Ekspor Jagung 2019 Ditarget Kementan Capai 500.000 Ton

Rabu, 06 Februari 2019 - 22:06 WIB
Ekspor Jagung 2019 Ditarget Kementan Capai 500.000 Ton
Ekspor Jagung 2019 Ditarget Kementan Capai 500.000 Ton
A A A
LAMONGAN - Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan pada tahun 2019 akan mengekspor sekitar 500.000 ton jagung. Sementara hingga akhir tahun 2018, ekspor jagung sudah mencapai 380.000 ton.

"Karena tahun lalu 380.000 ton, tahun ini bisa naik sampai 500.000 ton. Dan itu tidak bisa dibantah. Sekarang ini bagaimana kita harus tingkatkan ekspor jagung ke depan," kata Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman di sela acara panen raya jagung di Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (6/2/2019).

Dia melanjutkan, angka ekspor jagung senilai 380.000 ton tersebut terbilang masih sangat kecil jika dibandingkan dengan impor jagung yang sejumlah 3,5 juta ton. Akan tetapi, lanjut Amran, Indonesia sudah berhasil menurunkan impor jagung dari sekitar 3,5 juta ton pada 2014 menjadi 1,3 juta ditahun 2015. Lalu pada 2016 turun menjadi 900.000 ton dan tahun 2017 tidak ada ekspor.

"Tahun 2018 ekspor 380.000 ton, impor 100.000 ton artinya surplus. Terpenting adalah dulu kita impor dari Argentina dan Amerika, sekarang kita sudah bisa ekspor. Nah ini membalik, dari impor menjadi ekspor," ungkap dia.

Sementara itu, impor yang dilakukan pada akhir tahun lalu menurutnya saat itu ada alokasi impor gandum 200.000 ton untuk industri pakan ternak. Perusahaan besar memilih untuk menggunakan jagung daripada impor, karena waktu itu dollar sekitar Rp15.000. Maka dari itu, diputuskan untuk impor karena perusahaan besar alihkan yang biasa gunakan campuran gandum jadi ke jagung.

"Kami lacak kenapa impor padahal kami hitung surplus. Yang terjadi adalah ada rekomendasi impor gandum 200.000 ton untuk pakan ternak feedmill. Perusahaan besar memilih untuk menggunakan jagung daripada impor karena waktu itu dollar Rp15.000. Jadi lebih untung jagung, tetapi susahkan peternak," ungkapnya.

"Makanya kami putuskan untuk impor 100.000 ton karena perusahaan besar alihkan yang biasa gunakan campuran gandum jadi ke jagung. Ini tidak benar. Tetapi tidak apa apa kita harus jaga petani dan peternak," beber Amran.

Dirinya pun optimistis, maksimal dalam dua bulan kedepan Indonesia sudah ekspor lagi. Dalam kesempatan panen raya jagung di Kabupaten Lamongan, Amran juga berharap para petani dapat mensuplai kebutuhan jagung peternak baik yang berada di wilayah Lamongan, maupun di kabupaten lainnya.

"Kami berharap Bulog dapat membantu menyerap jagung petani saat panen raya seperti ini, sehingga dapat menjadi buffer stock," ujarnya.

Selain itu, petani jagung dan peternak ayam mandiri juga dapat menikmati masa panen raya jagung saat ini melalui mekanisme distribusi dan stok yang baik. Disaat bersamaan, Mentan menambahkan bantuan bibit jagung untuk Kabupaten Lamongan tahun 2019 dua kali lipat dari tahun lalu.

"Bantuan tahun ini berani kalau dikali dua dari jumlah bantuan tahun lalu. Supaya dari Lamongan bisa suplai kebutuhan peternak Blitar? Tahun ini jadi 20.000 Paket dengan pupuk," jelas Amran.

Sementara itu, sebagai salah satu sentra ternak ayam petelur, kebutuhan Jagung pakan di Blitar sangat tinggi. Sehingga Mentan secara spontan berinisiatif membuatkan kesepakatan antara Kabupaten Blitar dan Lamongan. Kesepakatan pembelian jagung ini akan menjembatani keduanya, dengan Bulog berada di tengah untuk mengatur penyerapan kagung dan pasokan dari Lamongan ke Blitar.

"Ini model baru, nggak usah pulang ambil stempel. Kertas kesepakatan ini tolong masing-masing dibawa pulang. Traktor dan dryer kami bantu kirim ke sini, hasilnya kirim ke Blitar," tegas Amran.

Untuk melancarkan kesepakatan ini, Amran pun menyiapkan minimal 20 dryer atau mesin pengering jagung dengan kekuatan 10 ton per 8 jam. Selain dryer, Pemerintah akan memberikan bantuan 10 traktor roda empat serta 5 unit alat panen. "Ini semua untuk rakyat, bukan untuk tengkulak. Kami tidak ingin dipermainkan. Ini solusi konkret dan permanen," tukas Amran.

Wakil Bupati Lamongan Kartika Hidayati menambahkan, panen jagung yang dilakukan petani saat ini merupakan wujud syukur karena musim panen telah tiba. “Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Menteri Pertanian karena petani kami pada tahun 2018 telah banyak dibantu untuk mengembangkan jagung di wilayah kami”, ungkapnya.

Pada tahun 2018, Kementan telah memberikan bantuan berupa Unit Pengolah Pupuk Organik sebanyak 17 unit senilai Rp2,5 Miliar, Dryer UV sebanyak 10 unit senilai Rp 1,87 Miliar, Rice Milling Unit (RMU) modern sekitar Rp 500 juta.

Luas lahan jagung di Kecamatan Modo sendiri 1.627 Ha yang dimiliki oleh beberapa kelompok tani dengan rata-rata kepemilikan 0,5 ha per orang. Sedangkan luas hamparan jagung di lokasi panen saat ini mencapai 496 Ha.

Kartika menjelaskan, harga jagung di tingkat petani saat ini untuk tongkol berkisar antara Rp. 2.000 – 2.200 per kg, pipil basah Rp3.500 hingga Rp3.800 per kg dan pipil kering Rp4.800-Rp5.000. Saat ini, ssmbung dia, Lamongan memiliki Program inovasi tanam Jagung dan peternakan yang terkenal dengan sebutan TERSAPU JAGAT atau Ternak Sapi Usaha Jagung Meningkat.

"Berkat inovasi ini, kita manfaatkan kotoran sapi menjadi pupuk organik untuk tanaman jagung, sehingga jagung yang dihasilkan menjadi 2 kali lipat meningkat provitasnya menjadi rata-rata sebanyak 10,3 ton per hektar, yang biasanya hanya dengan rata-rata 5-6 ton," pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4975 seconds (0.1#10.140)