Seri 737 MAX Jadi Sorotan, Ini Dampaknya ke Boeing
A
A
A
NEW YORK - Menyusul jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 Ethiopian Airlines Minggu (10/3) lalu, regulator penerbangan di sejumlah negara ramai-ramai melarang maskapai menerbangkan jenis pesawat tersebut untuk sementara.
Kendati masih terlalu dini untuk mengetahui berapa lama pelarangan itu akan berlangsung serta apa dampak akhirnya, berita itu jelas negatif bagi produsen pesawat yang bermarkas di Chicago, Illinois, Amerika Serikat (AS) tersebut.
Mengutip CNN.com, 737 MAX adalah pesawat Boeing yang paling penting dan China - yang merupakan salah satu negara yang ikut mengandangkankan jenis poesawat tersebut - adalah pasar Boeing yang paling penting. Keputusan China untuk menangguhkan operasi semua jet Boeing 737 MAX 8 oleh maskapai di negara itu sangat signifikan.
"Penangguhan di China sangat signifikan, karena ini merupakan pasar utama bagi Boeing," kata Greg Waldron, redaktur pelaksana Asia di perusahaan riset penerbangan FlightGlobal.
(Baca Juga: Keamanan Tak Terjamin, Boeing Didesak Recall Semua 737 MAX 8)
Boeing memproyeksikan China akan menjadi pasar triliun dolar pertama di dunia untuk pesawat jet komersial. Pada 2037, Boeing memperkirakan China membutuhkan 7.690 jet komersial guna memenuhi kebutuhan moda transportasi udaranya. Namun, selain Boeing, Airbus (EADSF) dan Commercial Aircraft Corporation of China (Comac) juga mengincar pasar menggiurkan tersebut.
Pesawat pertama Comac, yang dirancang untuk bersaing dengan Boeing 737 MAX dan Airbus A320, melakukan uji terbang pertama pada tahun 2017. Meski pesawat ini belum siap untuk layanan komersial, dalam artian belum menjadi pesaing yang nyata, Boeing harus berhati-hati.
Boeing telah membuat terobosan signifikan di China dengan seri 737 MAX. Selusin maskapai penerbangan China telah memesan 180 pesawat, di mana 76 di antaranya telah dikirim. Sekitar 85% dari pesanan maskapai China yang belum terpenuhi diproyeksikan untuk pesawat 737 MAX.
Seri 737 telah menjadi produk terlaris Boeing selama beberapa dekade. Masa depan perusahaan pun disebut bergantung pada kesuksesan 737 MAX, versi terbaru jet komersial keluaran Boeing. Perusahaan memiliki 4.700 pesanan yang belum terpenuhi untuk 737, atau 80% dari backlog pesanan Boeing. Hampir semua pesanan tersebut adalah untuk versi MAX.
Krisis terkait persoalan produk pernah dialami Boeing sebelumnya, yakni ketika baterai lithium pada Boeing 787 Dreamliners bermasalah dan menyebabkan maskapai-maskapai di seluruh dunia mengandangkan semua pesawat jenis itu pada awal 2013.
Kala itu, Boeing setuju untuk mengganti biaya penarikan pesawat-pesawat itu dari layanan para pelanggannya. Boeing juga terus memproduksi pesawat 787, bahkan ketika pesawat tetap di-grounded selama beberapa bulan. Boeing menyatakan dampak yang timbul dari persoalan tersebut minimal dan tidak melaporkan adanya penjualan yang hilang karena persoalan itu.
Namun, tak bisa dimungkiri bahwa para investor saat ini gelisah tentang masalah yang menimpa 737 MAX dan tentang prospek Boeing di pasar China ke depannya. Kecemasan itu setidaknya terlihat dari merosotnya saham Boeing (BA) dalam dua hari terakhir.
Kendati masih terlalu dini untuk mengetahui berapa lama pelarangan itu akan berlangsung serta apa dampak akhirnya, berita itu jelas negatif bagi produsen pesawat yang bermarkas di Chicago, Illinois, Amerika Serikat (AS) tersebut.
Mengutip CNN.com, 737 MAX adalah pesawat Boeing yang paling penting dan China - yang merupakan salah satu negara yang ikut mengandangkankan jenis poesawat tersebut - adalah pasar Boeing yang paling penting. Keputusan China untuk menangguhkan operasi semua jet Boeing 737 MAX 8 oleh maskapai di negara itu sangat signifikan.
"Penangguhan di China sangat signifikan, karena ini merupakan pasar utama bagi Boeing," kata Greg Waldron, redaktur pelaksana Asia di perusahaan riset penerbangan FlightGlobal.
(Baca Juga: Keamanan Tak Terjamin, Boeing Didesak Recall Semua 737 MAX 8)
Boeing memproyeksikan China akan menjadi pasar triliun dolar pertama di dunia untuk pesawat jet komersial. Pada 2037, Boeing memperkirakan China membutuhkan 7.690 jet komersial guna memenuhi kebutuhan moda transportasi udaranya. Namun, selain Boeing, Airbus (EADSF) dan Commercial Aircraft Corporation of China (Comac) juga mengincar pasar menggiurkan tersebut.
Pesawat pertama Comac, yang dirancang untuk bersaing dengan Boeing 737 MAX dan Airbus A320, melakukan uji terbang pertama pada tahun 2017. Meski pesawat ini belum siap untuk layanan komersial, dalam artian belum menjadi pesaing yang nyata, Boeing harus berhati-hati.
Boeing telah membuat terobosan signifikan di China dengan seri 737 MAX. Selusin maskapai penerbangan China telah memesan 180 pesawat, di mana 76 di antaranya telah dikirim. Sekitar 85% dari pesanan maskapai China yang belum terpenuhi diproyeksikan untuk pesawat 737 MAX.
Seri 737 telah menjadi produk terlaris Boeing selama beberapa dekade. Masa depan perusahaan pun disebut bergantung pada kesuksesan 737 MAX, versi terbaru jet komersial keluaran Boeing. Perusahaan memiliki 4.700 pesanan yang belum terpenuhi untuk 737, atau 80% dari backlog pesanan Boeing. Hampir semua pesanan tersebut adalah untuk versi MAX.
Krisis terkait persoalan produk pernah dialami Boeing sebelumnya, yakni ketika baterai lithium pada Boeing 787 Dreamliners bermasalah dan menyebabkan maskapai-maskapai di seluruh dunia mengandangkan semua pesawat jenis itu pada awal 2013.
Kala itu, Boeing setuju untuk mengganti biaya penarikan pesawat-pesawat itu dari layanan para pelanggannya. Boeing juga terus memproduksi pesawat 787, bahkan ketika pesawat tetap di-grounded selama beberapa bulan. Boeing menyatakan dampak yang timbul dari persoalan tersebut minimal dan tidak melaporkan adanya penjualan yang hilang karena persoalan itu.
Namun, tak bisa dimungkiri bahwa para investor saat ini gelisah tentang masalah yang menimpa 737 MAX dan tentang prospek Boeing di pasar China ke depannya. Kecemasan itu setidaknya terlihat dari merosotnya saham Boeing (BA) dalam dua hari terakhir.
(fjo)