Komoditas Hortikultura Bikin Pemuda Takalar Bergairah Menjadi Petani
A
A
A
MAKASSAR - Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengunjungi lahan pertanian dan berdiskusi dengan para pemuda tani di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Sabtu (15/12). Hamparan lahan pertanian yang dikunjungi ini salah satunya dikelola sekelompok pemuda di Desa Bontomonai, Kecamatan Mangarabombang.
Ketua Perkumpulan Pemuda Tani Takalar, Daeng Siala, mengungkapkan berkat pembangunan pertanian saat ini yang modern, minat pemuda terjun ke dunia pertanian sangat tinggi, sehingga semua lahan tidak ada lagi yang tidur. Petani pun tidak lagi yang generasi tua.
"Pemuda sudah banyak terjun ke sektor pertanian. Bisa dilihat, jika dulu lahan pertanian hanya ditanam satu kali setahun ditanam padi saja, tapi 2 tahun terakhir ini tidak ada lahan tidur karena ditanami komoditas hortikultura," ungkap Daeng Siala saat berbincang dengan Dirjen Hortikultura.
Dia menjelaskan tanaman hortikultura tersebut seperti cabai, semangka, bawang merah, kangkung dan melon. Budidaya hortikultura ini benar-benar menarik pemuda desa untuk bertani karena tidak butuh waktu lama, sudah memberikan keuntungan.
"Tapi sebenarnya semangat kami adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab orang tua kami bertani masih pakai cara lama. Kami anak muda lah yang harus mulai bertani dengan modern agar keuntunganya banyak," jelasnya.
"Alhamdulilllah hasilnya sekarang dirasakan. Kami pemuda tani tanam cabai rawit varietas maruti, harganya Rp12.000 per kg. Dijual ke pasar-pasar Takalar hingga Makassar. Keuntungan kami dapat cukup banyak. Ini baru satu komoditas," sambungnya.
Anggota Pemuda tani, Yayan Suherman menambahkan ke depan untuk memajukan pertanian guna meningkatkan kesejahteraan petani, perlu dibangun kerja sama dengan pihak perbankan dan pelaku usaha lainya. Sinergi ini sangat penting karena semangat pemuda tani sangat tinggi untuk menjadi petani kaya.
"Kami akan optimalkan semua lahan tidur di Takalar ini, bahkan di daerah sekitarnya. Inilah pentingnya sinergi dengan semua pihak terutama terkait pemodalan," tegasnya.
Dirjen Hortikultura, Suwandi mengaku sangat mengapresiasi semangat para pemuda ini untuk menjadi petani khususnya membudidayakan tanaman hortikultura. Semangat ini tentu tidak terlepas dari budidaya pertanian yang sudah menggunakan alat mesin pertanian modern.
"Harapan saya, pemuda tidak hanya fokus di sektor hilirnya, tapi juga harus bisa membangun sektor hulu. Pemuda tani harus bisa membangun pasar juga yang bisa memotong rantai pasok. Jadi petani untung, konsumen pun tersenyum," ujarnya.
Menurut Suwandi, salah satu terobosanya yakni pemuda bisa membangun pasar lelang khususnya cabai. Ini sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga di petani serta memotong rantai pasok dengan pola pasar lelang, sehingga petani akan menikmati harga tertinggi dari penawar yang ada.
"Setelah berkembang pasar lelang ini, nantinya dikembangkan melalui pola e-commerce, penjualan online, pola resi gudang sayuran dan bentuk pasar lainnya yang lebih efisien, praktis dan up to date. Saya yakin di tangan pemuda bisa dengan cepat terwujud," tuturnya.
Perlu diketahui, pasar lelang ini bukan membangun fisik bangunan baru, bukan hard system, yang dibangun adalah soft system-nya. "Namun demikian, bagaimana mempertemukan antara sekelompok petani sebagai penjual dengan para pedagang sebagai pembeli dengan pola lelang," pungkas Suwandi.
Ketua Perkumpulan Pemuda Tani Takalar, Daeng Siala, mengungkapkan berkat pembangunan pertanian saat ini yang modern, minat pemuda terjun ke dunia pertanian sangat tinggi, sehingga semua lahan tidak ada lagi yang tidur. Petani pun tidak lagi yang generasi tua.
"Pemuda sudah banyak terjun ke sektor pertanian. Bisa dilihat, jika dulu lahan pertanian hanya ditanam satu kali setahun ditanam padi saja, tapi 2 tahun terakhir ini tidak ada lahan tidur karena ditanami komoditas hortikultura," ungkap Daeng Siala saat berbincang dengan Dirjen Hortikultura.
Dia menjelaskan tanaman hortikultura tersebut seperti cabai, semangka, bawang merah, kangkung dan melon. Budidaya hortikultura ini benar-benar menarik pemuda desa untuk bertani karena tidak butuh waktu lama, sudah memberikan keuntungan.
"Tapi sebenarnya semangat kami adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab orang tua kami bertani masih pakai cara lama. Kami anak muda lah yang harus mulai bertani dengan modern agar keuntunganya banyak," jelasnya.
"Alhamdulilllah hasilnya sekarang dirasakan. Kami pemuda tani tanam cabai rawit varietas maruti, harganya Rp12.000 per kg. Dijual ke pasar-pasar Takalar hingga Makassar. Keuntungan kami dapat cukup banyak. Ini baru satu komoditas," sambungnya.
Anggota Pemuda tani, Yayan Suherman menambahkan ke depan untuk memajukan pertanian guna meningkatkan kesejahteraan petani, perlu dibangun kerja sama dengan pihak perbankan dan pelaku usaha lainya. Sinergi ini sangat penting karena semangat pemuda tani sangat tinggi untuk menjadi petani kaya.
"Kami akan optimalkan semua lahan tidur di Takalar ini, bahkan di daerah sekitarnya. Inilah pentingnya sinergi dengan semua pihak terutama terkait pemodalan," tegasnya.
Dirjen Hortikultura, Suwandi mengaku sangat mengapresiasi semangat para pemuda ini untuk menjadi petani khususnya membudidayakan tanaman hortikultura. Semangat ini tentu tidak terlepas dari budidaya pertanian yang sudah menggunakan alat mesin pertanian modern.
"Harapan saya, pemuda tidak hanya fokus di sektor hilirnya, tapi juga harus bisa membangun sektor hulu. Pemuda tani harus bisa membangun pasar juga yang bisa memotong rantai pasok. Jadi petani untung, konsumen pun tersenyum," ujarnya.
Menurut Suwandi, salah satu terobosanya yakni pemuda bisa membangun pasar lelang khususnya cabai. Ini sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga di petani serta memotong rantai pasok dengan pola pasar lelang, sehingga petani akan menikmati harga tertinggi dari penawar yang ada.
"Setelah berkembang pasar lelang ini, nantinya dikembangkan melalui pola e-commerce, penjualan online, pola resi gudang sayuran dan bentuk pasar lainnya yang lebih efisien, praktis dan up to date. Saya yakin di tangan pemuda bisa dengan cepat terwujud," tuturnya.
Perlu diketahui, pasar lelang ini bukan membangun fisik bangunan baru, bukan hard system, yang dibangun adalah soft system-nya. "Namun demikian, bagaimana mempertemukan antara sekelompok petani sebagai penjual dengan para pedagang sebagai pembeli dengan pola lelang," pungkas Suwandi.
(ven)