poin ke Rp14.244
A
A
A
JAKARTA - Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup menguat di pasar spot pada Senin (3/12/2018). Mata uang kebanggaan kita, rupiah di indeks Bloomberg bertambah 57 poin atau 0,40% ke posisi Rp14.244 per USD.
Sebelumnya, rupiah dibuka menguat 31 poin menjadi Rp14.270 per USD, dibanding penutupan di akhir November alias Jumat (30/11) yaitu di angka Rp14.301 per USD. Senin ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.215-Rp14.270 per USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan hal serupa, dimana rupiah pada Senin petang menguat 62 poin atau 0,43% ke level Rp14.238 per USD, melawan Rp14.300 di Jumat pekan silam. Hari ini, mata uang NKRI diperdagangkan di kisaran Rp14.205-Rp14.335 per USD.
Rupiah mengambil untung dari pelemahan dolar AS, karena permintaan investor untuk aset berisiko meningkat usai AS dan China menyetujui gencatan konflik dagang mereka yang telah mengguncang pasar global.
Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden RRC Xi Jinping dalam pembicaraan G20 di Argentina, sepakat tidak akan menaikkan tarif sebesar 25% pada impor barang China senilai USD200 miliar pada 1 Januari 2019. Selama 90 hari, kedua negara akan melakukan pembicaraan baru demi mencapai kesepakatan damai.
“Gencatan konflik dagang berdampak positif untuk pasar. Tapi pembelian dolar AS dan mata uang safe haven lainnya memudar. Yang akan menguat adalah mata uang dengan risiko tinggi seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru,” ujar Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di NAB, seperti dilansir Reuters.
Indeks USD melawan enam mata uang utama dunia, diperdagangkan turun 0,36% menjadi 96,92. Dolar AS pun kehilangan 0,75% melawan dolar Australia dan jatuh 0,5% terhadap dolar Selandia Baru. Dolar AS juga kehilangan 0,55% melawan yuan China menjadi 6,9109.
Greenback juga melemah 1,2% melawan rand Afrika Selatan dan turun 1,4% terhadap peso Meksiko, karena pedagang menjauhi mata uang USD yang paling likuid di dunia, untuk menaruhnya di mata uang berisiko tinggi.
Mata uang safe haven lainnya, yen Jepang diperdagangkan lebih rendah ke level 113,45 per USD. Adapun euro naik 0,3% menjadi USD1,1350. Euro juga menguat 0,3% terhadap yen menjadi 128,84.
Namun, para analis memperingatkan banyak masalah yang masih harus diselesaikan selama 90 hari gencatan konflik dagang. Kepala Strategi Valuta Asing Asia di RBC Capital Markets, Sue Trinh, mengatakan pertemuan G20 sebagai kemenangan yang lebih kuat bagi AS.
Sambung dia, terlepas dari gencatan konflik dagang, investor harus kembali melihat kebijakan moneter AS, dimana Federal Reserve akan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada Desember ini, yang akan menjadi kenaikan suku bunga keempat kalinya di tahun 2018.
Sebelumnya, rupiah dibuka menguat 31 poin menjadi Rp14.270 per USD, dibanding penutupan di akhir November alias Jumat (30/11) yaitu di angka Rp14.301 per USD. Senin ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.215-Rp14.270 per USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan hal serupa, dimana rupiah pada Senin petang menguat 62 poin atau 0,43% ke level Rp14.238 per USD, melawan Rp14.300 di Jumat pekan silam. Hari ini, mata uang NKRI diperdagangkan di kisaran Rp14.205-Rp14.335 per USD.
Rupiah mengambil untung dari pelemahan dolar AS, karena permintaan investor untuk aset berisiko meningkat usai AS dan China menyetujui gencatan konflik dagang mereka yang telah mengguncang pasar global.
Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden RRC Xi Jinping dalam pembicaraan G20 di Argentina, sepakat tidak akan menaikkan tarif sebesar 25% pada impor barang China senilai USD200 miliar pada 1 Januari 2019. Selama 90 hari, kedua negara akan melakukan pembicaraan baru demi mencapai kesepakatan damai.
“Gencatan konflik dagang berdampak positif untuk pasar. Tapi pembelian dolar AS dan mata uang safe haven lainnya memudar. Yang akan menguat adalah mata uang dengan risiko tinggi seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru,” ujar Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di NAB, seperti dilansir Reuters.
Indeks USD melawan enam mata uang utama dunia, diperdagangkan turun 0,36% menjadi 96,92. Dolar AS pun kehilangan 0,75% melawan dolar Australia dan jatuh 0,5% terhadap dolar Selandia Baru. Dolar AS juga kehilangan 0,55% melawan yuan China menjadi 6,9109.
Greenback juga melemah 1,2% melawan rand Afrika Selatan dan turun 1,4% terhadap peso Meksiko, karena pedagang menjauhi mata uang USD yang paling likuid di dunia, untuk menaruhnya di mata uang berisiko tinggi.
Mata uang safe haven lainnya, yen Jepang diperdagangkan lebih rendah ke level 113,45 per USD. Adapun euro naik 0,3% menjadi USD1,1350. Euro juga menguat 0,3% terhadap yen menjadi 128,84.
Namun, para analis memperingatkan banyak masalah yang masih harus diselesaikan selama 90 hari gencatan konflik dagang. Kepala Strategi Valuta Asing Asia di RBC Capital Markets, Sue Trinh, mengatakan pertemuan G20 sebagai kemenangan yang lebih kuat bagi AS.
Sambung dia, terlepas dari gencatan konflik dagang, investor harus kembali melihat kebijakan moneter AS, dimana Federal Reserve akan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada Desember ini, yang akan menjadi kenaikan suku bunga keempat kalinya di tahun 2018.
(ven)