Indonesia Peringkat Keenam Negara Terindah di Dunia

Minggu, 03 Februari 2019 - 07:07 WIB
Indonesia Peringkat Keenam Negara Terindah di Dunia
Indonesia Peringkat Keenam Negara Terindah di Dunia
A A A
JAKARTA - Siapa pun tidak akan memungkiri betapa indahnya alam Indonesia, termasuk para pelancong dari seluruh dunia. Keindahan laut, jajaran pegunungan, keanekaragaman flora, dan fauna menjadi sumber daya wisata luar biasa.

Berdasarkan jajak pendapat netizen di jejaring sosial yang dirilis publisher ternama Inggris, Rough Guides, Indonesia menempati peringkat keenam Negara Terindah di Dunia 2019 dari daftar 20 Negeri Terindah di Dunia. Adapun di posisi lima besar negara terindah berturut-turut Skotlandia, Kanada, Selandia Baru, Italia, dan Afrika Selatan. Di jajaran negara Asia, Indonesia menempati peringkat pertama, mengungguli India yang berada di peringkat ke-13 dan Vietnam ke-20.

Melalui laman www.roughguides.com, penyedia panduan wisata yang berdiri sejak 1982 itu membuat rekomendasi tentang negeri indah yang patut dikunjungi pada 2019. Indonesia dianggap memiliki daya tarik yang sangat tinggi. Selain menyuguhkan suasana perdesaan dan keindahan pulau-pulau, Indonesia juga menawarkan puncak gunung yang menjulang dan menantang. Dari jajak pendapat pembaca, Indonesia dianggap menarik karena memiliki 17.508 pulau dengan kekayaan budayanya.

“Indonesia juga memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang luar biasa,” ungkap Rough Guides. “Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki adat istiadat, kuliner, dan lebih dari 500 bahasa daerah. Pesona Bali dan Lombok yang dikenal atas kuil, titik selancar, dan pantai yang memesona juga menjadi magnet lainnya.”

Menteri Pariwisata (Menpar) RI Arief Yahya menyambut baik dengan prestasi tersebut. Apalagi, Rough Guides merupakan salah satu rujukan utama travellers dunia. Arief mengaku bangga karena pesona Indonesia yang kaya akan pemandangan alam dan budaya yang tidak ada di belahan bumi lain mulai diakui.

Penghargaan ini juga mengukuhkan posisi Indonesia sebagai destinasi wisata kelas dunia. “Hal Ini memberikan optimisme baru bagi sektor pariwisata di Tanah Air,” kata Arief dalam siaran pers. "Posisi ini sangat membanggakan bagi Indonesia. Kita bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia unik," tambahnya.

Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada 2018 mencapai 14,39 juta orang, hampir sama dengan setahun sebelumnya. Namun, angka itu tidak mencapai target 17 juta orang. Maklum, Indonesia mengalami beberapa kali bencana besar, termasuk gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.504 pulau. Dengan populasi hampir 270.054.853 juta jiwa pada 2018, Indonesia memiliki berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama.

Selain memiliki populasi penduduk yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia juga memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar ketiga di dunia. Indonesia juga memiliki lebih dari 400 gunung berapi, 130 di antaranya aktif. Sebagian gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat.

Dengan keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi, Indonesia disebut rumah flora dan fauna, Megabiodiversity atau Indomalaya. Berdasarkan penelitian, 10% tumbuhan, 12% mamalia, 16% reptil, 17% burung, 25% ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3% dari luas bumi.

Jadi Modal
Pengamat pariwisata Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Muhammad Baiquni dan pengamat pariwisata dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung Wisnu Rahtomo menilai keindahan alam merupakan modal penting untuk menarik kunjungan wisata. Namun, modal ini akan sia-sia tanpa diikuti langkah strategis.

Baiquni misalnya masih melihat perlunya Indonesia meyakinkan dunia akan keberadaan keindahan alam yang luar biasa dengan membangun image positif pariwisata. "Pelayanan prima harus dilakukan. Artinya apa, jangan menganggap wisatawan sebagai pendulang devisa. Meskipun wisatawan akan membelanjakan uang di Indonesia, namun kualitas pelayanan, nanti kuantitas akan datang sendiri," terangnya saat dihubungi KORAN SINDO tadi malam.

Dalam pandangannya, ada beberapa hal yang perlu disadari pemangku kepentingan pariwisata di Indonesia. Di antaranya semua pihak harus menyadari tentang geostrategis Indonesia, konsolidasi lintas sektoral atau instansi terkait pada agenda pariwisata, serta membangun image negara Indonesia terkait bencana alam dan teror."Bahwa ini harus dilakukan, Indonesia harus meyakinkan dunia dalam pengelolaan keragaman kehidupan," ucapnya. Selanjutnya dia juga menekankan perlunya memperhatikan isu lingkungan dan masalah transportasi yang berjejaring.

Dia juga menekankan pentingnya pelayanan prima yang sejauh ini belum maksimal, dalam hal ini sistem pelayanan yang baik terhadap wisatawan sehingga mereka betah di Indonesia. Begitu juga persoalan pengelolaan sampah yang perlu lebih dibenahi demi kenyamanan wisatawan, terutama asing.

Wisnu Rahtomo menggarisbawahi pentingnya memiliki market hub yang menghubungkan satu kawasan wisata dengan lainnya. Apalagi, selama ini pintu masuk wisman cenderung ke Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Bali, dan Batam. “Wisatawan paling besar masuk Cengkareng, Denpasar, dan Batam. Kalau pola seperti itu, market hub harus ditingkatkan. Kita harus cari, hub-nya pasar dunia ada di mana. Itu harus dilihat,” jelas ketua jurusan pariwisata STP Bandung ini.

Dia mencontohkan, market hub di beberapa negara di Eropa dan Timur Tengah telah terhubung misalnya antara Turki, Dubai, dan lainnya. Market hub itu yang harus dibangun Indonesia dan mengoptimalkannya.

“Syukurnya, mulai 2019 ini Kemenpar sudah sadar akan market hub itu misalnya Malaysia, Singapura, itu market hub dunia,” timpal dia.

Dia lantas menandaskan, branding Wonderful Indonesia yang dinilai 2015 sebenarnya cukup berhasil. Indonesia sudah merasakan efek kenaikan wisman ke sejumlah destinasi di Tanah Air. “Banyak wisatawan yang sudah menjangkau sosmed (social media). Banyak foto dan destinasi wisata kita, sudah dikenal dunia, bahkan viral," katanya.

Namun, dia masih melihat perlunya meningkatkan keberadaan tema wisata. Tema yang bisa dikembangkan misalnya kuliner, religi, sejarah. Dia mencontohkan tema sejarah bisa dieksplorasi lebih jauh dengan menggarapnya lebih maksimal. Jangan sampai ada situs sejarah, tetapi tidak ada narasi di dalamnya.

Ke depan sektor wisata Indonesia juga mesti memperhatikan pentingnya promosi tarif sehingga ketika objek wisata menjadi viral, alangkah lebih baik bila disertai informasi tarif paket perjalanan ke kawasan tersebut. “Sementara saat ini banyak wisatawan yang pakai (beli) online. Semua booking sendiri. Nah, pas sudah sampai airport, mereka pusing mau jalan pakai apa dan ke mana. Mestinya itu tidak terjadi,” imbuh Wisnu.(Arif Budianto/Suharjono)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5685 seconds (0.1#10.140)