Negosiasi Kedelai dan Kemajuan Penting Pembicaraan Dagang China-AS
A
A
A
WASHINGTON - Delegasi perdagangan China mengklaim telah membuat beberapa kemajuan penting dalam pembicaraan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS), seperti dilaporkan media pemerintah China. Meski tidak ada kesepakatan tercapai pada akhir pertemuan dua hari di Washington, tetapi China berjanji akan membeli lebih banyak kedelai asal AS.
Seperti dilansir BBC, Jumat (1/2/2019) kedua ekonomi terbesar di dunia tersebut terus mendorong mencapai kata sepakat dengan batas waktu hingga 1 Maret, mendatang untuk mencegah bergulirnya babak baru perang tarif. Pada konferensi pers dengan Wakil Perdana Menteri Liu He kemarin, Presiden Trump mengaku berharap bisa bertemu dengan Presiden China Xi Jinping untuk menyelesaikan kesepakatan karena dikejar tenggat waktu yang semakin mendekat.
"Kami telah membuat kemajuan luar biasa. Ini tidak berarti kami mencapai kesepakatan, tetapi ada hubungan yang luar biasa dan perasaan hangat," ujar Presiden Trump saat China setuju untuk meningkatkan impor produk pertanian AS, energi, barang industri hingga layanan selama melakukan pembicaraan bersama Liu He.
Progress
Kedua belah pihak berlomba untuk mencapai kesepakatan perdagangan pada 1 Maret, atau AS sebelumnya mengancam bakal kembali menaikkan tarif terharap produk-produk asal China senilai USD200 miliar atau mengalami peningkatan dari 10% menjadi 25%. Negosiator perdagangan AS setuju untuk mengunjungi China dalam lanjutan diskusi pada pertengahan Februari, mendatang.
Pada bulan Desember, kedua negara menyetujui genjatan perang dagang selama 90 hari untuk menjalin negosiasi dalam upaya meredakan konflik dagang antara kedua negara yang meningkat, untuk menyebabkan penerapan kebijakan kenaikan tarif atas produk-produk keduanya yang bernilai miliaran dolar.
Perjanjian Kedelai
Tidak lama setelah gencatan mulai berlaku, China yang sejauh ini merupakan importir kedelai terbesar di dunia telah membeli 1,13 juta ton dari AS. Gedung Putih mengatakan kemarin, bahwa negara tersebut telah setuju untuk membeli tambahan 5 juta ton kedelai.
Kedelai telah berada di garis depan negosiasi, karena petani AS mengalami tekanan akibat kehilangan pelanggan terbesar mereka secara tiba-tiba. Tercatat Negeri Tirai Bambu -julukan China- telah mengimpor lebih dari 30 juta ton kedelai dari AS pada 2017 untuk kemudian angkanya menurun tajam tahun lalu di tengah perang dagang.
Sementara itu, sektor bisnia China berusaha mencari sumber baru untuk menggantikan pasokan kedelai yang berasal dari AS, sebelumnya yang merupakan pemasok terbesar kedua negara itu setelah Brasil pada 2017.
Seperti dilansir BBC, Jumat (1/2/2019) kedua ekonomi terbesar di dunia tersebut terus mendorong mencapai kata sepakat dengan batas waktu hingga 1 Maret, mendatang untuk mencegah bergulirnya babak baru perang tarif. Pada konferensi pers dengan Wakil Perdana Menteri Liu He kemarin, Presiden Trump mengaku berharap bisa bertemu dengan Presiden China Xi Jinping untuk menyelesaikan kesepakatan karena dikejar tenggat waktu yang semakin mendekat.
"Kami telah membuat kemajuan luar biasa. Ini tidak berarti kami mencapai kesepakatan, tetapi ada hubungan yang luar biasa dan perasaan hangat," ujar Presiden Trump saat China setuju untuk meningkatkan impor produk pertanian AS, energi, barang industri hingga layanan selama melakukan pembicaraan bersama Liu He.
Progress
Kedua belah pihak berlomba untuk mencapai kesepakatan perdagangan pada 1 Maret, atau AS sebelumnya mengancam bakal kembali menaikkan tarif terharap produk-produk asal China senilai USD200 miliar atau mengalami peningkatan dari 10% menjadi 25%. Negosiator perdagangan AS setuju untuk mengunjungi China dalam lanjutan diskusi pada pertengahan Februari, mendatang.
Pada bulan Desember, kedua negara menyetujui genjatan perang dagang selama 90 hari untuk menjalin negosiasi dalam upaya meredakan konflik dagang antara kedua negara yang meningkat, untuk menyebabkan penerapan kebijakan kenaikan tarif atas produk-produk keduanya yang bernilai miliaran dolar.
Perjanjian Kedelai
Tidak lama setelah gencatan mulai berlaku, China yang sejauh ini merupakan importir kedelai terbesar di dunia telah membeli 1,13 juta ton dari AS. Gedung Putih mengatakan kemarin, bahwa negara tersebut telah setuju untuk membeli tambahan 5 juta ton kedelai.
Kedelai telah berada di garis depan negosiasi, karena petani AS mengalami tekanan akibat kehilangan pelanggan terbesar mereka secara tiba-tiba. Tercatat Negeri Tirai Bambu -julukan China- telah mengimpor lebih dari 30 juta ton kedelai dari AS pada 2017 untuk kemudian angkanya menurun tajam tahun lalu di tengah perang dagang.
Sementara itu, sektor bisnia China berusaha mencari sumber baru untuk menggantikan pasokan kedelai yang berasal dari AS, sebelumnya yang merupakan pemasok terbesar kedua negara itu setelah Brasil pada 2017.
(akr)