AS-China Mulai Cairkan Perang Dagang

Selasa, 04 Desember 2018 - 08:07 WIB
AS-China Mulai Cairkan Perang Dagang
AS-China Mulai Cairkan Perang Dagang
A A A
BUENOS AIRES - Pemerintah China akan mengurangi dan mencabut tarif impor mobil dari Amerika Serikat (AS). Langkah ini diharapkan menjadi sinyal kedua negara raksasa tersebut melakukan ‘’gencatan senjata’’ atas perang dagang mereka.

Rencana kebijakan Negeri Tirai Bambu tersebut diungkapkan Presiden AS Donald Trump, sehari setelah menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Buenos Aires, Argentina. Sejauh ini China tidak memberikan komentar apa pun terkait pernyataan Trump yang disampaikan melalui Twitter itu. Jika benar, keputusan tersebut bukan hanya membuat industri automotif AS kembali menggeliat setelah tertekan akibat eskalasi perang dagang, tapi juga akan membawa angin segar bagi perekonomian dunia.

Perang dagang menyebabkan bisnis lokal di AS dan China terluka dan mengganggu kondisi ekonomi internasional.

Kemarin pasar di Asia langsung membaik. Di China, Indeks Hang Seng merangkak 2,5% dan Indeks Shanghai Composite naik 2,6%. Indeks Nikkei 225 di Jepang juga naik 1%. Perkembangan positif juga terjadi di Eropa. Indeks FTSE 100 di Inggris, Cac 40 di Prancis, dan Dax di Jerman masing-masing naik 2% pada awal perdagangan pekan ini.

Indonesia juga merasakan sentimen positif. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Senin (3/12/2018) dibuka menguat. Indeks Bloomberg mencatat rupiah dibuka bertenaga 31 poin ke level Rp14.280 per dolar AS, padahal pada Jumat pekan lalu di level Rp14.301 per dolar AS.

Angin baru hubungan AS-China tersebut merupakan tindak lanjut pertemuan Trump dan Xi di KTT G-20 di Buenos Aires. Dalam momen makam malam bersama keduanya sepakat tidak menaikkan tarif selama 90 hari untuk membuka ruang diskusi. Seusai pertemuan di Buenos Aires, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China menyatakan Presiden China dan AS menginstruksikan tim ekonomi masing-masing untuk mengurus pencabutan semua tarif.

Sebelumnya Trump mengancam menaikkan tarif barang dari China yang mencapai USD200 miliar dari 10% menjadi 25%.Pemerintah AS menyatakan kebijakan tarif merupakan langkah untuk melawan praktik perdagangan China yang timpang. China juga dituduh mencuri kekayaan intelektual. Sejak Juli AS menghantam China dengan tarif tinggi untuk barang senilai USD250 miliar. China balik menyerang dengan kebijakan serupa di sektor automotif.

AS kemudian memberlakukan tarif 25% untuk impor mobil dari China yang sebelumnya hanya 2,5%. Pada Juli juga China, yang merupakan pasar automotif terbesar di dunia, menerapkan tarif 40% untuk impor mobil dari AS. Kenaikan itu sangat tinggi dibanding sebelumnya yang hanya sekitar 15%.

Perang dagang itu memaksa para pembuat mobil menaikkan harga jual produk. Kini mereka dapat bernafas lega. “Beijing telah sepakat untuk mengurangi dan mencabut tarif impor mobil dari AS,” kicau Trump di Twitter, dikutip Bbc.com. Namun, Trump tidak memaparkannya lebih rinci. Pemerintah China juga diam seribu bahasa.

Di dalam keterangan pers Gedung Putih menyatakan kebijakan tarif AS terhadap barang impor dari China tidak akan berubah selama 90 hari. “Jika pada akhir periode yang sudah ditetapkan kedua belah pihak tidak mampu mencapai kesepakatan, tarif 10% akan dinaikkan menjadi 25%,” ungkap Gedung Putih.

Pemerintah AS menyatakan China diharapkan dapat membeli produk pertanian, energi, industri, dan produk lain dari AS secara substansial untuk mengurangi ketimpangan perdagangan di antara kedua negara. Kedua negara juga berjanji untuk secepatnya kembali melakukan negosiasi dalam berbagai aspek yang lain.

“Kami ingin segera memulai negosiasi perubahan struktural untuk memperkuat pengiriman teknologi, perlindungan kekayaan intelektual, hambatan nontarif, intrusi siber, dan pencurian siber,” ungkap Gedung Putih.

Sebaliknya, Menlu China Wang Yi mengatakan perundingan ini mencegah terjadinya friksi ekonomi lebih mendalam.

Pemerintah AS menyatakan China juga memberi sinyal akan mengizinkan kerja sama dua manufaktur semikonduktor yang dihalangi regulator China. Qualcomm dan NXP disebut dapat kembali melakukan negosiasi. Namun, produsen chip terbesar di dunia itu menyatakan kesepakatan dengan NXP sudah mencapai titik buntu.

Para ahli menilai proses negosiasi kemungkinan besar akan berlangsung alot, terutama jika AS dan China sama-sama keras kepala. “Kita sebaiknya tidak menaruh banyak harapan bahwa kesepakatan ini akan mengakhiri perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu,” kata pengamat DBS, Philip Wee.

Wee melanjutkan, ruang ketidakpastian dari kesepakatan AS dan China masih sangat besar karena isu yang disengketakan bukan hanya tentang perdagangan, tapi juga kekayaan intelektual. Pemerintah AS menuduh China memaksa perusahaan AS mentransfer teknologi terhadap mitra bisnis untuk mengakses 1,4 miliar konsumen.

Komisi Kekayaan Intelektual AS mengestimasikan kerugian yang ditelan akibat pencurian kekayaan intelektual mencapai USD225-600 miliar per tahun. Kamar Dagang AS di China juga menyatakan lebih dari separuh anggotanya prihatin dengan pencurian kekayaan intelektual dan merasa cemas melakukan bisnis di China.

Perusahaan AS dilaporkan harus menyepakati kemitraan atau joint venture dengan perusahaan China agar dapat membuka bisnis. Para ahli menilai negosiasi semacam ini biasanya dilakukan secara rahasia. St Louis Federal Reserve pernah menyatakan pada 2015 separuh dari teknologi di China berasal dari perusahaan asing.

Rupiah Menguat
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pertemuan G-20 yang mempertemukan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping membuat rupiah menguat. Hal ini seiring kepercayaan investor yang positif terhadap mata uang Indonesia. "Kita ada di dalam suasana global, di mana keterbukaan ekonomi mengalami dinamika, termasuk nilai tukar rupiah. Sebelumnya, kebijakan The Fed memberikan sentimen yang kuat dan luar biasa kepada dolar AS. Itu berdampak terhadap kurs di negara lainnya," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Senin (3/12/2018).

Seiring kepercayaan investor dan meredanya kekhawatiran konflik dagang, Sri Mulyani berjanji tetap akan menjaga APBN pada 2019. Pasalnya, di tahun ini gejolak ekonomi global telah memengaruhi ekonomi Indonesia. Meski demikian, gejolak ini bisa dilalui dengan cukup baik. "Jadi kita akan mengombinasikan masalah fiskal dan moneter, tetap berkomunikasi untuk menjaga APBN tetap sehat," katanya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga menyatakan bahwa mulai meredanya perang dagang antara AS dan China memberikan sentimen positif ke perekonomian Indonesia. Hal tersebut tercermin dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat.

Darmin mengungkapkan, perang dagang antara dua negara adikuasa tersebut menyebabkan ekonomi global mengalami ketidakstabilan. Indonesia turut merasakan dampak tersebut dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Beruntungnya, rupiah kembali mulai menguat. "Rupiah sebenarnya mulai menguat akhir Oktober lalu, tapi dengan berita ini (meredanya perang dagang), rupiah akan kembali menguat," kata Darmin di Jakarta kemarin.

Dia juga mengungkapkan, saat ini rupiah mengalami penguatan paling besar terhadap dolar Amerika Serikat dibandingkan mata uang negara lain baik di kawasan regional ASEAN maupun negara-negara di dunia lainnya.

Dengan meredanya perang dagang tersebut Darmin berharap perekonomian Indonesia akan semakin tumbuh karena stabilnya nilai tukar mata uang rupiah. Hal ini juga akan membuat pemerintah lebih leluasa dalam menjalankan program-programnya.

Ekonom BCA, David Sumual, mengatakan, penguatan rupiah dipengaruhi oleh optimisme terhadap perdamaian dagang sementara antara Amerika Serikat dan China yang diumumkan setelah pertemuan G-20 di Argentina akhir pekan lalu. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada 3 Desember 2018 tercatat rupiah di level Rp14.252 per dolar AS. (Muh Shamil/Heru Febrianto/ Oktiani Endarwati)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3647 seconds (0.1#10.140)