Bonus Demografi, RI Akan Naik Jadi Negara Berpendapatan Menengah Atas
A
A
A
JAKARTA - Menghadapi bonus demografi pada kurun 2020 hingga 2030, pemerintah sudah menyiapkan strategi khusus. Dalam periode pertama pemerintahan Jokowi-JK, beberapa pondasi sudah disiapkan.
“Misalnya, konektivitas. Pembangunan infrastruktur didedikasikan untuk mempermudah mobilitas masyarakat bekerja dan berusaha,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam acara Rebut 2024 di The Ice Palace, Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan.
Rebut 2024 adalah aksi yang diinisiasi Asumsi.co untuk mengajak anak muda Indonesia melihat ke masa depan dan mempersiapkan diri dalam menghadapi era disrupsi. Tepatnya ke tahun 2024 di mana Indonesia telah dipimpin oleh generasi baru politisi dan diperkirakan telah naik kelas menjadi negara berpendapatan menengah ke atas (upper-middle income).
Para pembicara yang hadir antara lain Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Anwar Sanusi yang mewakili Eko Sandjoyo, CPO Kitabisa Vikra Ijas, Gustika Jusuf Hatta (anggota Supervisory Board Youth of Indonesia), dan Co-Founder Getcraft Anthony Reza Prasetya.
Airlangga mengatakan, subsidi ratusan triliunan rupiah yang selama ini “dibakar” untuk subsidi BBM, kini dialihkan untuk membangun konektivitas. Hingga 2018, sudah 754,59 km jalur ganda dan reaktivasi rel kereta api dibangun. Termasuk peningkatan dan rehabilitasi jalur kereta api sepanjang 413,6 km.
“Light Rail Transit (LTR) di Sumatera Selatan dan Jakarta sudah selesai dibangun. Untuk LTR di Jabodebek selesai pada 2019. Begitu juga Mass Rapid TRansit (MRT) yang rampung pada 2019,” paparnya.
Dalam pembangunan jalan dan jembatan, hingga 2018 sudah 3.432 jalan baru yang dibangun. Termasuk 941 km jalan tol dan 39,8 km jembatan. “Juga 10 bandara baru yang 2018 selesai dibangun,” terang dia.
Pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan di periode pertama pemerintahan Jokowi akan menjadi pondasi untuk percepatan pertumbuhan saat bonus demografi terjadi. “Setelah periode pertama fokus pada infrastruktur, pada periode kedua nanti akan fokus pada pembangunan SDM,” kata Airlangga.
Karena konsolidasi infrastruktur begitu gencar, Airlangga memproyeksikan Indonesia pada kurun 2020 sampai dengan 2024 akan mengalami pertumbuhan ekonomi 5,4 hingga 6%. “Sektor manufaktur akan menjadi mesin pertumbuhan Indonesia melalui peningkatan produktivitas, investasi, dan ekspor,” ungkapnya.
“Saya adalah seorang believer. Kami sudah siapkan pondasi ekonomi. Kalianlah yang akan melanjutkan. Pada 2045 atau saat Indonesia berusia 100 tahun, kita akan menjadi high income country. GDP sebesar USD 23.199. Pertumbuhan di banyak sektor meningkat pesat. Di sektor pariwisata, akan ada 73 juta turis asing yang datang. Bayangkan Thailand sekarang saja 50 juta per tahun,” tandasnya.Bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia pada kurun 2020-2030 seharusnya bukan dijadikan momok. Justru menjadi potensi bagi Indonesia untuk melesat lebih jauh. Sebab, inilah momen Indonesia untuk menjadi salah satu negara dengan volume ekonomi terbesar.
“Apa yang kita takutkan? Negara-negara lain yang harusnya takut sama kita. Kok jadi kita yang takut sama diri kita sendiri,” kata Co-Founder Asumsi Pangeran Siahaan.
Menurutnya kita tidak perlu takut pada bonus demografi hanya karena merasa tidak siap. Padahal, bonus demografi harus dilihat sebagai tantangan. Bukan musibah.
“Saat bonus demografi terjadi, akan ada tambahan 11 juta tenaga baru. Jutaan tenaga produktif yang melimpah ini bakal mengerek pendapatan negara hingga dua kali lipat. Nggak bisa dibayangin bagaimana besarnya Indonesia nanti,” kata Pange.
“Misalnya, konektivitas. Pembangunan infrastruktur didedikasikan untuk mempermudah mobilitas masyarakat bekerja dan berusaha,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam acara Rebut 2024 di The Ice Palace, Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan.
Rebut 2024 adalah aksi yang diinisiasi Asumsi.co untuk mengajak anak muda Indonesia melihat ke masa depan dan mempersiapkan diri dalam menghadapi era disrupsi. Tepatnya ke tahun 2024 di mana Indonesia telah dipimpin oleh generasi baru politisi dan diperkirakan telah naik kelas menjadi negara berpendapatan menengah ke atas (upper-middle income).
Para pembicara yang hadir antara lain Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Anwar Sanusi yang mewakili Eko Sandjoyo, CPO Kitabisa Vikra Ijas, Gustika Jusuf Hatta (anggota Supervisory Board Youth of Indonesia), dan Co-Founder Getcraft Anthony Reza Prasetya.
Airlangga mengatakan, subsidi ratusan triliunan rupiah yang selama ini “dibakar” untuk subsidi BBM, kini dialihkan untuk membangun konektivitas. Hingga 2018, sudah 754,59 km jalur ganda dan reaktivasi rel kereta api dibangun. Termasuk peningkatan dan rehabilitasi jalur kereta api sepanjang 413,6 km.
“Light Rail Transit (LTR) di Sumatera Selatan dan Jakarta sudah selesai dibangun. Untuk LTR di Jabodebek selesai pada 2019. Begitu juga Mass Rapid TRansit (MRT) yang rampung pada 2019,” paparnya.
Dalam pembangunan jalan dan jembatan, hingga 2018 sudah 3.432 jalan baru yang dibangun. Termasuk 941 km jalan tol dan 39,8 km jembatan. “Juga 10 bandara baru yang 2018 selesai dibangun,” terang dia.
Pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan di periode pertama pemerintahan Jokowi akan menjadi pondasi untuk percepatan pertumbuhan saat bonus demografi terjadi. “Setelah periode pertama fokus pada infrastruktur, pada periode kedua nanti akan fokus pada pembangunan SDM,” kata Airlangga.
Karena konsolidasi infrastruktur begitu gencar, Airlangga memproyeksikan Indonesia pada kurun 2020 sampai dengan 2024 akan mengalami pertumbuhan ekonomi 5,4 hingga 6%. “Sektor manufaktur akan menjadi mesin pertumbuhan Indonesia melalui peningkatan produktivitas, investasi, dan ekspor,” ungkapnya.
“Saya adalah seorang believer. Kami sudah siapkan pondasi ekonomi. Kalianlah yang akan melanjutkan. Pada 2045 atau saat Indonesia berusia 100 tahun, kita akan menjadi high income country. GDP sebesar USD 23.199. Pertumbuhan di banyak sektor meningkat pesat. Di sektor pariwisata, akan ada 73 juta turis asing yang datang. Bayangkan Thailand sekarang saja 50 juta per tahun,” tandasnya.Bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia pada kurun 2020-2030 seharusnya bukan dijadikan momok. Justru menjadi potensi bagi Indonesia untuk melesat lebih jauh. Sebab, inilah momen Indonesia untuk menjadi salah satu negara dengan volume ekonomi terbesar.
“Apa yang kita takutkan? Negara-negara lain yang harusnya takut sama kita. Kok jadi kita yang takut sama diri kita sendiri,” kata Co-Founder Asumsi Pangeran Siahaan.
Menurutnya kita tidak perlu takut pada bonus demografi hanya karena merasa tidak siap. Padahal, bonus demografi harus dilihat sebagai tantangan. Bukan musibah.
“Saat bonus demografi terjadi, akan ada tambahan 11 juta tenaga baru. Jutaan tenaga produktif yang melimpah ini bakal mengerek pendapatan negara hingga dua kali lipat. Nggak bisa dibayangin bagaimana besarnya Indonesia nanti,” kata Pange.
(akr)