Ketidakpastian Geopolitik Membayangi, Rupiah Masih Akan Terus Melemah
A
A
A
JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diperkirakan masih berpotensi melemah seiring ketidakpastian geopolitik yang tidak menentu. Sebelumnya pada akhir pekan kemarin, kurs rupiah jatuh ke level Rp14.120/USD untuk menjadi salah satu mata uang berkinerja buruk di Asia.
"Rupiah akan kembali melemah pekan depan disebabkan oleh ketidakpastian geopolitik. Setelah jet India ditembak jatuh Pakistan, kondisi geopolitik memanas. Pertemuan Kim dan Trump yang berakhir tanpa solusi juga membuat pasar pesimis," ujar Ekonom Indef Bhima Yudisthira saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Sabtu (2/3/2019).
Sambung dia menerangkan, rupiah meski dalam tren melemah masih tertolong oleh keterangan Ketua Fed Jerome Powell terkait kebijakan moneter AS yang lebih moderat. Ditambah proteksi dagang yang di lakukan Filipina terhadap produk CPO Indonesia menjadi sentimen negatif bagi kinerja ekspor sawit tahun ini.
"Dari dalam negeri investor mulai menjual emiten yang overvalue. Aksi profit taking mengantisipasi kinerja keuangan beberapa emiten yang akan dirilis maret nanti," jelasnya.
Sebagai informasi pertemuan puncak kedua antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, di Hanoi, Vietnam, berakhir hari Kamis (28/02) tanpa kesepakatan mengenai upaya mengakhiri program nuklir Pyongyang. Upacara penandatanganan dibatalkan dan perundingan antara kedua pihak berakhir lebih cepat setelah Amerika Serikat menolak tuntutan Korea Utara tentang pencabutan sanksi.
"Rupiah akan kembali melemah pekan depan disebabkan oleh ketidakpastian geopolitik. Setelah jet India ditembak jatuh Pakistan, kondisi geopolitik memanas. Pertemuan Kim dan Trump yang berakhir tanpa solusi juga membuat pasar pesimis," ujar Ekonom Indef Bhima Yudisthira saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Sabtu (2/3/2019).
Sambung dia menerangkan, rupiah meski dalam tren melemah masih tertolong oleh keterangan Ketua Fed Jerome Powell terkait kebijakan moneter AS yang lebih moderat. Ditambah proteksi dagang yang di lakukan Filipina terhadap produk CPO Indonesia menjadi sentimen negatif bagi kinerja ekspor sawit tahun ini.
"Dari dalam negeri investor mulai menjual emiten yang overvalue. Aksi profit taking mengantisipasi kinerja keuangan beberapa emiten yang akan dirilis maret nanti," jelasnya.
Sebagai informasi pertemuan puncak kedua antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, di Hanoi, Vietnam, berakhir hari Kamis (28/02) tanpa kesepakatan mengenai upaya mengakhiri program nuklir Pyongyang. Upacara penandatanganan dibatalkan dan perundingan antara kedua pihak berakhir lebih cepat setelah Amerika Serikat menolak tuntutan Korea Utara tentang pencabutan sanksi.
(akr)