Inalum dan Universitas Cendrawasih Jalin Kerja Sama Membangun Papua
A
A
A
JAKARTA - PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum dan Universitas Cendrawasih menandatangani nota kesepakatan kerja sama pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta pengembangan bidang pertambangan, industri dan energi, pada Selasa (15/1/2019).
Penandatanganan dilakukan di kantor Inalum Jakarta oleh Direktur Utama Inalum Budi Sadikin dan Rektor Universitas Cendrawasih (Uncen) Apolo Safanpo disaksikan pembantu rektor IV Fredrik Sokoy, rembantu rektor II Prof Arung Lamba dan Direktur Mining and Metals Industry Indonesia Ratih Amri.
Budi Sadikin mengatakan, salah satu mandat Holding Industri Pertambangan adalah menguasai dan mengelola sumber daya alam. Untuk mencapai ini, perlu disiapkan sumber daya manusia yang mumpuni.
"Inalum mendirikan Mining and Metals Industry Indonesia (MMII) yang salah satu fungsinya adalah bersama universitas dan lembaga riset terkemuka mencetak dan mengembangkan kemampuan para ahli tambang di Indonesia. Kerja sama dengan Universitas Cendrawasih merupakan salah satunya,” kata Budi.
Dia berharap dengan menyiapkan sumber daya manusia di Papua, ke depan SDA juga bisa dikelola secara mandiri oleh putra putri Indonesia, khususnya putra putri Papua.
Nota kesepahaman ini bertujuan mewujudkan pengelolaan pertambangan, industri dan energi nasional yang berkelanjutan melalui kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat serta pengembangan di bidang pertambangan, industri dan energi.
Apolo Safanpo mengapresiasi dan menyambut baik kerja sama di bidang tambang ini. Sumber daya alam di Papua sangat kaya, namun sumber daya manusianya terbatas. "Jadi kami berharap kerja sama ini dapat membantu mengatasi kendala tersebut ke depannya,” ujar Rektor Uncen.
Ruang lingkup nota kesepakatan antara Inalum dan Uncen di antaranya meliputi penyusunan rekomendasi kebijakan strategis untuk mendukung pengelolaan pertambangan, industri, dan energi yang berkelanjutan; serta mengembangkan pertambangan yang ramah lingkungan.
Saat ini MMII telah menandatangani nota kesepakatan dengan lembaga riset terkemuka dari Amerika Serikat, Massachusetts Institute of Technology Energy Initiatives (MITEI). Kolaborasi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengembangan teknologi energi rendah karbon dan pertambangan yang berkelanjutan. Kolaborasi dengan MITEI akan membantu Inalum mengembangkan proyek industri pertambangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, tetapi berbiaya rendah.
Holding Industri Pertambangan Inalum resmi dibentuk pada 27 November 2017, membawahi PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk., PT Timah Tbk., dan PT Freeport Indonesia sebagai anggota Holding. Inalum memegang 65% saham Antam, 65.02% saham Bukit Asam, 65% saham PT Timah Tbk., dan 51,2% saham PT Freeport Indonesia.
Sampai dengan Juni 2018, Inalum membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp30.1 triliun, tumbuh 59% dari tahun lalu. EBITDA Konsolidasi mencapai Rp9.2 triliun, tumbuh 92% dari tahun lalu. Laba bersih konsolidasi mencapai Rp5.3 triliun, atau tumbuh 174% dari tahun 2017.
Penandatanganan dilakukan di kantor Inalum Jakarta oleh Direktur Utama Inalum Budi Sadikin dan Rektor Universitas Cendrawasih (Uncen) Apolo Safanpo disaksikan pembantu rektor IV Fredrik Sokoy, rembantu rektor II Prof Arung Lamba dan Direktur Mining and Metals Industry Indonesia Ratih Amri.
Budi Sadikin mengatakan, salah satu mandat Holding Industri Pertambangan adalah menguasai dan mengelola sumber daya alam. Untuk mencapai ini, perlu disiapkan sumber daya manusia yang mumpuni.
"Inalum mendirikan Mining and Metals Industry Indonesia (MMII) yang salah satu fungsinya adalah bersama universitas dan lembaga riset terkemuka mencetak dan mengembangkan kemampuan para ahli tambang di Indonesia. Kerja sama dengan Universitas Cendrawasih merupakan salah satunya,” kata Budi.
Dia berharap dengan menyiapkan sumber daya manusia di Papua, ke depan SDA juga bisa dikelola secara mandiri oleh putra putri Indonesia, khususnya putra putri Papua.
Nota kesepahaman ini bertujuan mewujudkan pengelolaan pertambangan, industri dan energi nasional yang berkelanjutan melalui kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat serta pengembangan di bidang pertambangan, industri dan energi.
Apolo Safanpo mengapresiasi dan menyambut baik kerja sama di bidang tambang ini. Sumber daya alam di Papua sangat kaya, namun sumber daya manusianya terbatas. "Jadi kami berharap kerja sama ini dapat membantu mengatasi kendala tersebut ke depannya,” ujar Rektor Uncen.
Ruang lingkup nota kesepakatan antara Inalum dan Uncen di antaranya meliputi penyusunan rekomendasi kebijakan strategis untuk mendukung pengelolaan pertambangan, industri, dan energi yang berkelanjutan; serta mengembangkan pertambangan yang ramah lingkungan.
Saat ini MMII telah menandatangani nota kesepakatan dengan lembaga riset terkemuka dari Amerika Serikat, Massachusetts Institute of Technology Energy Initiatives (MITEI). Kolaborasi ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengembangan teknologi energi rendah karbon dan pertambangan yang berkelanjutan. Kolaborasi dengan MITEI akan membantu Inalum mengembangkan proyek industri pertambangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, tetapi berbiaya rendah.
Holding Industri Pertambangan Inalum resmi dibentuk pada 27 November 2017, membawahi PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk., PT Timah Tbk., dan PT Freeport Indonesia sebagai anggota Holding. Inalum memegang 65% saham Antam, 65.02% saham Bukit Asam, 65% saham PT Timah Tbk., dan 51,2% saham PT Freeport Indonesia.
Sampai dengan Juni 2018, Inalum membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp30.1 triliun, tumbuh 59% dari tahun lalu. EBITDA Konsolidasi mencapai Rp9.2 triliun, tumbuh 92% dari tahun lalu. Laba bersih konsolidasi mencapai Rp5.3 triliun, atau tumbuh 174% dari tahun 2017.
(akn)