Pemerintah Optimis Target Lifting Migas Tercapai
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah menargetkan produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi (migas) tahun ini sebesar 2,02 juta barrel equivalent per day (boepd) lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar 1,9 juta boepd. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah menggenjot produksi migas ke depan.
“Untuk produksi dari lapangan-lapangan migas eksisting berusaha dilakukan peningkatan produksi. Semua usaha kita lewati,” ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar di Jakarta, kemarin.
Dia mengklasifikasikan strategi pemerintah dalam menggenjot produksi migas di masa mendatang. Terdapat tiga tahapan untuk meningkatkan produksi migas, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. “Fracturing, balanced drilling adalah salah satu usaha jangka pendek 2-3 tahun mempercepat produksi dari lapangan eksisting,” jelas Arcandra.
Pada jangka menengah, lanjut dia, pemerintah tengah menggalakkan Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk aset yang produktif. “Pertamina aktif di sini. Tapi waktunya agak lama bisa 7 sampai 10 tahun baru mendapatkan respon,” kata Arcandra.
Sementara metode jangka panjang dapat ditempuh dengan cara eksplorasi lapangan migas. “Untuk anak cucu kita, tentu usaha eksplorasi adalah pilihan tepat menjaga produksi migas,” ungkapnya.
Pihaknya pun berharap kegiatan eksplorasi ke depan rasio keberhasilannya di atas 20% atau setiap lima kali eksplorasi baru, ditemukan satu cadangan baru. “Kita berharap demikian. Apalagi kita punya dana yang akan menopang ditemukannya lapangan baru,” kata dia.
Adapun jumlah dana tersebut ada dalam bentuk komitmen kerja pasti kontrak kerja sama sistem gross split sebesar USD2,1 miliar. Dimana sebesar USD1,1 miliar diantaranya bisa digunakan untuk kegiatan eksplorasi.
Arcandra menuturkan, jumlah dana eksplorasi tersebut jauh lebih baik dibanding dana ekplorasi dengan skema sebelumnya. “Ini dana yang bisa digunakan untuk eksplorasi 5-10 tahun ke depan. Dana ini kami harapkan terus bertambah,” kata dia.
Arcandra juga menekankan bagi pengusaha migas untuk tidak selalu melihat penurunan produksi migas alamiah atau declining. Arcandra meminta KKKS optimistis mengerjakan eksplorasi. “Kalau terjadi declining itu hanya kaca spion, sekarang liat ke depan. Kalau nyetir pakai kaca spion bisa tertabrak. Kaca spion itu hanya guidance,” ujarnya.
Dia menjelaskan, langkah peningkatan produksi dijalankan untuk mengantisipasi ancaman defisit migas atas lonjakan kebutuhan migas yang kian tinggi di tahun mendatang.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, target lifting minyak bumi tahun ini mencapai 784.520 barrel oil per day (bopd). Adapun target tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar 777.330 bopd.
“Peningkatan lifting minyak didorong dari lifting Blok Cepu. Lifting Blok Cepu di harapkan naik sebesar 216.000 bopd,” ujar Dwi kemarin.
Pada tahun lalu, lanjut dia, produksi Blok Cepu mencapai 208.730 bopd. Menurut dia, produksi lapangan migas yang digarap oleh Mobil Cepu Ltd tersebut diprediksi lebih tinggi dibandingkan Blok Rokan. Adapun kontribusi Blok Rokan diprediksi mengalami penurunan hanya sebesar 190.000 bopd dari realisasi tahun lalu sebesar 209.470 bopd.
Dwi mengungkapkan, untuk lifting gas tahun ini di proyeksikan mencapai sebesar 1,26 juta boepd. Adapun target tersebut meningkat dari tahun lalu sebesar 1,13 juta boepd. Menurut dia, target tersebut akan ditopang dari produksi gas dari BP Berau.
Dalam Rencana Program dan Anggaran (WP&B) lifting gas BP Berau ditargetkan mencapai 188.000 boepd lebih rendah dibandingkan tahun lalu sebesar 192.000 boepd.
Selain itu, lifting gas di Blok Mahakam diharapkan juga mengalami peningkatan. Lifting gas Blok Mahakam tahun ini diproyeksikan sebesar 196.000 boepd atau meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 149.000 boepd.
Tak hanya itu, lanjut dia, kontribusi lifting gas juga datang dari Blok Corridor. Blok yang dikelola Conoco Philips tersebut memiliki target lifting gas sebesar 145.000 boepd. Sementara target Eni di Blok Muara Bakau tahun ini sebesar 115.000 boepd.
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM) Fahmy Radhi menilai target lifting tahun ini dianggap tidak realistis atau sulit untuk mencapai target. Pasalnya produksi minyak masih ditopang oleh sumur-sumur tua belum menghasilkan temuan sumur-sumur baru. “Kalau saya melihat lifting cenderung menurun. Nah kalau kemudian ditetapkan lebih tinggi akan sulit tercapai cenderung tidak realistis, karena tahun depan liftingmasih pada sumur-sumur tua dan blok terminasi, sehingga produksi produksi stagnan bahkan cenderung menurun,” ujar Fahmy saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin.
Fahmy beranggapan, tidak adanya eksplorasi dan ekploitasi sumur-sumur baru target lifting yang ditetapkan pemerintah akan sulit tercapai. Selain itu, pihaknya juga melihat investasi hulu migas belum bergairah tahun ini. (Nanang Wijayanto)
“Untuk produksi dari lapangan-lapangan migas eksisting berusaha dilakukan peningkatan produksi. Semua usaha kita lewati,” ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar di Jakarta, kemarin.
Dia mengklasifikasikan strategi pemerintah dalam menggenjot produksi migas di masa mendatang. Terdapat tiga tahapan untuk meningkatkan produksi migas, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. “Fracturing, balanced drilling adalah salah satu usaha jangka pendek 2-3 tahun mempercepat produksi dari lapangan eksisting,” jelas Arcandra.
Pada jangka menengah, lanjut dia, pemerintah tengah menggalakkan Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk aset yang produktif. “Pertamina aktif di sini. Tapi waktunya agak lama bisa 7 sampai 10 tahun baru mendapatkan respon,” kata Arcandra.
Sementara metode jangka panjang dapat ditempuh dengan cara eksplorasi lapangan migas. “Untuk anak cucu kita, tentu usaha eksplorasi adalah pilihan tepat menjaga produksi migas,” ungkapnya.
Pihaknya pun berharap kegiatan eksplorasi ke depan rasio keberhasilannya di atas 20% atau setiap lima kali eksplorasi baru, ditemukan satu cadangan baru. “Kita berharap demikian. Apalagi kita punya dana yang akan menopang ditemukannya lapangan baru,” kata dia.
Adapun jumlah dana tersebut ada dalam bentuk komitmen kerja pasti kontrak kerja sama sistem gross split sebesar USD2,1 miliar. Dimana sebesar USD1,1 miliar diantaranya bisa digunakan untuk kegiatan eksplorasi.
Arcandra menuturkan, jumlah dana eksplorasi tersebut jauh lebih baik dibanding dana ekplorasi dengan skema sebelumnya. “Ini dana yang bisa digunakan untuk eksplorasi 5-10 tahun ke depan. Dana ini kami harapkan terus bertambah,” kata dia.
Arcandra juga menekankan bagi pengusaha migas untuk tidak selalu melihat penurunan produksi migas alamiah atau declining. Arcandra meminta KKKS optimistis mengerjakan eksplorasi. “Kalau terjadi declining itu hanya kaca spion, sekarang liat ke depan. Kalau nyetir pakai kaca spion bisa tertabrak. Kaca spion itu hanya guidance,” ujarnya.
Dia menjelaskan, langkah peningkatan produksi dijalankan untuk mengantisipasi ancaman defisit migas atas lonjakan kebutuhan migas yang kian tinggi di tahun mendatang.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, target lifting minyak bumi tahun ini mencapai 784.520 barrel oil per day (bopd). Adapun target tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar 777.330 bopd.
“Peningkatan lifting minyak didorong dari lifting Blok Cepu. Lifting Blok Cepu di harapkan naik sebesar 216.000 bopd,” ujar Dwi kemarin.
Pada tahun lalu, lanjut dia, produksi Blok Cepu mencapai 208.730 bopd. Menurut dia, produksi lapangan migas yang digarap oleh Mobil Cepu Ltd tersebut diprediksi lebih tinggi dibandingkan Blok Rokan. Adapun kontribusi Blok Rokan diprediksi mengalami penurunan hanya sebesar 190.000 bopd dari realisasi tahun lalu sebesar 209.470 bopd.
Dwi mengungkapkan, untuk lifting gas tahun ini di proyeksikan mencapai sebesar 1,26 juta boepd. Adapun target tersebut meningkat dari tahun lalu sebesar 1,13 juta boepd. Menurut dia, target tersebut akan ditopang dari produksi gas dari BP Berau.
Dalam Rencana Program dan Anggaran (WP&B) lifting gas BP Berau ditargetkan mencapai 188.000 boepd lebih rendah dibandingkan tahun lalu sebesar 192.000 boepd.
Selain itu, lifting gas di Blok Mahakam diharapkan juga mengalami peningkatan. Lifting gas Blok Mahakam tahun ini diproyeksikan sebesar 196.000 boepd atau meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 149.000 boepd.
Tak hanya itu, lanjut dia, kontribusi lifting gas juga datang dari Blok Corridor. Blok yang dikelola Conoco Philips tersebut memiliki target lifting gas sebesar 145.000 boepd. Sementara target Eni di Blok Muara Bakau tahun ini sebesar 115.000 boepd.
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM) Fahmy Radhi menilai target lifting tahun ini dianggap tidak realistis atau sulit untuk mencapai target. Pasalnya produksi minyak masih ditopang oleh sumur-sumur tua belum menghasilkan temuan sumur-sumur baru. “Kalau saya melihat lifting cenderung menurun. Nah kalau kemudian ditetapkan lebih tinggi akan sulit tercapai cenderung tidak realistis, karena tahun depan liftingmasih pada sumur-sumur tua dan blok terminasi, sehingga produksi produksi stagnan bahkan cenderung menurun,” ujar Fahmy saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin.
Fahmy beranggapan, tidak adanya eksplorasi dan ekploitasi sumur-sumur baru target lifting yang ditetapkan pemerintah akan sulit tercapai. Selain itu, pihaknya juga melihat investasi hulu migas belum bergairah tahun ini. (Nanang Wijayanto)
(nfl)