Ekspor RI Terbesar Berasal dari Jawa Barat di Januari 2019
A
A
A
JAKARTA - Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada periode Januari 2019 masih berasal dari Pulau Jawa, dimana salah satu produksi asal Jawa Barat (Jabar) memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Ekspor Indonesia paling tinggi di awal tahun bersal dari dari Jawa Barat dengan nilai USD2,58 miliar atau setara 18,62%.
""Jawa Barat dengan nilai USD2,58 miliar diikuti Kalimantan Timur USD1,46 miliar atau 10,55% dan Jawa Timur USD1,43 miliar (10,30%)," terang Kepala BPS Suhariyanto saat menyampaikan laporan neraca perdagangan awal tahun ini di Jakarta, Jumat (15/2/2019).
Sementara berdasarkan negara, ekspor nonmigas Januari 2019 terbesar adalah ke China yaitu USD1,71 miliar, disusul Amerika Serikat USD1,51 miliar dan Jepang USD1,20 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,96%. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD1,38 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan ekspor tertinggi masih disumbang menuju China. Pasalnya beberapa komoditas yang diekspor ke China masih sangat tinggi.
"Berdasarkan negara masih ke Tiongkok sharenya 13,52% kemudian ke Amerika Serikat 11,97% ke Jepang 9,47% pangsanya 20,71% untuk Asia. Lalu untuk pangsa pasar Uni Eropa 10.95%. Jadi kita masih punya tantangan untuk mendiversifikasi produk dan membuka pasar non tradisional," sambungnya.
Lebih lanjut Suhariyanto menyarankan agar pemerintah memiliki nilai tambah ekspor salah satunya pemanfaatan industri pengolahan. "Jadi kita inginkan agar industri pengolahan ditingkatkan karena industri itu juga memiliki nilai yang tinggi sehingga bisa mendapatkan produk berkualitas," paparnya.
""Jawa Barat dengan nilai USD2,58 miliar diikuti Kalimantan Timur USD1,46 miliar atau 10,55% dan Jawa Timur USD1,43 miliar (10,30%)," terang Kepala BPS Suhariyanto saat menyampaikan laporan neraca perdagangan awal tahun ini di Jakarta, Jumat (15/2/2019).
Sementara berdasarkan negara, ekspor nonmigas Januari 2019 terbesar adalah ke China yaitu USD1,71 miliar, disusul Amerika Serikat USD1,51 miliar dan Jepang USD1,20 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 34,96%. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD1,38 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan ekspor tertinggi masih disumbang menuju China. Pasalnya beberapa komoditas yang diekspor ke China masih sangat tinggi.
"Berdasarkan negara masih ke Tiongkok sharenya 13,52% kemudian ke Amerika Serikat 11,97% ke Jepang 9,47% pangsanya 20,71% untuk Asia. Lalu untuk pangsa pasar Uni Eropa 10.95%. Jadi kita masih punya tantangan untuk mendiversifikasi produk dan membuka pasar non tradisional," sambungnya.
Lebih lanjut Suhariyanto menyarankan agar pemerintah memiliki nilai tambah ekspor salah satunya pemanfaatan industri pengolahan. "Jadi kita inginkan agar industri pengolahan ditingkatkan karena industri itu juga memiliki nilai yang tinggi sehingga bisa mendapatkan produk berkualitas," paparnya.
(akr)