Perubahan Sistem Fiskal Tingkatkan Daya Saing Industri Migas

Selasa, 05 Maret 2019 - 13:54 WIB
Perubahan Sistem Fiskal Tingkatkan Daya Saing Industri Migas
Perubahan Sistem Fiskal Tingkatkan Daya Saing Industri Migas
A A A
JAKARTA - Pemerintah terus berupaya meningkatkan iklim investasi hulu minyak dan gas bumi (migas). Peningkatan iklim investasi tersebut diwujudkan dengan perubahan sistem fiskal pada industri hulu migas dari sistem cost recovery menjadi gross split.

“Era sekarang penuh dengan disrupsi. Sebab itu, industri migas juga perlu melakukan disruption, salah satunya dengan mengubah sistem fiskal dari cost recovery menjadi gross split,” ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar di acara forum diskusi bertajuk ‘Menilik Industri Migas Indonesia’ di Gedung Media Indonesia, Jakarta, kemarin.

Menurut dia, sejak perubahan sistem fiskal itu diterapkan pada 2017 lalu, industri migas lebih berdaya saing. Pasalnya, gross split memiliki prinsip dasar. Certainty, yaitu mempunyai parameter pemberian insentif jelas dan terukur. Simplicity, yaitu tidak ada perdebatan mengenai biaya dan pengadaan independen. Efficiency, yaitu mendorong industri migas untuk efisien sehingga mampu menghadapi gejolak harga minyak. Perubahan kebijakan ini merupakan langkah disruptif pemerintah dalam pengembangan migas di Indonesia.

“Semuanya ditentukan di awal, kalau sebuah lapangan memiliki CO2 yang besar, maka mereka mendapatkan insentif. Kalau lapangan tersebut di-remote area, maka akan diberikan insentif. Kalau oil price rendah, maka mereka akan dikasih insentif lebih. Tapi, kalau oil price tinggi, negara akan memberikan insentif lebih,” kata dia.

Arcandra mengatakan, sebagai bukti bahwa perubahan sistem fiskal bisa meningkatkan daya saing industri hulu migas di dalam negeri terlihat dalam laporan Petroleum Economics and Policy Solution (PEPS) Global E&P Attractiveness Ranking, yang dikeluarkan IHS Markit menempatkan Indonesia pada peringkat ke-25 dari 131 negara.

Berdasarkan laporan yang sama, Indonesia juga menduduki peringkat terbaik dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Apabila dikomparasikan dengan Malaysia, katanya, pada 2017 menduduki peringkat ke-23 sekarang ini melorot ke posisi 35.“Begitu juga dengan laporan yang dikeluarkan lembaga Wood Mackenzie menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki citra positif dalam pengembangan hulu migas,” kata dia.

Cadangan Raksasa
Di sisi lain, Arcandra mengatakan, akan terus memburu cadangan migas baru untuk dieksplorasi. Saat ini Indonesia masih memiliki potensi migas raksasa (giant discovery) di beberapa wilayah. Salah satu wilayah tersebut adalah South Sumatera (fractured basement play). Di sana telah ditemukan cadangan gas bumi sebesar 2 triliun kaki kubik (TCF) gas di Wilayah Kerja Sakakemang, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, dengan Repsol sebagai operator.

“Semoga ini bisa membangkitkan semangat eksplorasi di Indonesia ke depan, karena masih banyak basin kita dan play kita yang belum dieksplorasi, ternyata kita menemukan yang baru,” kata dia.

Arcandra menyebut potensi cekungan gas yang ada akan bisa dioptimalkan dengan kerja keras, teknologi baru, dan sejalan dengan penyesuaian kebijakan sistem fiskal industri migas. “Selama kita bersungguh-sungguh menjalankan semua program eksplorasi dan dukungan dari pemerintah untuk mempermudah bisnis hulu migas di Indonesia, termasuk mendorong untuk penggunaan gross split,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, pemerintah juga akan mempermudah penawaran wilayah kerja (WK) migas kepada investor. Data mengenai basin yang terdaftar akan dibuka agar bisa dianalisis.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terdapat 10 potensi cadangan gas raksasa yang ada di Indonesia. Kesepuluh potensi cadangan gas tersebut, antara lain Discovery Giant yakni North Sumatera (Mesozoic Play), Center of Sumatera (Basin Center), South Sumatera (Fractured Basement Play), dan Offshore Tarakan. Selain itu, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua. (Nanang Wijayanto)

(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3158 seconds (0.1#10.140)