Gubernur BI: Kebijakan Moneter Global Mulai Kendur
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melihat arah kebijakan bank sentral di berbagai kawasan di dunia saat ini mulai mengendur. BI pun akan menyesuaikan kebijakan moneternya sesuai namun dengan fokus pada stabilitas guna memperkokoh fundamental ekonomi.Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan bank sentral di berbagai negara memang berbeda-beda menyesuaikan kondisi ekonomi masing-masing. Namun, imbuh dia, tahun ini arah kebijakan moneter global menunjukkan indikasi netral dan tidak seketat tahun-tahun sebelumnya.
"Esensinya, arah kebijakan moneter global khususnya di Amerika Serikat (AS) tidak seketat yang kita perkirakan sebelumnya," ujar Perry, Jumat (8/2/2019).
Menurut dia, kenaikan suku bunga normatif tidak setinggi yang diperkirakan. Berbagai pihak, kata dia, memperkirakan paling banyak AS akan menaikkan suku bunga dua kali. Ada pula yang memperkirakan satu kali, atau bahkan tidak naik sama sekali. "Tapi masih ada ketidakpastian. Bagaimana respons masing-masing bank sentral ditentukan kondisi masing-masing negara," tambahnya.
Di Indonesia sendiri, lanjut dia, untuk suku bunga arah kebijakan moneter yang diterapkan BI masih fokus menjaga stabilitas eksternal, khususnya nilai tukar dan bagaimana menurunkan Current Account Defisit (CAD) atau Defisit Transaksi Berjalan untuk memperkokoh fundamental ekonomi.
"Tiap bulan kami review perkembangan ekonomi dan domestik, dan bagaimana menentukan kebijakan suku bunga ke depan. Jadi kebijakan moneter suku bunga masih diarahkan menjaga stabilitas eksternal, untuk nilai tukar dan turunkan defisit transaksi berjalan," tegasnya.
Perry juga meyakinkan bahwa likuiditas perbankan di Indonesia tetap kuat dan menjukkan ekonomi yang lebih baik di tahun 2019.
"Tapi, arah kebijakan likuiditas tetap kami kendurkan. Likuiditas perbankan sudah kami lakukan injeksi melalui operasi moneter. Secara keseluruhan kondisi likuiditas perbankan masih cukup. Kebijakan likuiditas kami arahkan pro-growth," tandasnya.
"Esensinya, arah kebijakan moneter global khususnya di Amerika Serikat (AS) tidak seketat yang kita perkirakan sebelumnya," ujar Perry, Jumat (8/2/2019).
Menurut dia, kenaikan suku bunga normatif tidak setinggi yang diperkirakan. Berbagai pihak, kata dia, memperkirakan paling banyak AS akan menaikkan suku bunga dua kali. Ada pula yang memperkirakan satu kali, atau bahkan tidak naik sama sekali. "Tapi masih ada ketidakpastian. Bagaimana respons masing-masing bank sentral ditentukan kondisi masing-masing negara," tambahnya.
Di Indonesia sendiri, lanjut dia, untuk suku bunga arah kebijakan moneter yang diterapkan BI masih fokus menjaga stabilitas eksternal, khususnya nilai tukar dan bagaimana menurunkan Current Account Defisit (CAD) atau Defisit Transaksi Berjalan untuk memperkokoh fundamental ekonomi.
"Tiap bulan kami review perkembangan ekonomi dan domestik, dan bagaimana menentukan kebijakan suku bunga ke depan. Jadi kebijakan moneter suku bunga masih diarahkan menjaga stabilitas eksternal, untuk nilai tukar dan turunkan defisit transaksi berjalan," tegasnya.
Perry juga meyakinkan bahwa likuiditas perbankan di Indonesia tetap kuat dan menjukkan ekonomi yang lebih baik di tahun 2019.
"Tapi, arah kebijakan likuiditas tetap kami kendurkan. Likuiditas perbankan sudah kami lakukan injeksi melalui operasi moneter. Secara keseluruhan kondisi likuiditas perbankan masih cukup. Kebijakan likuiditas kami arahkan pro-growth," tandasnya.
(fjo)