Penyaluran Pembiayaan Umi Bagi UMKM Bengkulu Belum Optimal
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyayangkan belum maksimalnya pengembangan potensi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Provinsi Bengkulu. Padahal menurutnya potensi yang dimiliki Bengkulu sangat besar, namun penyaluran Pembiayaan UMi di Provinsi Bengkulu belum optimal.
"Penyaluran dapat ditingkatkan dengan partisipasi aktif Pemerintah Daerah melalui penjaringan debitur dan koperasi yang potensial untuk memperluas jangkauan Pembiayaan UMi di Provinsi Bengkulu," ujar Menkeu Sri Mulyani, Jumat (22/2/2019).
Menkeu menjelaskan mengenai tujuan pembangunan nasional, tata kelola keuangan negara, refleksi APBN 2018 dan Kebijakan 2019, perekonomian dan fiskal bengkulu, serta inovasi untuk negeri. "Saya menyoroti pentingnya upaya meningkatkan ekonomi daerah Bengkulu. Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Bengkulu kini telah mencapai Rp17,27 triliun atau Rp33,8 juta perkapita," katanya.
Lanjut dia mengutarakan, sektor pertanian masih memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Bengkulu. Angka pengganguran pada tahun 2018 sebesar 3,51%, inflasi 2,35%, kemisikinan 15,43 %, dan indeks pembangunan manusia 69,95 dan gini ratio 0,36.
"Beberapa tahun Provinsi Bengkulu perlu mengejar ketertinggalan. Inflasi 2,5 di bawah nasional. Kemiskinan 15% di atas nasional. Dan gini ratio di bawah nasional. Ini adalah fakta bahwa kita perlu pakai semua kebijakan untuk meningkatkan ekonomi daerah Bengkulu," tandasnya.
"Penyaluran dapat ditingkatkan dengan partisipasi aktif Pemerintah Daerah melalui penjaringan debitur dan koperasi yang potensial untuk memperluas jangkauan Pembiayaan UMi di Provinsi Bengkulu," ujar Menkeu Sri Mulyani, Jumat (22/2/2019).
Menkeu menjelaskan mengenai tujuan pembangunan nasional, tata kelola keuangan negara, refleksi APBN 2018 dan Kebijakan 2019, perekonomian dan fiskal bengkulu, serta inovasi untuk negeri. "Saya menyoroti pentingnya upaya meningkatkan ekonomi daerah Bengkulu. Pendapatan Domestik Regional Bruto Provinsi Bengkulu kini telah mencapai Rp17,27 triliun atau Rp33,8 juta perkapita," katanya.
Lanjut dia mengutarakan, sektor pertanian masih memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Bengkulu. Angka pengganguran pada tahun 2018 sebesar 3,51%, inflasi 2,35%, kemisikinan 15,43 %, dan indeks pembangunan manusia 69,95 dan gini ratio 0,36.
"Beberapa tahun Provinsi Bengkulu perlu mengejar ketertinggalan. Inflasi 2,5 di bawah nasional. Kemiskinan 15% di atas nasional. Dan gini ratio di bawah nasional. Ini adalah fakta bahwa kita perlu pakai semua kebijakan untuk meningkatkan ekonomi daerah Bengkulu," tandasnya.
(akr)