Pertamina EP Terapkan EOR Injeksi Polymer di Field Tanjung
A
A
A
TANJUNG - PT Pertamina EP melakukan inovasi dalam upaya meningkatkan produksi minyak di wilayah kerja (WK) PT Pertamina EP area operasi Asset 5, tepatnya di Tanjung Field, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, dengan menerapkan metode perolehan minyak tahap lanjut (Enhanced Oil Recovery/EOR) dengan metode polymer flooding.
"Proven resources dengan tingkat kesulitan eksplorasi terendah praktis kini telah habis dieksploitasi dan menyisakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Karena itu, diperlukan teknologi yang lebih canggih. Salah satunya dengan EOR yang dapat meningkatkan jumlah minyak diekstrak dari ladang minyak mencapai 30-60%, dibandingkan 20-40% dengan menggunakan primary dan secondary recovery," papar President Director Pertamina EP Nanang Abdul Manaf di Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (20/12/2018).
Umumnya, EOR diterapkan pada lapangan yang telah cukup lama diproduksikan (mature field) dengan tujuan mengambil minyak tersisa yang tidak dapat diproduksikan dengan metode perolehan primer dan sekunder (water flooding). Beberapa teknik EOR yang banyak dikenal hingga saat ini adalah injeksi uap panas (steam flooding), injeksi kimia (chemical flooding), dan injeksi gas (gas flooding).
Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Jafee Arizon Suhardin yang hadir dalam peresmian Tanjung Polymer Field Trial menegaskan, saat ini kondisi migas Indonesia adalah kekurangan produksi, bukan minyak. "Minyaknya ada, tapi kita butuh teknologi untuk mengangkat minyak, salah satunya dengan EOR," terangnya.
Menurut Jaffe, dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat terutama di bidang perminyakan, diketemukan salah satu metode untuk membantu meningkatkan produksi minyak. EOR merupakan teknologi yang berhubungan dengan proses di reservoar terkait dengan pengangkatan minyak yang belum bisa terangkat dengan cara pengangkatan primer dan sekunder.
"Pengangkatan primer menggunakan tekanan alamiah dari reservoar, sementara pengangkatan sekunder, menggunakan cara injeksi (air atau gas) sebagai upaya mempertahankan tekanan reservoar yang turun secara alamiah," kata dia.
Nanang menambahkan, pemilihan metode injeksi polymer di Tanjung Field didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu dengan mempertimbangkan temperatur reservoar, fluida reservoar dan kondisi geologi. Polymer merupakan salah satu teknik EOR yang sudah terbukti dapat meningkatkan perolehan minyak dan telah banyak digunakan di lebih dari 50 lapangan di dunia.
"Desain pilot injeksi dibuat dengan kebutuhan polymer sebanyak 70 ton, volume larutan polymer yang diinjeksikan adalah 200.000 barel dengan konsentrasi 2.000 ppm dan laju injeksi sebesar 1.000 barel per hari," ujar Nanang.
Sejak 2016, Pertamina EP telah melakukan studi laboratorium dengan bantuan pakar-pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Uji laboratorium bertujuan untuk mendapatkan polymer yang tepat dan efisien untuk digunakan di Tanjung Field.
Tanjung Field yang terletak di Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan masuk dalam wilayah kerja Pertamina EP Asset 5. Selain Tanjung, empat lapangan lainnya yang dikelola Asset 5 adalah Sangasanga dan Sangatta di Kalimantan Timur serta Tarakan dan Bunyu di Kalimantan Utara.
Untuk realisasi hingga pertengahan Desember, produksi minyak di Tanjung Field mencapai 3.254 BOPD dan realisasi gas mencapai 1.098,99 MMSCFD. Sedangkan untuk Pertamina EP Asset 5 secara keseluruhan, produksi minyak berada di kisaran 18.252 BOPD dan produksi gas di kisaran 15,81 MMSCFD.
"Proven resources dengan tingkat kesulitan eksplorasi terendah praktis kini telah habis dieksploitasi dan menyisakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Karena itu, diperlukan teknologi yang lebih canggih. Salah satunya dengan EOR yang dapat meningkatkan jumlah minyak diekstrak dari ladang minyak mencapai 30-60%, dibandingkan 20-40% dengan menggunakan primary dan secondary recovery," papar President Director Pertamina EP Nanang Abdul Manaf di Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (20/12/2018).
Umumnya, EOR diterapkan pada lapangan yang telah cukup lama diproduksikan (mature field) dengan tujuan mengambil minyak tersisa yang tidak dapat diproduksikan dengan metode perolehan primer dan sekunder (water flooding). Beberapa teknik EOR yang banyak dikenal hingga saat ini adalah injeksi uap panas (steam flooding), injeksi kimia (chemical flooding), dan injeksi gas (gas flooding).
Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Jafee Arizon Suhardin yang hadir dalam peresmian Tanjung Polymer Field Trial menegaskan, saat ini kondisi migas Indonesia adalah kekurangan produksi, bukan minyak. "Minyaknya ada, tapi kita butuh teknologi untuk mengangkat minyak, salah satunya dengan EOR," terangnya.
Menurut Jaffe, dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat terutama di bidang perminyakan, diketemukan salah satu metode untuk membantu meningkatkan produksi minyak. EOR merupakan teknologi yang berhubungan dengan proses di reservoar terkait dengan pengangkatan minyak yang belum bisa terangkat dengan cara pengangkatan primer dan sekunder.
"Pengangkatan primer menggunakan tekanan alamiah dari reservoar, sementara pengangkatan sekunder, menggunakan cara injeksi (air atau gas) sebagai upaya mempertahankan tekanan reservoar yang turun secara alamiah," kata dia.
Nanang menambahkan, pemilihan metode injeksi polymer di Tanjung Field didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu dengan mempertimbangkan temperatur reservoar, fluida reservoar dan kondisi geologi. Polymer merupakan salah satu teknik EOR yang sudah terbukti dapat meningkatkan perolehan minyak dan telah banyak digunakan di lebih dari 50 lapangan di dunia.
"Desain pilot injeksi dibuat dengan kebutuhan polymer sebanyak 70 ton, volume larutan polymer yang diinjeksikan adalah 200.000 barel dengan konsentrasi 2.000 ppm dan laju injeksi sebesar 1.000 barel per hari," ujar Nanang.
Sejak 2016, Pertamina EP telah melakukan studi laboratorium dengan bantuan pakar-pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Uji laboratorium bertujuan untuk mendapatkan polymer yang tepat dan efisien untuk digunakan di Tanjung Field.
Tanjung Field yang terletak di Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan masuk dalam wilayah kerja Pertamina EP Asset 5. Selain Tanjung, empat lapangan lainnya yang dikelola Asset 5 adalah Sangasanga dan Sangatta di Kalimantan Timur serta Tarakan dan Bunyu di Kalimantan Utara.
Untuk realisasi hingga pertengahan Desember, produksi minyak di Tanjung Field mencapai 3.254 BOPD dan realisasi gas mencapai 1.098,99 MMSCFD. Sedangkan untuk Pertamina EP Asset 5 secara keseluruhan, produksi minyak berada di kisaran 18.252 BOPD dan produksi gas di kisaran 15,81 MMSCFD.
(fjo)