Tren NIM Perbankan Cenderung Menurun

Selasa, 26 Februari 2019 - 23:09 WIB
Tren NIM Perbankan Cenderung...
Tren NIM Perbankan Cenderung Menurun
A A A
Profitabilitas perbankan pada tahun 2018 tercatat tumbuh, meskipun tren rasio pendapatan bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan cenderung menurun dari akhir tahun 2017 sebesar 5,32% menjadi 5,14% pada akhir tahun 2018. NIM perbankan yang turun disebabkan oleh kenaikan funding rate lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan kenaikan lending rate yang lebih lamban dan rendah.

"Bank dalam situasi sulit untuk menaikkan lending rate karena lebih memprioritaskan kualitas kredit," kata Chief Economist BNI Ryan Kiryanto saat dihubungi di Jakarta, Selasa (26/2/2019).

Di sisi lain, persaingan berebut Dana Pihak Ketiga (DPK) kian ketat yang memaksa perbankan lebih tergoda untuk menaikkan bunga simpanan, terutama deposito. "Diperkirakan di tahun 2019 ini perbankan masih akan menghadapi hal yang sama, likuiditas cenderung mengetat, dengan opsi menjaga suku bunga simpanan, seraya mendorong kenaikan fee based income (FBI) untuk mengimbangi tertekannya NIM," imbuh Ryan.

Sambung dia menuturkan, adanya efisiensi operasional melalui jalur e-channels dan digitalisasi menjadi harus dilakukan agar kinerja bank tidak makin tertekan. Secara keseluruhan, profitabilitas perbankan cenderung membaik meskipun cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) tercatat tumbuh 3,4%yoy pada akhir tahun 2018 dari tahun sebelumnya yang masih tumbuh hingga 2,8%yoy.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, pada tahun ini, transmisi kebijakan moneter masih terus berlanjut mengingat sepanjang periode Mei-Desember 2018 suku bunga kredit secara agregat turun sekitar 27 bps, sementara suku bunga DPK sudah naik sekitar 108bps.

Meskipun profitabilitas perbankan pada tahun ini masih akan ditopang oleh Net Interest Income (pendapatan bunga bersih), namun pertumbuhan Non Funded Income (pendapatan operasional selain bunga) juga diperkirakan akan terus meningkat mengingat semakin kompetitifnya pembiayaan sektor riil melalui pasar modal yakni melalui penerbitan obligasi korporasi.

"Oleh sebab itu, perbankan pun diharapkan perlu meningkatkan efisiensinya dimana Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan sudah turun menjadi 77,86% dari akhir tahun 2017 yang tercatat 78,64%," ungkap dia.

Selain itu, tingkat risiko kredit yang membaik dimana akhir tahun 2018 rasio non performing loan (NPL) tercatat 2,37% dari tahun sebelumnya di kisaran 2,60% diharapkan akan mendorong pertumbuhan kredit di tahun ini di kisaran 9-11% yoy.

Peneliti Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah menambahkan, secara teoritis untuk case perbankan Indonesia pada saat bank sentral menaikkan suku bunga, maka bank akan cenderung mempertahankan atau menurunkan NIM. Menurut dia, bank akan lebih memilih menurunkan NIM ketika ada pertimbangan untuk menjaga kualitas kredit menurunkan risiko NPL.

"Jadi bank akan menaikkan suku bunga simpanan (DPK) di tengah keketatan likuiditas, disisi lain bank tidak menaikan suku bunga secara simetris untuk menjaga kualitas kredit," ungkap dia.

Dengan demikian NIM menjadi menurun. Tahun 2019, BI diperkirakan tidak akan agresif menaikkan suku bunga. "Oleh karena itu trend penurunan NIM saya perkirakan juga akan terhenti," katanya.

Selama tahun 2019 bank akan lebih menjaga suku bunga baik simpanan maupun pinjaman yang dengan demikian NIM akan relatif stabil. Dengan NIM yang relatif stabil, bank akan memacu volume penyaluran kredit untuk meningkatkan pertumbuhan laba. "Untuk bank-bank tertentu, memacu pertumbuhan laba bisa dilakukan dari fee based income, transacsional banking," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6425 seconds (0.1#10.140)