Atasi Defisit Perdagangan, Butuh Inovasi dari Dalam Negeri
A
A
A
JAKARTA - Mengatasi defisitnya neraca perdagangan Indonesia membutuhkan strategi dan inovasi dari pemerintah dan pelaku usaha. Kendati tekanan dari situasi global sedikit mengendur, inisiatif dari dalam negeri tetap dibutuhkan.
Pengamat ekonomi dari UGM dan Komisioner Badan Supervisi Bank Indonesia (BI) Muhammad Edhie Purnawan mengatakan, defisit perdagangan ini perlu diwaspadai.
Menurutnya ada beberapa pertimbangan yang jadi patokan, antara lain meski ke depan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih akan terus berlanjut, namun tensinya sedikit akan berkurang.
Kemudian, Presiden AS Donald Trump memberi indikasi melalui pidato kenegaraan bahwa dia dan Kongres berusaha menemukan solusi untuk mencegah penutupan pemerintah yang sedikit banyak mempengaruhi pertumbuhan dan permintaan dunia.
"Bagi Indonesia, kesepakatan-kesepakatan tersebut adalah positif. Karena ini dapat menghambat pelemahan ekonomi China yang menjadi mitra dagang terbesar Indonesia," ujar Edhie di Jakarta, kemarin.
Di samping itu, lanjut dia, perdagangan dunia cenderung akan membaik. Indikasinya dari kedua pimpinan sedang mewujudkan kesepakatan perdagangan baru antara AS dan China dan mengakhiri praktik perdagangan yang tidak adil, mengurangi defisit perdagangan, dan melindungi pekerja.
"Harapan di 2019, China dan beberapa mitra dagang besar Indonesia termasuk Jepang akan tetap menggeliat dan semakin bagus sehingga ekspor kita tetap terjaga. Namun Indonesia harus berimprovisasi mencari segera mitra-mitra dagang nonkonvensional untuk memperbaiki neraca dagang pada 2019 ini," tambahnya.
Pengamat ekonomi dari UGM dan Komisioner Badan Supervisi Bank Indonesia (BI) Muhammad Edhie Purnawan mengatakan, defisit perdagangan ini perlu diwaspadai.
Menurutnya ada beberapa pertimbangan yang jadi patokan, antara lain meski ke depan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih akan terus berlanjut, namun tensinya sedikit akan berkurang.
Kemudian, Presiden AS Donald Trump memberi indikasi melalui pidato kenegaraan bahwa dia dan Kongres berusaha menemukan solusi untuk mencegah penutupan pemerintah yang sedikit banyak mempengaruhi pertumbuhan dan permintaan dunia.
"Bagi Indonesia, kesepakatan-kesepakatan tersebut adalah positif. Karena ini dapat menghambat pelemahan ekonomi China yang menjadi mitra dagang terbesar Indonesia," ujar Edhie di Jakarta, kemarin.
Di samping itu, lanjut dia, perdagangan dunia cenderung akan membaik. Indikasinya dari kedua pimpinan sedang mewujudkan kesepakatan perdagangan baru antara AS dan China dan mengakhiri praktik perdagangan yang tidak adil, mengurangi defisit perdagangan, dan melindungi pekerja.
"Harapan di 2019, China dan beberapa mitra dagang besar Indonesia termasuk Jepang akan tetap menggeliat dan semakin bagus sehingga ekspor kita tetap terjaga. Namun Indonesia harus berimprovisasi mencari segera mitra-mitra dagang nonkonvensional untuk memperbaiki neraca dagang pada 2019 ini," tambahnya.
(fjo)