Gubernur BI Sebut Rupiah Masih Kemurahan
A
A
A
JAKARTA - Hingga pekan keempat Februari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) masih fluktuatif. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menilai kurs rupiah saat ini masih undervalued atau terlalu murah jika dilihat dari sisi nilai fundamentalnya.
"Meski belakangan bergerak stabil tapi nilai tukar rupiah masih undervalued. Kita berharap rupiah bergerak stabil sesuai mekanisme pasar," ujar Perry di Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Dan Perry berharap nilai tukar rupiah bisa terus bergerak stabil, seiring aliran modal asing yang meningkat di pasar keuangan domestik dan BI yang mebambah suplai. Selain itu suku bunga The Fed yang rendah, mendukung rupiah ke arah sana.
Bank sentral pun telah mengambil langkah antisipasi terhadap rupiah yang masih panas dingin. Salah satunya melalui instrumen di pasar serta adanya domestic non deliverable forward (DNDF).
Bank Indonesia juga terus berkoordinasi dengan pemerintah, seperti Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan dalam menjaga fundamental serta menopang ekonomi Indonesia.
Data BI menyebut nilai tukar rupiah terhadap USD pada kuartal IV-2018, secara point to point menguat 3,63% dibanding kuartal III-2018. Hal ini ditopang oleh Neraca Pembayaran Indonesia yang mencatat surplus. Penguatan rupiah berlanjut pada Januari 2019 yang mencapai 2,92%, dan terus terjadi pada Februari ini.
Adapun pada perdagangan Kamis (21/2), kurs rupiah di indeks Bloomberg dibuka melemah 5 poin ke level Rp14.049 per USD, dibanding Rabu lalu di Rp14.044 per USD. Hingga pukul 16.11 WIB, rupiah tergerus 26 poin atau 0,19% ke level Rp14.070 per USD.
"Meski belakangan bergerak stabil tapi nilai tukar rupiah masih undervalued. Kita berharap rupiah bergerak stabil sesuai mekanisme pasar," ujar Perry di Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Dan Perry berharap nilai tukar rupiah bisa terus bergerak stabil, seiring aliran modal asing yang meningkat di pasar keuangan domestik dan BI yang mebambah suplai. Selain itu suku bunga The Fed yang rendah, mendukung rupiah ke arah sana.
Bank sentral pun telah mengambil langkah antisipasi terhadap rupiah yang masih panas dingin. Salah satunya melalui instrumen di pasar serta adanya domestic non deliverable forward (DNDF).
Bank Indonesia juga terus berkoordinasi dengan pemerintah, seperti Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan dalam menjaga fundamental serta menopang ekonomi Indonesia.
Data BI menyebut nilai tukar rupiah terhadap USD pada kuartal IV-2018, secara point to point menguat 3,63% dibanding kuartal III-2018. Hal ini ditopang oleh Neraca Pembayaran Indonesia yang mencatat surplus. Penguatan rupiah berlanjut pada Januari 2019 yang mencapai 2,92%, dan terus terjadi pada Februari ini.
Adapun pada perdagangan Kamis (21/2), kurs rupiah di indeks Bloomberg dibuka melemah 5 poin ke level Rp14.049 per USD, dibanding Rabu lalu di Rp14.044 per USD. Hingga pukul 16.11 WIB, rupiah tergerus 26 poin atau 0,19% ke level Rp14.070 per USD.
(ven)