4 Tahun, Optimasi Lahan Rawa Capai 23.928 Hektar
A
A
A
JAKARTA - Untuk mengimbangi kehilangan lahan sawah produktif, Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengembangan program optimasi lahan rawa yang dimulai tahun 2016. Hingga saat ini, 23.928 hektar lahan rawa telah dioptimasi.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Pending Dadih Permana, mengatakan, saat ini masih banyak masyarakat miskin yang memiliki lahan rawa yang cukup luas. Namun sayangnya belum diusahakan secara optimal.
"Kita telah melaksanakan kegiatan optimasi lahan rawa dalam rangka mengoptimalkan lahan-lahan rawa yang masih sangat luas, khususnya yang berada di luar Jawa. Seperti Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra," ujar Dadih Permana, Kamis (17/1/2109).
Dadih menyebutkan, pada 2016, optimasi lahan rawa dilakukan seluas 3.999 hektar. Pada tahun 2017 melambat menjadi 3.529 hektar. Namun pada tahun 2018, meningkat pesat dengan luasan 16.400 hektar. Alhasil capaian sampai saat ini mencapai 23.928 hektar.
Dadih menjelaskan, lahan rawa Indonesia merupakan lahan produktif yang sangat luas dengan potensi produktivitas mencapai 7,4 ton per hektar. Jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas varietas lokal yang hanya 2,5-3 ton per hektar.
"Pengembangan lahan rawa tidak hanya menyelesaikan pekerjaan fisik saja, tetapi juga pengembangan sumber daya manusianya. Ini karena kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu penentu keberlanjutan program optimasi lahan rawa ini," tuturnya.
Bahkan menurutnya, selama tiga tahun ini, Ditjen PSP akan mendampingi dan memastikan kegiatan budidaya berjalan dengan baik. Salah satu caranya melalui pendampingan dengan memberikan penyuluhan.
"Melalui penyuluhan diharapkan masyarakat bisa mengelola lahan rawa menjadi satu kluster yang menguntungkan untuk kegiatan usaha tani," harapnya.
Sekretaris Dirjen PSP Kementan, Mulyadi Hendiawan, menambahkan pihaknya akan memfokuskan perluasan lahan penanaman padi di lahan rawa dan lahan kering sepanjang tahun ini. Penanaman padi akan dilakukan di areal lahan rawa seluas 500 ribu hektar dan 750 ribu hektar lahan kering.
Mulyadi menyatakan, program baru penanaman padi ini diharapkan pemerintah bisa menjadi terobosan dalam mengatasi semakin berkurangnya ketersediaan lahan tanam.
"Areal baru ini bisa menjadi titik percontohan bagi masyarakat potensi lahan kering di Indonesia masih cukup luas yaitu mencapai 29,39 juta hektar. Untuk lahan rawa, potensi pertaniannya mencapai 7,52 juta hektar," kata Mulyadi.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengaku optimis program Optimasi Lahan Rawa akan memberi dampak baik pada semua pihak. Bahkan, Kementan tahun ini akan menggalakkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI).
"Saya yakin dengan program SERASI maka petani bisa untung 6 kali lipat. Pertama, produktivitas meningkat dari 2 ton menjadi 6 ton per hektare. Selain itu, waktu menanam jauh lebih singkat, dari 25 hari menjadi 3 jam. Tentunya ini sesuai dengan misi kita untuk tingkatkan kesejahteraan petani," ujar Mentan Amran.
Dalam program SERASI, pemerintah mendorong peningkatan kesejahteraan petani melalui konsep koperasi yang dikorporasikan. Selama setahun, program SERASI akan dibiayai oleh pemerintah pusat.
"Kemudian di tahun berikutnya terus bertransformasi menjadi korporasi. Sehingga dikelola secara matang dengan perhitungan profit yang profesional," jelas Amran.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Pending Dadih Permana, mengatakan, saat ini masih banyak masyarakat miskin yang memiliki lahan rawa yang cukup luas. Namun sayangnya belum diusahakan secara optimal.
"Kita telah melaksanakan kegiatan optimasi lahan rawa dalam rangka mengoptimalkan lahan-lahan rawa yang masih sangat luas, khususnya yang berada di luar Jawa. Seperti Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra," ujar Dadih Permana, Kamis (17/1/2109).
Dadih menyebutkan, pada 2016, optimasi lahan rawa dilakukan seluas 3.999 hektar. Pada tahun 2017 melambat menjadi 3.529 hektar. Namun pada tahun 2018, meningkat pesat dengan luasan 16.400 hektar. Alhasil capaian sampai saat ini mencapai 23.928 hektar.
Dadih menjelaskan, lahan rawa Indonesia merupakan lahan produktif yang sangat luas dengan potensi produktivitas mencapai 7,4 ton per hektar. Jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas varietas lokal yang hanya 2,5-3 ton per hektar.
"Pengembangan lahan rawa tidak hanya menyelesaikan pekerjaan fisik saja, tetapi juga pengembangan sumber daya manusianya. Ini karena kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu penentu keberlanjutan program optimasi lahan rawa ini," tuturnya.
Bahkan menurutnya, selama tiga tahun ini, Ditjen PSP akan mendampingi dan memastikan kegiatan budidaya berjalan dengan baik. Salah satu caranya melalui pendampingan dengan memberikan penyuluhan.
"Melalui penyuluhan diharapkan masyarakat bisa mengelola lahan rawa menjadi satu kluster yang menguntungkan untuk kegiatan usaha tani," harapnya.
Sekretaris Dirjen PSP Kementan, Mulyadi Hendiawan, menambahkan pihaknya akan memfokuskan perluasan lahan penanaman padi di lahan rawa dan lahan kering sepanjang tahun ini. Penanaman padi akan dilakukan di areal lahan rawa seluas 500 ribu hektar dan 750 ribu hektar lahan kering.
Mulyadi menyatakan, program baru penanaman padi ini diharapkan pemerintah bisa menjadi terobosan dalam mengatasi semakin berkurangnya ketersediaan lahan tanam.
"Areal baru ini bisa menjadi titik percontohan bagi masyarakat potensi lahan kering di Indonesia masih cukup luas yaitu mencapai 29,39 juta hektar. Untuk lahan rawa, potensi pertaniannya mencapai 7,52 juta hektar," kata Mulyadi.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengaku optimis program Optimasi Lahan Rawa akan memberi dampak baik pada semua pihak. Bahkan, Kementan tahun ini akan menggalakkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI).
"Saya yakin dengan program SERASI maka petani bisa untung 6 kali lipat. Pertama, produktivitas meningkat dari 2 ton menjadi 6 ton per hektare. Selain itu, waktu menanam jauh lebih singkat, dari 25 hari menjadi 3 jam. Tentunya ini sesuai dengan misi kita untuk tingkatkan kesejahteraan petani," ujar Mentan Amran.
Dalam program SERASI, pemerintah mendorong peningkatan kesejahteraan petani melalui konsep koperasi yang dikorporasikan. Selama setahun, program SERASI akan dibiayai oleh pemerintah pusat.
"Kemudian di tahun berikutnya terus bertransformasi menjadi korporasi. Sehingga dikelola secara matang dengan perhitungan profit yang profesional," jelas Amran.
(ven)