Bisnis Tambang High Risk, Keamanan Data Eksplorasi Jadi Kunci
A
A
A
JAKARTA - Pertambangan merupakan bisnis high risk, dimana membutuhkan modal besar dan memerlukan waktu lama, hingga menghasilkan tambang yang menguntungkan. Kegiatan pertambangan mulai proses eskplorasi sampai dengan produksi, dibutuhkan rata-rata lima hingga sepuluh tahun untuk mengembangkan sebuah tambang yang menghasilkan dan membutuhkan modal serta memerlukan biaya operasional yang sangat tinggi.
“Proses pengeboran diawali dengan melakukan proses study regional, mapping, kemudian planning pengeboran yang di dalamnya mencakup penentuan titik, mengenai berapa jarak interval, kedalaman yang harus dilakukan proses serta luasan wilayah yang akan dilakukan pengeboran,” jelas Yanes Darmawan, Senior Business Development MICROMINE Indonesia lewat keterangan resmi di Jakarta.
Setelah dilakukan planning, maka selanjutnya ditentukan titik yang akan dibor pada skema model lalu dilakukan proses penentuan titik bor dilapangan. Kemudian melakukan survey layout dan ploting dilokasi pengeboran. Dalam proses ini mencakup di antaranya adalah persiapan lokasi, yaitu pembuatan mud pit (tempat sirkulasi air).
“Apabila daerah pengeboran berada di daerah lereng dan bergelombang, maka dilakukan perataan tanah sehingga daerah titik pengeboran rata dan tidak mengganggu jalannya proses pengeboran termasuk memperhatikan keamanan pada daerah tersebut,” terangnya.
Setelah semua tahapan dan semua persiapan tempat pemboran selesai, maka alat-alat pengeboran serta alat pendukung lainnya di setting di tempat tersebut sehingga jalan pengeboran dapat berlangsung dengan lancar. Apakah pemboran akan dilakukan dengan metode full core/coring maupun open hole dan apakah pemboran dilakukan dengan model miring atau vertikal.
Biaya yang dibutuhkan dalam proses pengeboran tidaklah murah, biaya satu lubang bor bisa lebih dari USD 200.000. “Dengan pertimbangan setiap proyek yang layak akan membutuhkan ratusan lubang bor, maka biaya pengeboran eksplorasi dapat meningkat hingga jutaan dolar. Lebih lanjut, tidak ada jaminan pengembalian dana investasi,” terang Janes.
Karena dalam proyek pertambangan bukan pengeboran yang memberikan nilai proyek, namun lebih ditentukan adanya sampel yang diperoleh dari pengeboran dan analisisnya untuk menentukan kelayakan. “Informasi yang dikumpulkan melalui proses eksplorasi adalah modal nyata dari proyek pertambangan. Tanpa informasi ini, tidak ada cara untuk menentukan apakah ada bijih, jumlah, jenis atau lokasi. Informasi ini akan menentukan kelayakan proyek dan bagaimana, jika memungkinkan, memprosesnya. Intinya, tidak ada tambang tanpa data lubang bor,” paparnya.
Tujuan dari setiap proyek eksplorasi adalah untuk menentukan kelayakan melalui analisis lubang bor dalam database lubang bor. Tanpa database lubang bor yang dikelola, disimpan, dan divalidasi dengan benar, tidak ada data yang akan dianalisis oleh para ahli geologi, dan tidak ada yang akan dihasilkan dari jutaan dollar biaya yang telah diinvestasikan.
“Perusahaan yang telah menggunakan teknologi memahami pentingnya pengelolaan database lubang bor yang akurat yang dapat diakses oleh banyak orang. Mengumpulkan informasi di lapangan untuk kemudian disinkronkan dengan database pusat juga sangatlah penting,” tambahnya.
Solusi teknologi ini membantu mengurangi kesalahan, menyederhanakan dan mempercepat proses pengumpulan data. Yang paling penting, teknologi memungkinkan mengirim informasi data lubang bor dengan tepat untuk mengukur kelayakan suatu proyek.
Menjaga data tetap aman dengan menggunakan solusi manajemen basis data harus menjadi prioritas tertinggi untuk setiap proyek eksplorasi. Software Geobank dari MICROMINE adalah solusi manajemen data yang ideal untuk industri sumber daya. Terlebih lagi dengan eksistensi MICROMINE yang selalu melakukan inovasi teknologi pertambangan selama 33 tahun dan dipakai banyak perusahaan tambang besar di Indonesia maupun banyak negara lainnya.
“Proses pengeboran diawali dengan melakukan proses study regional, mapping, kemudian planning pengeboran yang di dalamnya mencakup penentuan titik, mengenai berapa jarak interval, kedalaman yang harus dilakukan proses serta luasan wilayah yang akan dilakukan pengeboran,” jelas Yanes Darmawan, Senior Business Development MICROMINE Indonesia lewat keterangan resmi di Jakarta.
Setelah dilakukan planning, maka selanjutnya ditentukan titik yang akan dibor pada skema model lalu dilakukan proses penentuan titik bor dilapangan. Kemudian melakukan survey layout dan ploting dilokasi pengeboran. Dalam proses ini mencakup di antaranya adalah persiapan lokasi, yaitu pembuatan mud pit (tempat sirkulasi air).
“Apabila daerah pengeboran berada di daerah lereng dan bergelombang, maka dilakukan perataan tanah sehingga daerah titik pengeboran rata dan tidak mengganggu jalannya proses pengeboran termasuk memperhatikan keamanan pada daerah tersebut,” terangnya.
Setelah semua tahapan dan semua persiapan tempat pemboran selesai, maka alat-alat pengeboran serta alat pendukung lainnya di setting di tempat tersebut sehingga jalan pengeboran dapat berlangsung dengan lancar. Apakah pemboran akan dilakukan dengan metode full core/coring maupun open hole dan apakah pemboran dilakukan dengan model miring atau vertikal.
Biaya yang dibutuhkan dalam proses pengeboran tidaklah murah, biaya satu lubang bor bisa lebih dari USD 200.000. “Dengan pertimbangan setiap proyek yang layak akan membutuhkan ratusan lubang bor, maka biaya pengeboran eksplorasi dapat meningkat hingga jutaan dolar. Lebih lanjut, tidak ada jaminan pengembalian dana investasi,” terang Janes.
Karena dalam proyek pertambangan bukan pengeboran yang memberikan nilai proyek, namun lebih ditentukan adanya sampel yang diperoleh dari pengeboran dan analisisnya untuk menentukan kelayakan. “Informasi yang dikumpulkan melalui proses eksplorasi adalah modal nyata dari proyek pertambangan. Tanpa informasi ini, tidak ada cara untuk menentukan apakah ada bijih, jumlah, jenis atau lokasi. Informasi ini akan menentukan kelayakan proyek dan bagaimana, jika memungkinkan, memprosesnya. Intinya, tidak ada tambang tanpa data lubang bor,” paparnya.
Tujuan dari setiap proyek eksplorasi adalah untuk menentukan kelayakan melalui analisis lubang bor dalam database lubang bor. Tanpa database lubang bor yang dikelola, disimpan, dan divalidasi dengan benar, tidak ada data yang akan dianalisis oleh para ahli geologi, dan tidak ada yang akan dihasilkan dari jutaan dollar biaya yang telah diinvestasikan.
“Perusahaan yang telah menggunakan teknologi memahami pentingnya pengelolaan database lubang bor yang akurat yang dapat diakses oleh banyak orang. Mengumpulkan informasi di lapangan untuk kemudian disinkronkan dengan database pusat juga sangatlah penting,” tambahnya.
Solusi teknologi ini membantu mengurangi kesalahan, menyederhanakan dan mempercepat proses pengumpulan data. Yang paling penting, teknologi memungkinkan mengirim informasi data lubang bor dengan tepat untuk mengukur kelayakan suatu proyek.
Menjaga data tetap aman dengan menggunakan solusi manajemen basis data harus menjadi prioritas tertinggi untuk setiap proyek eksplorasi. Software Geobank dari MICROMINE adalah solusi manajemen data yang ideal untuk industri sumber daya. Terlebih lagi dengan eksistensi MICROMINE yang selalu melakukan inovasi teknologi pertambangan selama 33 tahun dan dipakai banyak perusahaan tambang besar di Indonesia maupun banyak negara lainnya.
(akr)