Kemenperin Akan Pacu Industri Hortikultura di Gorontalo
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen mengangkat potensi industri pengolahan komoditas hortikultura di Provinsi Gorontalo. Langkah ini dinilai menjadi solusi guna mendongkrak harga komoditas unggulan lokal seperti kopra dalam jangka panjang.
"Kami bertekad untuk fokus mendorong sektor industri pengolahan produk hortikulura di Gorontalo. Selain karena potensi alamnya yang melimpah, produk industri kita harus berbasis bahan baku dalam negeri dengan kualitas yang mampu kompetitif di pasar ekspor," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam siara pers, Minggu (13/1/2019).
Menperin menegaskan, pihaknya akan menggenjot diversifikasi pada produk komoditas hortikultura untuk memenuhi permintaan ekspor. Selain itu, produksi hortikultura juga akan dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman di dalam negeri.
Dia mengatakan, sebagai penyerap produk hasil pertanian dan perkebunan, industri makanan dan minuman memiliki konsistensi kinerja yang gemilang dengan mampu mengatrol baik pertumbuhan industri pengolahan nonmigas maupun ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor makanan dan minuman sebesar 35,73% terhadap PDB industri non-migas pada triwulan III/2018.
"Kita juga harus mengurangi ketergantungan impor bahan baku produk pertanian sehingga bisa meningkatkan efisiensi di semua rantai nilai industri," tegasnya.
Dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Gorontalo, menperin menemukan bahwa sektor perkebunan kelapa menjadi prospek andalan berlangsungnya produksi pabrik tepung kelapa dan nata de coco di Kabupaten Gorontalo. Didampingi Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, Menperin berkesempatan untuk meninjau dan berdialog langsung dengan para pengusaha dan karyawan PT Royal Coconut dan PT Harvest Gorontalo Indonesia (HGI).
"Terbukti dengan investasi Rp500 miliar, PT HGI bisa menghasilkan devisa ekspor sebesar Rp1,5 triliun. Selain itu, kami meninjau pabrik tepung kelapa PT Royal Coconut yang investasi awalnya Rp100 miliar, saat ini ekspornya mencapai Rp300 miliar. Artinya, ada potensi-potensi Gorontalo dengan industri berbasis hortikultura, dan ini yang akan kami dorong," tegas Airlangga.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Gorontalo, pada tahun 2018, jumlah industri skala besar dan sedang terdapat sebanyak 20 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja 7.693 orang. Sedangkan, industri mikro dan kecil mencapai 12.360 unit usaha dengan melibatkan 31.910 tenaga kerja.
Menperin melanjutkan, tugas pemerintah pusat adalah menyiapkan skema insentif bagi industri di daerah. Salah satunya dalam hal penelitian dan pengembangan produk agar kualitasnya semakin baik setiap tahun.
"Ini adalah industri yang diharapkan oleh pemerintah, industri pengolahan berbasis bahan baku dalam negeri. Nah, seperti di HGI ini karena produknya herbal untuk kesehatan, dan diproduksi dengan standar good manufacturing practice sehingga mempunyai pasar global," imbuhnya.
PT Royal Coconut di Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo merupakan perusahaan pembuatan tepung kelapa. Perusahaan yang mempekerjakan 702 orang karyawan ini mampu menghasilkan 360 ton tepung per bulan dan menjadi komoditas ekspor di Eropa, Afrika dan Asia.
Sementara itu, PT HGI memiliki produk unggulannya, yakni obat herbal SoMan. Perusahaan yang mempekerjakan 204 orang tersebut mampu memproduksi 60.000 botol per bulan yang juga telah memenuhi pasar ekspor.
"Kami bertekad untuk fokus mendorong sektor industri pengolahan produk hortikulura di Gorontalo. Selain karena potensi alamnya yang melimpah, produk industri kita harus berbasis bahan baku dalam negeri dengan kualitas yang mampu kompetitif di pasar ekspor," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam siara pers, Minggu (13/1/2019).
Menperin menegaskan, pihaknya akan menggenjot diversifikasi pada produk komoditas hortikultura untuk memenuhi permintaan ekspor. Selain itu, produksi hortikultura juga akan dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman di dalam negeri.
Dia mengatakan, sebagai penyerap produk hasil pertanian dan perkebunan, industri makanan dan minuman memiliki konsistensi kinerja yang gemilang dengan mampu mengatrol baik pertumbuhan industri pengolahan nonmigas maupun ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor makanan dan minuman sebesar 35,73% terhadap PDB industri non-migas pada triwulan III/2018.
"Kita juga harus mengurangi ketergantungan impor bahan baku produk pertanian sehingga bisa meningkatkan efisiensi di semua rantai nilai industri," tegasnya.
Dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Gorontalo, menperin menemukan bahwa sektor perkebunan kelapa menjadi prospek andalan berlangsungnya produksi pabrik tepung kelapa dan nata de coco di Kabupaten Gorontalo. Didampingi Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, Menperin berkesempatan untuk meninjau dan berdialog langsung dengan para pengusaha dan karyawan PT Royal Coconut dan PT Harvest Gorontalo Indonesia (HGI).
"Terbukti dengan investasi Rp500 miliar, PT HGI bisa menghasilkan devisa ekspor sebesar Rp1,5 triliun. Selain itu, kami meninjau pabrik tepung kelapa PT Royal Coconut yang investasi awalnya Rp100 miliar, saat ini ekspornya mencapai Rp300 miliar. Artinya, ada potensi-potensi Gorontalo dengan industri berbasis hortikultura, dan ini yang akan kami dorong," tegas Airlangga.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Gorontalo, pada tahun 2018, jumlah industri skala besar dan sedang terdapat sebanyak 20 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja 7.693 orang. Sedangkan, industri mikro dan kecil mencapai 12.360 unit usaha dengan melibatkan 31.910 tenaga kerja.
Menperin melanjutkan, tugas pemerintah pusat adalah menyiapkan skema insentif bagi industri di daerah. Salah satunya dalam hal penelitian dan pengembangan produk agar kualitasnya semakin baik setiap tahun.
"Ini adalah industri yang diharapkan oleh pemerintah, industri pengolahan berbasis bahan baku dalam negeri. Nah, seperti di HGI ini karena produknya herbal untuk kesehatan, dan diproduksi dengan standar good manufacturing practice sehingga mempunyai pasar global," imbuhnya.
PT Royal Coconut di Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo merupakan perusahaan pembuatan tepung kelapa. Perusahaan yang mempekerjakan 702 orang karyawan ini mampu menghasilkan 360 ton tepung per bulan dan menjadi komoditas ekspor di Eropa, Afrika dan Asia.
Sementara itu, PT HGI memiliki produk unggulannya, yakni obat herbal SoMan. Perusahaan yang mempekerjakan 204 orang tersebut mampu memproduksi 60.000 botol per bulan yang juga telah memenuhi pasar ekspor.
(fjo)