Industri Nasional Harus Bersiap Hadapi Tren Baru Pasca Digitalisasi
A
A
A
JAKARTA - Tantangan dunia usaha di Tanah Air harus bersiap menghadapi babak baru, yaitu Post Digital Era (masa pasca digital). Kondisi ini ditandai pertumbuhan bisnis-bisnis dengan membuat kemajuan yang signifikan menggunakan teknologi digital.
Namun teknologi baru dengan sangat cepat mengembangkan ekspektasi dan perilaku masyarakat. Tren dunia ‘pasca digital’ yang sedang berkembang di berbagai negara maju ini didasarkan pada kemampuan organisasi untuk memberikan personalisasi bagi pelanggan, karyawan dan mitra bisnisnya.
Managing Director Accenture Technology Indonesia Indra Permana mengatakan, saat ini pelaku industri telah mengembangkan bisnis dengan digitalisasi. Namun babak berikutnya yang akan menjadi masalah baru adalah bagaimana produk mereka bisa unik di antara yang lain. Hal ini sudah dirasakan oleh pedagang e-commerce yang harus membuat akun dan situs mereka menarik untuk dikunjungi pembeli online di tengah ribuan akun dagang yang ada.
“Jadi kompetisi berikutnya adalah personalisasi buat pengalaman para pelanggan. Hal ini juga harus dilakukan untuk pegawai dan mitra bisnisnya. Kedua pihak itu ternyata juga sama pentingnya dalam bisnis jaman sekarang,” ujar Indra kemarin dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (21/2).
Lebih lanjut dia menerangkan, dalam menjalankan bisnis perusahaan harus menggandeng pihak lain dalam bentuk platform. Mulai dari supplier hingga sistem pembayaran. Semuanya harus merasa senyaman mungkin dengan menggunakan perangkat digital. Misalnya pekerja sekarang terbiasa memakai teknologi digital sehingga tidak betah apabila harus bertatap muka.
“Ini bikin tidak nyaman sekalipun buat yang mau melamar kerja. Tidak nyaman karena tidak praktis. Tapi risiko digitalisasi adalah soal keamanan dan keamanan data personal bisa bobol. Karena itu akan ada tren baru teknologi yang akan dikembangkan,” terangnya.
Managing Director Accenture Technology Indonesia Leonard Nugroho mengutarakan, saat ini tren digital yang berkembang di Indonesia baru sebatas social media, mobile apps, data analytics, dan cloud (SMAC). Namun kedepan akan ada lima tren berbeda yaitu Distributed ledger, artificial intelligence, extended reality, quantum computing (DARQ).
Tren teknologi terbaru ini akan menjadi rangkaian teknologi baru berikutnya untuk memicu perubahan langkah dan memberikan kesempatan bagi bisnis-bisnis untuk menata ulang seluruh industri. “Tantangannya bagaimana ke depan perusahaan mengeksplorasi jejak digital masyarakat. Kita harus bisa petakan para konsumen secara komprehensif sehingga lebih kenal dan akrab. Perusahaan domestik yakin ada market baru yang bisa diciptakan dengan memanfaatkan digital,” ujar Leonard.
Lebih detail dia menjelaskan, mengenai DARQ yang dibutuhkan untuk memaksimalkan level SMAC yang kini sudah berkembang. Misalnya distributed ledgers atau blockchain akan membuat proses perdagangan dan transaksi lebih aman karena tidak gampang dimanipulasi. Namun saat ini di Indonesia mayoritas dalam tingkat uji coba karena terlalu ideal untuk menghilangkan fraud dan lainnya.
Teknologi lainnya adalah artificial intelligence yang juga sudah cukup ramai di Indonesia dalam berbagai chatbot di beberapa perusahaan. Teknologi ini akan memudahkan konsumen berinteraksi dengan perusahaan tanpa tambahan SDM.
Kemudian juga ada extended reality merupakan pengembangan dari augmented reality sehingga barang dapat langsung dipesan saat itu juga. Sehingga tidak hanya menarik namun juga langsung menguntungkan perusahaan karena pembelian lebih cepat.“Industri konsumer seperti sepatu akan mengembangkan kustomisasi produk yang langsung bisa dibeli. Inilah yang kami lihat di masa depan yaitu integrasi kustomisasi dan real time service. Kombinasi keduanya akan menjadi the next big wave,” ujarnya.
Namun teknologi baru dengan sangat cepat mengembangkan ekspektasi dan perilaku masyarakat. Tren dunia ‘pasca digital’ yang sedang berkembang di berbagai negara maju ini didasarkan pada kemampuan organisasi untuk memberikan personalisasi bagi pelanggan, karyawan dan mitra bisnisnya.
Managing Director Accenture Technology Indonesia Indra Permana mengatakan, saat ini pelaku industri telah mengembangkan bisnis dengan digitalisasi. Namun babak berikutnya yang akan menjadi masalah baru adalah bagaimana produk mereka bisa unik di antara yang lain. Hal ini sudah dirasakan oleh pedagang e-commerce yang harus membuat akun dan situs mereka menarik untuk dikunjungi pembeli online di tengah ribuan akun dagang yang ada.
“Jadi kompetisi berikutnya adalah personalisasi buat pengalaman para pelanggan. Hal ini juga harus dilakukan untuk pegawai dan mitra bisnisnya. Kedua pihak itu ternyata juga sama pentingnya dalam bisnis jaman sekarang,” ujar Indra kemarin dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (21/2).
Lebih lanjut dia menerangkan, dalam menjalankan bisnis perusahaan harus menggandeng pihak lain dalam bentuk platform. Mulai dari supplier hingga sistem pembayaran. Semuanya harus merasa senyaman mungkin dengan menggunakan perangkat digital. Misalnya pekerja sekarang terbiasa memakai teknologi digital sehingga tidak betah apabila harus bertatap muka.
“Ini bikin tidak nyaman sekalipun buat yang mau melamar kerja. Tidak nyaman karena tidak praktis. Tapi risiko digitalisasi adalah soal keamanan dan keamanan data personal bisa bobol. Karena itu akan ada tren baru teknologi yang akan dikembangkan,” terangnya.
Managing Director Accenture Technology Indonesia Leonard Nugroho mengutarakan, saat ini tren digital yang berkembang di Indonesia baru sebatas social media, mobile apps, data analytics, dan cloud (SMAC). Namun kedepan akan ada lima tren berbeda yaitu Distributed ledger, artificial intelligence, extended reality, quantum computing (DARQ).
Tren teknologi terbaru ini akan menjadi rangkaian teknologi baru berikutnya untuk memicu perubahan langkah dan memberikan kesempatan bagi bisnis-bisnis untuk menata ulang seluruh industri. “Tantangannya bagaimana ke depan perusahaan mengeksplorasi jejak digital masyarakat. Kita harus bisa petakan para konsumen secara komprehensif sehingga lebih kenal dan akrab. Perusahaan domestik yakin ada market baru yang bisa diciptakan dengan memanfaatkan digital,” ujar Leonard.
Lebih detail dia menjelaskan, mengenai DARQ yang dibutuhkan untuk memaksimalkan level SMAC yang kini sudah berkembang. Misalnya distributed ledgers atau blockchain akan membuat proses perdagangan dan transaksi lebih aman karena tidak gampang dimanipulasi. Namun saat ini di Indonesia mayoritas dalam tingkat uji coba karena terlalu ideal untuk menghilangkan fraud dan lainnya.
Teknologi lainnya adalah artificial intelligence yang juga sudah cukup ramai di Indonesia dalam berbagai chatbot di beberapa perusahaan. Teknologi ini akan memudahkan konsumen berinteraksi dengan perusahaan tanpa tambahan SDM.
Kemudian juga ada extended reality merupakan pengembangan dari augmented reality sehingga barang dapat langsung dipesan saat itu juga. Sehingga tidak hanya menarik namun juga langsung menguntungkan perusahaan karena pembelian lebih cepat.“Industri konsumer seperti sepatu akan mengembangkan kustomisasi produk yang langsung bisa dibeli. Inilah yang kami lihat di masa depan yaitu integrasi kustomisasi dan real time service. Kombinasi keduanya akan menjadi the next big wave,” ujarnya.
(akr)