Dibayangi Perang Dagang, Boeing Buka Pabrik 737 Pertama di China

Minggu, 16 Desember 2018 - 09:32 WIB
Dibayangi Perang Dagang, Boeing Buka Pabrik 737 Pertama di China
Dibayangi Perang Dagang, Boeing Buka Pabrik 737 Pertama di China
A A A
ZHOUSHAN - Terlepas dari bayangan perang dagang yang masih berlangsung, Boeing Co resmi membuka pabrik perakitan akhir Boeing 737 di China, Sabtu (15/12) lalu. Investasi strategis pabrikan pesawat asal AS itu ditujukan untuk mengungguli penjualan atas pesaingnya, Airbus, di pasar China.

Pada kesempatan itu, produsen pesawat terbesar dunia itu juga menggelar seremoni pengiriman pesawat Boeing 737 yang diselesaikan di fasilitas baru yang terletak di Kota Zhoushan tersebut ke maskapai milik pemerintah, Air China.

Baik Boeing maupun Airbus telah melakukan ekspansi ke China yang merupakan salah satu pasar pesawat terbesar terbesar dunia saat ini. Pasar pesawat China diprediksi akan mengungguli AS yang merupakan pasar pesawat terbesar dunia saat ini dalam satu dekade ke depan.

Boeing berinvestasi sebesar USD33 juta pada tahun lalu untuk menguasai saham mayoritas di perusahaan patungan dengan BUMN aviasi China, Commercial Aircraft Corp of China (COMAC) untuk membangun pusat penyelesaian Boeing 737 di China. Di fasilitas tersebut Boeing menginstal interior dan melakukan pengecatan.

Pabrikan pesawat yang berbasis di Chicago itu mengekspor satu dari empat pesawat buatannya ke China. Permintaan pesawat China diperkirakan mencapai 7.700 unit dalam 20 tahun ke depan dengan nilai mencapai USD1,2 triliun.

Namun, peresmian pabrik baru itu dibayangi ketidakpastian akibat perang dagang AS-China yang untuk sementara waktu dalam gencatan. AS dan China dalam 90 hari masih bernegosiasi guna mencapai kata sepakat mengenai hubungan dagang kedua negara.

"Apakah saya nervous dengan situasi ini? Pasti. Ini adalah kondisi yang sangat menantang," ungkap President Boeing China John Bruns, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (16/12/2018). "Kami terus mengawasi permainan jangka panjang di China. Jangka panjang, saya optimistis kita dapat melewati ini semua," imbuhnya.

Sejauh ini, perang dagang AS-China telah melukai sejumlah bisnis di Negara Paman Sam maupun Negeri Panda tersebut, seperti yang dialami petani kedelai di AS dan manufaktur di China. Namun, sejauh ini bisnis Boeing masih belum terdampak mengingat produsen pesawat ini dikecualikan dari tarif impor yang diterapkan Beijing.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4376 seconds (0.1#10.140)