Harga Minyak Jatuh Karena Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global

Sabtu, 12 Januari 2019 - 07:40 WIB
Harga Minyak Jatuh Karena...
Harga Minyak Jatuh Karena Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global
A A A
CONNECTICUT - Harga minyak mentah jatuh hampir 2% pada penutupan perdagangan Jumat (11/1), karena kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global. Meski demikian, beberapa saham perusahaan migas menutup untung dan melanjutkan reli selama seminggu didorong oleh pembicaraan dagang Amerika Serikat dan China.

Melansir dari Reuters, Sabtu (12/1/2019), kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dunia ini membuat harga minyak mentah West Texas Intermediate, jatuh USD1 atau 1,9% menjadi USD51,59 per barel. Dan harga minyak mentah Brent International turun USD1,15 alias 1,9% menjadi USD60,53 per barel.

Kemunduran harga di penutupan perdagangan Jumat, menandai berakhirnya kemenangan harga minyak secara beruntun selama sembilan hari. Merupakan rangkaian kenaikan terbaik sejak Januari 2010 untuk WTI dan April 2007 untuk Brent.

Adapun kedua tolok ukur harga minyak dunia itu, membukukan kenaikan di minggu kedua Januari, dengan WTI naik sekitar 7,5% dan Brent meningkat 6%.

Pasar minyak pada awal pekan lalu berharap besar dari pembicaraan dagang AS dengan China yang diadakan di Beijing. Selama tiga hari perundingan yang berakhir pada Rabu tidak menghasilkan pengumuman konkret. Namun, diskusi tingkat tinggi akan diadakan di akhir Januari.

"Saya pikir pasar minyak sedang dalam pola bertahan dan sedang mencari pendorong berikutnya agar bisa naik," ujar Wakil Presiden Riset Pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut, AS, Gene McGillian.

Menurut dia, turunnya harga si emas hitam karena investor mengkhawatirkan serangkaian data ekonomi baru-baru ini, yang telah menimbulkan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global.

Imbas konflik dagang tahun 2018 yang telah melukai China, membuat Beijing berencana menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah yaitu 6% hingga 6,5% di tahun 2019, lebih rendah dari tahun lalu sebesar 6,5%. Beijing bersiap untuk mengatasi kenaikan tarif oleh AS dan melemahnya permintaan domestik.

Jadi jika mengalami perlambatan ekonomi maka pasar minyak akan berkinerja buruk. Karena ada korelasinya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Di lain sisi, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah sepakat mengurangi pasokan demi menyeimbangkan pasokan, setelah mengalami kekenyangan sepanjang paruh kedua 2018 yang membuat harga anjlok.

Dan yang memainkan peran besar atas kelebihan pasokan minyak adalah Amerika Serikat, dimana produksi minyak mentah AS telah melonjak ke rekor 11,7 juta barel per hari pada tahun 2018.

Perusahaan konsultan JBC Energy pada pekan ini mengatakan AS kemungkinan akan meningkatkan produksi minyak mentah hingga di atas 12 juta barel per hari pada Januari 2019.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0489 seconds (0.1#10.140)