Pengusaha Khawatirkan Dampak Pelambatan Ekonomi China ke RI
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengungkapkan bahwa pelambatan pertumbuhan ekonomi China saat ini dapat memengaruhi ekonomi nasional.
Sebab, ekspor Indonesia saat ini masih banyak bergantung pada China. Dia menyebutkan, tahun ini pertumbuhan ekonomi China akan berada di level 6,2%. Hal ini tentu akan berdampak terhadap kinerja ekspor dan pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
"Kita ini lebih sensitif perlambatan pertumbuhan ke China dibandingkan dengan Amerika Serikat. Karena ekspor kita ini banyak melibatkan China," katanya di Gedung Kemendag, Jakarta, Senin (7/1/2019).
Tak hanya itu, sambung Rosan, kinerja ekspor di Tanah Air juga akan lebih baik jika harga komoditas tinggi. Sayangnya, saat ini harga komoditas sedang menurun dan dikhawatirkan juga akan melemahkan ekspor nasional.
"Harga komoditas tidak terlalu tinggi, kemudian dikhawatirkan apabila China perekonomiannya melemah ekspor kita ke China akan menurun. Oleh sebab itu bisa berdampak kepada pertumbuhan perekonomian kita, terutama ekspor kita," imbuh dia.
Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan terus mendorong investasi dan menjaga daya beli masyarakat. Hal ini tentu untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional agar tidak terkoreksi dengan pelambatan tersebut.
"Domestic consumption kita kelihatannya cukup baik dan dari segi indsutri juga diharapkan kalau kita lihat pertumbuhan industri sampai 5,3-5,4% yang mana melebih pertumbuhan GDP kita. Karena biasanya pertumbuhan industri kita kan selalu di bawah GDP. Dengan itu diharapkan pertumbuhan kita akan jauh lebih baik pada tahun 2019 ini," tandasnya.
Sebab, ekspor Indonesia saat ini masih banyak bergantung pada China. Dia menyebutkan, tahun ini pertumbuhan ekonomi China akan berada di level 6,2%. Hal ini tentu akan berdampak terhadap kinerja ekspor dan pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
"Kita ini lebih sensitif perlambatan pertumbuhan ke China dibandingkan dengan Amerika Serikat. Karena ekspor kita ini banyak melibatkan China," katanya di Gedung Kemendag, Jakarta, Senin (7/1/2019).
Tak hanya itu, sambung Rosan, kinerja ekspor di Tanah Air juga akan lebih baik jika harga komoditas tinggi. Sayangnya, saat ini harga komoditas sedang menurun dan dikhawatirkan juga akan melemahkan ekspor nasional.
"Harga komoditas tidak terlalu tinggi, kemudian dikhawatirkan apabila China perekonomiannya melemah ekspor kita ke China akan menurun. Oleh sebab itu bisa berdampak kepada pertumbuhan perekonomian kita, terutama ekspor kita," imbuh dia.
Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan terus mendorong investasi dan menjaga daya beli masyarakat. Hal ini tentu untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional agar tidak terkoreksi dengan pelambatan tersebut.
"Domestic consumption kita kelihatannya cukup baik dan dari segi indsutri juga diharapkan kalau kita lihat pertumbuhan industri sampai 5,3-5,4% yang mana melebih pertumbuhan GDP kita. Karena biasanya pertumbuhan industri kita kan selalu di bawah GDP. Dengan itu diharapkan pertumbuhan kita akan jauh lebih baik pada tahun 2019 ini," tandasnya.
(fjo)