Onduline Indonesia Edukasi Penggunaan Roof Garden di Indonesia
A
A
A
TANGERANG - Pasar properti nasional terus tumbuh dengan segala tantangannya. Sejalan dengan pertumbuhan tersebut, kebutuhan akan elemen pendukung perumahan juga meningkat.
Pertumbuhan ini yang disasar oleh PT Onduline Indonesia dengan semakin menyosialisasikan atap ringan dari material bitumen, serat selulosa, organik, resin dan mineral-mineral ramah lingkungan yang hemat biaya kepada masyarakat Indonesia. Ada dua brand yang didorong, yaitu dan Onduline dan Onduvilla.
"Di Indonesia, pertama kali diimpor langsung dari Prancis tahun 1970-an. Lalu tahun 2006, kami resmi ada di Indonesia. Alhamdulillah pada 2015 mendapat CNI. Dan tahun lalu, kami berhasil menjual lebih dari 2,1 juta meter persegi. Untuk tahun ini, kami targetkan 3 juta meter persegi," kata Country Director PT Onduline Indonesia, Tatok Prijobodo, saat konferensi pers di Alam Sutera, Tangerang, Kamis (24/1/2019).
Dikatakan Tatok, setiap tahun secara global perusahaan berhasil menjual tidak kurang dari 50 juta meter persegi atap ramah lingkungan yang dikenal dengan green roof atau roof garden. "Kami beroperasi di 120 negara dan memiliki sembilan pabrik di delapan negara," katanya.
Mark Sungkar, Architect & Founder of Green Homes Indonesia, menyambut baik kehadiran produk ramah lingkungan ini. "Selama ini banyak yang minat tapi terkendala mahalnya bahan roof garden. Apa yang ditawarkan oleh PT Onduline Indonesia sudah kami perjuangkan delapan tahun belakangan ini. Arsitek Indonesia harus memperjuangkan desain yang ramah lingkungan," katanya.
Dengan menggunakan bahan roof garden, maka juga dapat menghemat biaya energi. Sebab roof garden bisa meredam panas sinar matahari sehingga penggunaan AC tidak maksimal. Di samping baik juga untuk kesehatan.
"Daya tahan penggunaannya juga sangat lama, Pak Tatok menggaransi sampai 30 tahun. Ini usia pemakaian yang lama dan perawatannya juga tidak terlalu sulit, tergantung keinginan dari pemilik rumah dalam mendesain huniannya," klaim Mark Sungkar.
Terkait edukasi penggunaan roof garden, PT Onduline mendorong para arsitek profesional berpartisipasi dalam ajang Onduline Green Roof Award (OGRA) yang memasuki tahun keempat ini.
"Kegiatan ini bertujuan memotivasi dan mendorong para arsitek muda dalam memberikan solusi yang konseptual dan berkelanjutan terkait kebutuhan desain atap yang kuat, tapi tetap ramah lingkungan dan cocok untuk daerah tropis," harap Tatok.
Lebih lanjut dikatakan, OGRA merupakan wujud apresiasi setinggi-tingginya dari PT Onduline Indonesia bagi kemajuan bidang arsitektur di Indonesia melalui kompetisi desain yang berfokus pada desain atap.
"Kali ini, sayembara dua tahunan mengangkat tema Tropical Green Roof System, selaras dengan diluncurkannya produk terbaru Onduline, yaitu Ondugreen, produk atap ramah lingkungan yang cocok diaplikasikan pada area-area terbuka, seperti dak beton pada bangunan high res building di perhotelan, perkantoran, bahkan untuk dak rumah seperti kanopi santai di atas dak beton, garasi, gazebo (bale terbuka), dan sejenisnya," kata Tatok.
Melalui tema tersebut, para peserta dapat mengeluarkan gagasannya sekreatif dan seinovatif mungkin terkait sistem green roof yang cocok untuk iklim tropis Indonesia. Juga bagaimana sistem tersebut dapat terpasang pada atap bangunan dengan tetap memperhatikan berbagai isu teknis green roof, seperti kemampuan tahan air, dan sistem drainase.
Pendaftaran dibuka mulai 1 Februari 2019 hingga 30 Agustus 2019. Tatok berharap, peserta yang mengikuti seleksi pada tahun ini lebih banyak dari tahun lalu. "Kami menargetkan 160 karya desain masuk di tahun ini, lebih tinggi dari sayembara yang sama dua tahun sebelumnya sekitar 120 karya," sebutnya.
Kegiatan OGRA juga merupakan ajang peningkatan kualitas arsitek di bidang desain arsiktektur, sehingga peluang bersaing di pasar global semakin besar. "Ini bisa menjadi kesempatan yang sangat baik untuk mempromosikan desain arsitektur karya anak bangsa di mata dunia," imbuh Tatok.
Dia menjamin, OGRA terbuka bagi para profesional di bidang arsitek, desainer interior, developer, konsultan perencana, dan kontraktor pelaksana yang telah berprofesi minimal satu tahun. Syaratnya mudah, yakni gagasan desain merupakan karya asli peserta dan belum pernah dipublikasikan dalam lomba apapun.
Peserta bebas menentukan desain penyelesaian dan instalasi atap sesuai dengan iklim tropis Indonesia, asalkan tetap dapat diterapkan di lapangan. Bentuk bangunan bisa berupa gedung komersial (high rise), selain rumah tinggal. Luas bangunan atap mulai 150-350 m2.
"Kami juga mencari desain atap ramah lingkungan yang mempertimbangkan karakteristik lokal, selain cocok dengan iklim tropis di Indonesia," tambahnya.
Tatok bersama-sama Chair Person of Green Building Council Indonesia Naning Adiwoso dan Core Founder Green Building Council Indonesia yang juga Principal of Tropica Greeneries Anggia Murni bakal bertindak sebagai dewan juri.
Seluruh karya desain akan dibukukan secara eksklusif dalam buku Tropical Green Roof Desain dan didistribusikan secara nasional. "Pemenang akan diumumkan pada pertengahan September 2019, dengan rincian hadiah uang tunai total senilai Rp75 juta dan dua iPad Air," tukasnya.
Onduline merupakan solusi atap ringan, ramah lingkungan, serbaguna dan kuat. Tahun ini, pihaknya melansir Ondugreen, produk terbaru sekaligus wujud kepedulian Onduline atas isu Sustainable Living and Green Environment, dimana tren ini sudah menjamur di negara-negara maju yang peduli lingkungan.
"Ondugreen ialah salah satu bukti kontribusi nyata bahwa Indonesia juga sudah mulai merintis jalan menuju ke gaya hidup yang lebih peduli terhadap lingkungan," paparnya.
Ondugreen adalah sebuah sistem atap hijau, dimana atap terbuka dimanfaatkan sebagai area penghijauan. Sehingga memberi manfaat berkelanjutan bagi bangunan itu sendiri, penghuni maupun lingkungan di sekitarnya.
"Produk dirancang dengan waterproofing layer, irrigation, serta drainage system layer, sehingga memudahkan perawatan, baik di musim kering maupun musim hujan," katanya lagi.
Pertumbuhan ini yang disasar oleh PT Onduline Indonesia dengan semakin menyosialisasikan atap ringan dari material bitumen, serat selulosa, organik, resin dan mineral-mineral ramah lingkungan yang hemat biaya kepada masyarakat Indonesia. Ada dua brand yang didorong, yaitu dan Onduline dan Onduvilla.
"Di Indonesia, pertama kali diimpor langsung dari Prancis tahun 1970-an. Lalu tahun 2006, kami resmi ada di Indonesia. Alhamdulillah pada 2015 mendapat CNI. Dan tahun lalu, kami berhasil menjual lebih dari 2,1 juta meter persegi. Untuk tahun ini, kami targetkan 3 juta meter persegi," kata Country Director PT Onduline Indonesia, Tatok Prijobodo, saat konferensi pers di Alam Sutera, Tangerang, Kamis (24/1/2019).
Dikatakan Tatok, setiap tahun secara global perusahaan berhasil menjual tidak kurang dari 50 juta meter persegi atap ramah lingkungan yang dikenal dengan green roof atau roof garden. "Kami beroperasi di 120 negara dan memiliki sembilan pabrik di delapan negara," katanya.
Mark Sungkar, Architect & Founder of Green Homes Indonesia, menyambut baik kehadiran produk ramah lingkungan ini. "Selama ini banyak yang minat tapi terkendala mahalnya bahan roof garden. Apa yang ditawarkan oleh PT Onduline Indonesia sudah kami perjuangkan delapan tahun belakangan ini. Arsitek Indonesia harus memperjuangkan desain yang ramah lingkungan," katanya.
Dengan menggunakan bahan roof garden, maka juga dapat menghemat biaya energi. Sebab roof garden bisa meredam panas sinar matahari sehingga penggunaan AC tidak maksimal. Di samping baik juga untuk kesehatan.
"Daya tahan penggunaannya juga sangat lama, Pak Tatok menggaransi sampai 30 tahun. Ini usia pemakaian yang lama dan perawatannya juga tidak terlalu sulit, tergantung keinginan dari pemilik rumah dalam mendesain huniannya," klaim Mark Sungkar.
Terkait edukasi penggunaan roof garden, PT Onduline mendorong para arsitek profesional berpartisipasi dalam ajang Onduline Green Roof Award (OGRA) yang memasuki tahun keempat ini.
"Kegiatan ini bertujuan memotivasi dan mendorong para arsitek muda dalam memberikan solusi yang konseptual dan berkelanjutan terkait kebutuhan desain atap yang kuat, tapi tetap ramah lingkungan dan cocok untuk daerah tropis," harap Tatok.
Lebih lanjut dikatakan, OGRA merupakan wujud apresiasi setinggi-tingginya dari PT Onduline Indonesia bagi kemajuan bidang arsitektur di Indonesia melalui kompetisi desain yang berfokus pada desain atap.
"Kali ini, sayembara dua tahunan mengangkat tema Tropical Green Roof System, selaras dengan diluncurkannya produk terbaru Onduline, yaitu Ondugreen, produk atap ramah lingkungan yang cocok diaplikasikan pada area-area terbuka, seperti dak beton pada bangunan high res building di perhotelan, perkantoran, bahkan untuk dak rumah seperti kanopi santai di atas dak beton, garasi, gazebo (bale terbuka), dan sejenisnya," kata Tatok.
Melalui tema tersebut, para peserta dapat mengeluarkan gagasannya sekreatif dan seinovatif mungkin terkait sistem green roof yang cocok untuk iklim tropis Indonesia. Juga bagaimana sistem tersebut dapat terpasang pada atap bangunan dengan tetap memperhatikan berbagai isu teknis green roof, seperti kemampuan tahan air, dan sistem drainase.
Pendaftaran dibuka mulai 1 Februari 2019 hingga 30 Agustus 2019. Tatok berharap, peserta yang mengikuti seleksi pada tahun ini lebih banyak dari tahun lalu. "Kami menargetkan 160 karya desain masuk di tahun ini, lebih tinggi dari sayembara yang sama dua tahun sebelumnya sekitar 120 karya," sebutnya.
Kegiatan OGRA juga merupakan ajang peningkatan kualitas arsitek di bidang desain arsiktektur, sehingga peluang bersaing di pasar global semakin besar. "Ini bisa menjadi kesempatan yang sangat baik untuk mempromosikan desain arsitektur karya anak bangsa di mata dunia," imbuh Tatok.
Dia menjamin, OGRA terbuka bagi para profesional di bidang arsitek, desainer interior, developer, konsultan perencana, dan kontraktor pelaksana yang telah berprofesi minimal satu tahun. Syaratnya mudah, yakni gagasan desain merupakan karya asli peserta dan belum pernah dipublikasikan dalam lomba apapun.
Peserta bebas menentukan desain penyelesaian dan instalasi atap sesuai dengan iklim tropis Indonesia, asalkan tetap dapat diterapkan di lapangan. Bentuk bangunan bisa berupa gedung komersial (high rise), selain rumah tinggal. Luas bangunan atap mulai 150-350 m2.
"Kami juga mencari desain atap ramah lingkungan yang mempertimbangkan karakteristik lokal, selain cocok dengan iklim tropis di Indonesia," tambahnya.
Tatok bersama-sama Chair Person of Green Building Council Indonesia Naning Adiwoso dan Core Founder Green Building Council Indonesia yang juga Principal of Tropica Greeneries Anggia Murni bakal bertindak sebagai dewan juri.
Seluruh karya desain akan dibukukan secara eksklusif dalam buku Tropical Green Roof Desain dan didistribusikan secara nasional. "Pemenang akan diumumkan pada pertengahan September 2019, dengan rincian hadiah uang tunai total senilai Rp75 juta dan dua iPad Air," tukasnya.
Onduline merupakan solusi atap ringan, ramah lingkungan, serbaguna dan kuat. Tahun ini, pihaknya melansir Ondugreen, produk terbaru sekaligus wujud kepedulian Onduline atas isu Sustainable Living and Green Environment, dimana tren ini sudah menjamur di negara-negara maju yang peduli lingkungan.
"Ondugreen ialah salah satu bukti kontribusi nyata bahwa Indonesia juga sudah mulai merintis jalan menuju ke gaya hidup yang lebih peduli terhadap lingkungan," paparnya.
Ondugreen adalah sebuah sistem atap hijau, dimana atap terbuka dimanfaatkan sebagai area penghijauan. Sehingga memberi manfaat berkelanjutan bagi bangunan itu sendiri, penghuni maupun lingkungan di sekitarnya.
"Produk dirancang dengan waterproofing layer, irrigation, serta drainage system layer, sehingga memudahkan perawatan, baik di musim kering maupun musim hujan," katanya lagi.
(ven)