Ekonomi Indonesia Semakin Kompetitif di Kancah Internasional
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartato, mengatakan ekonomi Indonesia semakin kompetitif di kancah internasional. Daya saing itu ditunjukkan dari berbagai capaian selama empat tahun terakhir.
"Selama empat tahun terakhir ini, stabilitas ekonomi sangat terasa. Pertumbuhan ekonomi rata-rata masih di atas 5%, lebih tinggi dibanding petumbuhan ekonomi dunia sekitar 3%," ujar Airlangga di Jakarta, Selasa (11/12/2018).
Lebih lanjut, di sisi inflasi, Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla berhasil menekan di angka 3%. Berbeda dengan sebelumnya sebesar 8%.
"Dengan inflasi rendah, maka harga barang tetap rendah. Termasuk juga harga sembako dan yang lain tetap terjaga," katanya.
Di samping itu, tingkat kemiskinan di Indonesia terus turun. Pada Maret 2018, tingkat kemiskinan di angka 9,82%. Ini adalah kali pertama pemerintah bisa menekan angka kemiskinan di bawah 10%. Sedangkan tingkat pengangguran juga terus turun, pada Februari 2018 berada di posisi 5,13%.
Airlangga mengakui, pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, gencar membangun infrastruktur. Upaya ini untuk meningkatkan konektivitas dan mempermudah mobilitas bagi masyarakat dan pelaku usaha. Adapun sumber dana pembangunan itu antara lain dari pengalihan anggaran subsidi energi sebesar Rp200 triliun.
Realisasi infrastruktur itu meliputi jalur kereta api sepanjang 755 Km, jalan 3.432 Km, jalan tol 941 Km dan jembatan 39,8 Km. Selain itu, dibangun 10 bandara baru dan 408 bandara sedang dalam tahap pengembangan. Kemudian ada 19 pelabuhan baru yang juga telah dibangun.
"Capaian itu membuat daya saing Indonesia semakin meningkat. Bahkan saat ini, dalam peringkat Global Competitiveness Index yang sudah memasukkan indeks industri 4.0, posisi kita naik dari ke-47 di tahun 2017 menjadi ke-45 tahun 2018," paparnya.
Airlangga menegaskan, pemerintah semakin fokus dalam membangun industrialisasi dan menjalankan hilirisasi guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah ini sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0. "Penerapan Making Indonesia 4.0 telah dijadikan agenda nasional," tandasnya.
Adapun lima sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan untuk menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika. Pemerintah pun menargetkan produk domestik bruto per kapita dapat tumbuh tujuh kali lipat, dari USD3.800 pada 2017 menjadi USD23.100 di 2045 dengan didorong kinerja sektor manufaktur.
"Selama empat tahun terakhir ini, stabilitas ekonomi sangat terasa. Pertumbuhan ekonomi rata-rata masih di atas 5%, lebih tinggi dibanding petumbuhan ekonomi dunia sekitar 3%," ujar Airlangga di Jakarta, Selasa (11/12/2018).
Lebih lanjut, di sisi inflasi, Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla berhasil menekan di angka 3%. Berbeda dengan sebelumnya sebesar 8%.
"Dengan inflasi rendah, maka harga barang tetap rendah. Termasuk juga harga sembako dan yang lain tetap terjaga," katanya.
Di samping itu, tingkat kemiskinan di Indonesia terus turun. Pada Maret 2018, tingkat kemiskinan di angka 9,82%. Ini adalah kali pertama pemerintah bisa menekan angka kemiskinan di bawah 10%. Sedangkan tingkat pengangguran juga terus turun, pada Februari 2018 berada di posisi 5,13%.
Airlangga mengakui, pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, gencar membangun infrastruktur. Upaya ini untuk meningkatkan konektivitas dan mempermudah mobilitas bagi masyarakat dan pelaku usaha. Adapun sumber dana pembangunan itu antara lain dari pengalihan anggaran subsidi energi sebesar Rp200 triliun.
Realisasi infrastruktur itu meliputi jalur kereta api sepanjang 755 Km, jalan 3.432 Km, jalan tol 941 Km dan jembatan 39,8 Km. Selain itu, dibangun 10 bandara baru dan 408 bandara sedang dalam tahap pengembangan. Kemudian ada 19 pelabuhan baru yang juga telah dibangun.
"Capaian itu membuat daya saing Indonesia semakin meningkat. Bahkan saat ini, dalam peringkat Global Competitiveness Index yang sudah memasukkan indeks industri 4.0, posisi kita naik dari ke-47 di tahun 2017 menjadi ke-45 tahun 2018," paparnya.
Airlangga menegaskan, pemerintah semakin fokus dalam membangun industrialisasi dan menjalankan hilirisasi guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah ini sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0. "Penerapan Making Indonesia 4.0 telah dijadikan agenda nasional," tandasnya.
Adapun lima sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan untuk menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika. Pemerintah pun menargetkan produk domestik bruto per kapita dapat tumbuh tujuh kali lipat, dari USD3.800 pada 2017 menjadi USD23.100 di 2045 dengan didorong kinerja sektor manufaktur.
(ven)