Rupiah Naik Turun, Sri Mulyani Waspadai Faktor Eksternal
A
A
A
NUSA DUA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menekankan, bakal tetap mewaspadai faktor eksternal terkait pergerakan naik turun nilai tukar rupiah saat berhadapan dengan dolar Amerika Serikat (USD). Setelah sempat membaik, kurs rupiah kembali tertekan menjelang akhir tahun hingga menyentuh level Rp14.275 per USD.
"Nilai tukar Rp14.275/USD, ini yang akan kita terus waspadai dari sisi asumsi makro dan akan mengalami devisiasi," ujar Menkeu Sri Mulyani di Nusa Dua, Bali, Kamis (6/10).
Lebih lanjut, Ia memperkirakan pergerakan rupiah masih dipengaruhi oleh faktor ekternal yang membuat mata uang garuda banyak mengalami perubahan. Untuk itu, Mantan Direktur Bank Dunia ini pun akan tetap menjaga rupiah sesuai target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018.
"Jadi memang rupiah itu masih dipengaruhi dengan kondisi eksternal, sedangkan internal sendiri kita cukup bagus. Dan ini kita akan tetap jaga dan masih kita waspadai kedepan mengenai faktor ekternal yang mempengaruhi rupiah," paparnya.
Sebagai informasi, kasus penangkapan CFO Huawei, Meng Wanzhou di Kanada, terkait pelanggaran sanksi AS mendorong kekhawatiran soal perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Investor pun membuang aset-aset berisiko dan meningkatkan permintaan terhadap mata uang safe haven.
Kondisi tersebut membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada Kamis (6/12) terjungkal di pasar spot. Indeks Bloomberg mencatat mata uang NKRI tertunduk 117 poin atau 0,82% ke level Rp14.520 per USD.
"Nilai tukar Rp14.275/USD, ini yang akan kita terus waspadai dari sisi asumsi makro dan akan mengalami devisiasi," ujar Menkeu Sri Mulyani di Nusa Dua, Bali, Kamis (6/10).
Lebih lanjut, Ia memperkirakan pergerakan rupiah masih dipengaruhi oleh faktor ekternal yang membuat mata uang garuda banyak mengalami perubahan. Untuk itu, Mantan Direktur Bank Dunia ini pun akan tetap menjaga rupiah sesuai target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018.
"Jadi memang rupiah itu masih dipengaruhi dengan kondisi eksternal, sedangkan internal sendiri kita cukup bagus. Dan ini kita akan tetap jaga dan masih kita waspadai kedepan mengenai faktor ekternal yang mempengaruhi rupiah," paparnya.
Sebagai informasi, kasus penangkapan CFO Huawei, Meng Wanzhou di Kanada, terkait pelanggaran sanksi AS mendorong kekhawatiran soal perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Investor pun membuang aset-aset berisiko dan meningkatkan permintaan terhadap mata uang safe haven.
Kondisi tersebut membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada Kamis (6/12) terjungkal di pasar spot. Indeks Bloomberg mencatat mata uang NKRI tertunduk 117 poin atau 0,82% ke level Rp14.520 per USD.
(akr)