Impor Menyusut, Darmin Fokus Benahi Sektor Manufaktur
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, bakal terus memantau kinerja impor meskipun pada bulan Februari 2019 mulai menyusut. Hal ini melihat adanya pelemahan impor yang banyak berasal dari impor mesin, sehingga Ia menegaskan perlu segera membenahi sektor manufakturnya
"Sebetulnya kalau demand, karena pembangunan infrastruktur sepertinya masih ada sehingga impor masih berjalan. Tapi kalau saya lihat penurunan impor agak banyak itu pada mesin-mesin. Artinya, Ya kita perlua segera membenahi manufaktur," ujar Menko Darmin di Jakarta, Jumat (15/3/2019).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Februari turun tajam 18,61% menjadi USD12,2 miliar dibanding bulan sebelumnya USD14,99 miliar. Sementara itu, nilai ekspor tercatat sebesar USD12,53 miliar atau turun 10,05% dari bulan sebelumnya, yakni USD13,93 miliar.
Karenanya, pada bulan ini neraca perdagangan mengalami surplus USD330 juta. Kinerja ini lebih baik dibandingkan Januari yang mencatat defisit USD1,16 miliar. Sambung dia menerangkan, sektor pertambangan menurutnya juga tidak terlalu bagus sehingga terus perlu menurunkan laju impornya.
Namun demikian, Ia menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki waktu untuk menjawab persoalan pertumbuhan ekonomi. "Pertanian itu kecil saja, tap dia pangsanya sedikit baik kalau kalian lihat. Jadi karena memanmg misalnya CPO itu tidak terlalu memburuk, walaupun belum pulih ya. Jadi saya lebih melihat, bukan hanya perhatian ke ekspor saja," jelasnya.
Berdasarkan data BPS, seluruh golongan impor tercatat mengalami penurunan. Golongan barang konsumsi menurun 17,43% dibanding bulan sebelumnya utamanya jeruk mandarin dan buah pir. Kemudian, bahan baku dan bahan penolong juga menurun 15,04% khususnya minyak mentah untuk produksi manufaktur dan impor barang modal juga turun 7,09%.
Penurunan impor nonmigas terbesar Januari 2019 dibanding Desember 2018 adalah golongan mesin/pesawat mekanik USD212,2 juta (8,54%), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan bahan kimia organik sebesar USD119,5 juta (25,44%).
"Sebetulnya kalau demand, karena pembangunan infrastruktur sepertinya masih ada sehingga impor masih berjalan. Tapi kalau saya lihat penurunan impor agak banyak itu pada mesin-mesin. Artinya, Ya kita perlua segera membenahi manufaktur," ujar Menko Darmin di Jakarta, Jumat (15/3/2019).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Februari turun tajam 18,61% menjadi USD12,2 miliar dibanding bulan sebelumnya USD14,99 miliar. Sementara itu, nilai ekspor tercatat sebesar USD12,53 miliar atau turun 10,05% dari bulan sebelumnya, yakni USD13,93 miliar.
Karenanya, pada bulan ini neraca perdagangan mengalami surplus USD330 juta. Kinerja ini lebih baik dibandingkan Januari yang mencatat defisit USD1,16 miliar. Sambung dia menerangkan, sektor pertambangan menurutnya juga tidak terlalu bagus sehingga terus perlu menurunkan laju impornya.
Namun demikian, Ia menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki waktu untuk menjawab persoalan pertumbuhan ekonomi. "Pertanian itu kecil saja, tap dia pangsanya sedikit baik kalau kalian lihat. Jadi karena memanmg misalnya CPO itu tidak terlalu memburuk, walaupun belum pulih ya. Jadi saya lebih melihat, bukan hanya perhatian ke ekspor saja," jelasnya.
Berdasarkan data BPS, seluruh golongan impor tercatat mengalami penurunan. Golongan barang konsumsi menurun 17,43% dibanding bulan sebelumnya utamanya jeruk mandarin dan buah pir. Kemudian, bahan baku dan bahan penolong juga menurun 15,04% khususnya minyak mentah untuk produksi manufaktur dan impor barang modal juga turun 7,09%.
Penurunan impor nonmigas terbesar Januari 2019 dibanding Desember 2018 adalah golongan mesin/pesawat mekanik USD212,2 juta (8,54%), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan bahan kimia organik sebesar USD119,5 juta (25,44%).
(akr)