Petani OKU Timur Panen Perdana Padi Sehat Bebas Residu

Selasa, 05 Maret 2019 - 04:01 WIB
Petani OKU Timur Panen Perdana Padi Sehat Bebas Residu
Petani OKU Timur Panen Perdana Padi Sehat Bebas Residu
A A A
JAKARTA - Petani di Desa Sidomulyo, Kecamatan Belitang, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan sukses memanen padi perdana yang sehat dan bebas residu. Keberhasilan ini tidak lepas dari anjuran Peraturan Menteri Pertanian No 1/2019 terkait penggunaan pupuk dan pestisida organik.

Petani memanen di lahan demoplot seluas 7.500 m2 dari PT Prima Agro Tech, yang pernah sukses menggunakan teknik Hazton dan Salibu. Panen dilakukan menggunakan combine harvester dilakukan langsung Bupati OKU Timur HM Kholid Mawardi. Padi di lahan sub-optimal ini menggunakan pupuk dan pestisida organik dengan basis bakteri dan jamur yang diseleksi dan menjadi sahabat petani, yang dikenal dengan produk hayati.

"Ini adalah terobosan besar. Hasil panen raya padi sehat dan bebas residu ini mendongkrak produksi. Awalnya, hasil panen dengan metode konvensional hanya menghasilkan 5-7 ton per hektare, kini 9 ton per hektare Gabah Kering Panen (GKP)," ujar Bupati Kholid dalam siaran pers, Senin (4/3/2019).

Budidaya padi sehat dan bebas residu ini merupakan pertaruhan besar yang baru kali pertama dilakukan oleh Kelompok Tani (poktan) Karya Tani. Jarak tanam yang digunakan adalah jarwo 4:1 dengan varietas Inpari 32. Hasil ini juga sekaligus mematahkan stigma bahwa panen tergantung dari pupuk kimia.

"Terbukti, dengan mengedepankan penggunaan produk pupuk dan pestisida berbasis hayati atau organik, ternyata mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian menjadi lebih tinggi," ungkapnya.

Kadistan OKU Timur Sujarwanto menambahkan, program ini sejalan dengan program Nawacita pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.

"Tidak hanya dari segi kuantitas dan efisiensi biaya pengeluaran saprodi, konsep budidaya padi bebas residu ini memiliki efek positif jangka panjang," jelas Sujarwanto.

Dilanjutkannya, residu yang tinggal di dalam tanah akibat efek penggunaan produk pupuk dan pestisida kimia yang secara terus menerus mampu dikurangi. Selain itu, tanah lebih subur, musuh alami terjaga dan yang terpenting keamanan serta kesehatan lingkungan dan manusia lebih terjamin.

"OKU Timur merupakan salah satu sentra padi di Sumatera Selatan. Masyarakat kami mulai menyadari mutu dan kesehatan karena pertanian organik jelas ramah lingkungan. Katena tidak memakai zat kimia dan lahan harus benar-benar terbebas dari residu kimia," ujar Sujarwanto.

Dia pun sangat mengapresiasi bahwa padi bebas residu adalah langkah positif dan menuju pada pertanian organik. Selain itu, penggunaan dekomposer, pembenah tanah dan pupuk hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50%.

"Hasil ubinan yang diperoleh 9 ton per hektare GKP, ternyata unsur hayati dapat mengoptimalkan produksi dan kualitas pangan. Kita akan terus monitoring dan koordinasi dengan masyarakat agar bisa mencapai pengembangan padi organik," pungkasnya.

Di bagian lain, Direktur Pupuk dan Pestisida Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Muhrizal Sarwani mengatakan, Pemerintah baru saja mengeluarkan peraturan penggunaan pupuk dan pestisida organik dan hayati. Tujuannya, untuk melindungi masyarakat dan lingkungan hidup.

"Kita juga berharap akan meningkatakn efektivitas penggunaan pupuk organik dan memberikan kepastian usaha dan kepastian formula pupuk yang beredar. Dengan demikian, pupuk (organik, hayati dan pembenah tanah) yang ada dipasaran terjamin mutu dan kualitasnya yang hasil akhirnya adalah meningkatkan produktivitas," kata Muhrizal.

Muhrizal mengakui, karena isu kelestarian lingkungan dan lahan pertanian masih kurang, menyebabkan masyarakat tidak begitu peduli pentingnya menggunakan pupuk organik.

"Lihat saja, petani kita masih suka menggunakan pupuk anorganik secara menyeluruh bagi kegiatan usaha taninya. Kami sangat mengapresiasi petani OKU Timur yang mulai menggunakan pupuk dan pestisida organik," ujarnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3697 seconds (0.1#10.140)