Kecelakaan Ethiopian Airlines-Lion Air Terkait, Ini Kata Chairman Boeing
A
A
A
CHICAGO - Data penerbangan kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines seminggu yang lalu menunjukkan adanya kesamaan serta keterkaitan jelas dengan kecelakaan di Indonesia, Oktober lalu. Hal ini dipastikan oleh Menteri Transportasi Ethiopian Dagmawit Moges, dimana kedua maskapai yakni Ethiopian Airlines serta Lion Air sama-sama menggunakan pesawat Boeing 737 Max 8.
Lebih lanjut seperti dilansir BBC, Senin (18/3/2019) Dagmawit menambahkan, kepada wartawan bahwa laporan awal akan dirilis dalam waktu 30 hari ke depannya. Seperti diketahui pesawat Ethiopian Airlines jatuh sesaat setelah lepas landas dari bandara Addis Ababa, hingga menewaskan semua 157 orang di dalamnya.
"Kemiripan yang jelas ditemukan yakni antara Penerbangan 302 Ethiopian Airlines dan Indonesian Lion Air Flight 610, yang akan menjadi subjek studi lebih lanjut selama penyelidikan," kata Dagmawit di akhir pekan kemarin.
Dalam kedua kasus kecelakaan fatal itu, data pelacakan penerbangan menunjukkan ketinggian pesawat berfluktuasi tajam, karena pesawat tampaknya mengalami kenaikan serta penurunan yang tidak menentu. Menanggapi hal itu, Chairman dan CEO Boeing Dennis Muilenburg angkat bicara untuk menegaskan kembali bahwa pihak perusahaan mendukung penuh penyelidikan.
Dennis menambahkan, bahwa Boeing juga akan melanjutkan pembaruan terkait perangkat lunak Boeing 737 Max 8 yang akan fokus terhadap sistem kontrol penerbangan dalam menanggapi masukan sensor yang salah.
Di sisi lain pada hari Minggu, kemarin upacara diadakan di Kenya dan Ethiopia untuk menghormati para korban. Ribuan orang berkumpul di katedral Tritunggal Mahakudus di Addis Ababa di mana peti mati kosong terbungkus bendera nasional. Belum ada satu pun mayat yang diidentifikasi secara formal.
Seputar kecelakaan Ethiopian Airlines, sebagai informasi Penerbangan 302 lepas landas dari Bandara Internasional Addis Ababa Bole pada pagi hari 10 Maret, menuju Nairobi di Kenya. Beberapa menit setelah penerbangan, pilot melaporkan ada gangguan dan diminta untuk kembali.
Visibilitas dikatakan baik, tetapi monitor lalu lintas udara Flightradar24 mengatakan "kecepatan vertikal pesawat tidak stabil setelah lepas landas". Seorang saksi mata di tempat kejadian mengatakan kepada BBC ada kebakaran hebat saat pesawat menabrak tanah.
Penyelidik keselamatan udara Prancis memeriksa perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit - atau kotak hitam seperti yang sering mereka sebut - dan telah menyerahkan temuan mereka ke pihak Ethiopia.
Sementara pada 29 Oktober, maskapai Lion Air dengan Penerbangan 610 jatuh setelah lepas landas dari bandara Jakarta, hingga menewaskan 189 orang. Penyelidik kemudian mengidentifikasi adanya masalah pada anti-stall system yang dirancang untuk menghentikan pesawat agar mengarah ke atas pada sudut yang terlalu tinggi sehingga bisa kehilangan daya angkatnya.
Selama penerbangan JT610, sistem ini berulang kali memaksa hidung pesawat ke bawah, bahkan ketika pesawat tidak berhenti - mungkin karena sensor yang salah. Pilot mencoba memperbaiki ini dengan mengarahkan hidung lebih tinggi, hingga sistem mendorongnya lagi. Ini terjadi lebih dari 20 kali. Setelah kecelakaan kedua yang menimpa Ethiopian Airlines, maskapai penerbangan di seluruh dunia memutuskan untuk mengkandangkan pesawat Boeing 737 Max 8 milik mereka.
Lebih lanjut seperti dilansir BBC, Senin (18/3/2019) Dagmawit menambahkan, kepada wartawan bahwa laporan awal akan dirilis dalam waktu 30 hari ke depannya. Seperti diketahui pesawat Ethiopian Airlines jatuh sesaat setelah lepas landas dari bandara Addis Ababa, hingga menewaskan semua 157 orang di dalamnya.
"Kemiripan yang jelas ditemukan yakni antara Penerbangan 302 Ethiopian Airlines dan Indonesian Lion Air Flight 610, yang akan menjadi subjek studi lebih lanjut selama penyelidikan," kata Dagmawit di akhir pekan kemarin.
Dalam kedua kasus kecelakaan fatal itu, data pelacakan penerbangan menunjukkan ketinggian pesawat berfluktuasi tajam, karena pesawat tampaknya mengalami kenaikan serta penurunan yang tidak menentu. Menanggapi hal itu, Chairman dan CEO Boeing Dennis Muilenburg angkat bicara untuk menegaskan kembali bahwa pihak perusahaan mendukung penuh penyelidikan.
Dennis menambahkan, bahwa Boeing juga akan melanjutkan pembaruan terkait perangkat lunak Boeing 737 Max 8 yang akan fokus terhadap sistem kontrol penerbangan dalam menanggapi masukan sensor yang salah.
Di sisi lain pada hari Minggu, kemarin upacara diadakan di Kenya dan Ethiopia untuk menghormati para korban. Ribuan orang berkumpul di katedral Tritunggal Mahakudus di Addis Ababa di mana peti mati kosong terbungkus bendera nasional. Belum ada satu pun mayat yang diidentifikasi secara formal.
Seputar kecelakaan Ethiopian Airlines, sebagai informasi Penerbangan 302 lepas landas dari Bandara Internasional Addis Ababa Bole pada pagi hari 10 Maret, menuju Nairobi di Kenya. Beberapa menit setelah penerbangan, pilot melaporkan ada gangguan dan diminta untuk kembali.
Visibilitas dikatakan baik, tetapi monitor lalu lintas udara Flightradar24 mengatakan "kecepatan vertikal pesawat tidak stabil setelah lepas landas". Seorang saksi mata di tempat kejadian mengatakan kepada BBC ada kebakaran hebat saat pesawat menabrak tanah.
Penyelidik keselamatan udara Prancis memeriksa perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit - atau kotak hitam seperti yang sering mereka sebut - dan telah menyerahkan temuan mereka ke pihak Ethiopia.
Sementara pada 29 Oktober, maskapai Lion Air dengan Penerbangan 610 jatuh setelah lepas landas dari bandara Jakarta, hingga menewaskan 189 orang. Penyelidik kemudian mengidentifikasi adanya masalah pada anti-stall system yang dirancang untuk menghentikan pesawat agar mengarah ke atas pada sudut yang terlalu tinggi sehingga bisa kehilangan daya angkatnya.
Selama penerbangan JT610, sistem ini berulang kali memaksa hidung pesawat ke bawah, bahkan ketika pesawat tidak berhenti - mungkin karena sensor yang salah. Pilot mencoba memperbaiki ini dengan mengarahkan hidung lebih tinggi, hingga sistem mendorongnya lagi. Ini terjadi lebih dari 20 kali. Setelah kecelakaan kedua yang menimpa Ethiopian Airlines, maskapai penerbangan di seluruh dunia memutuskan untuk mengkandangkan pesawat Boeing 737 Max 8 milik mereka.
(akr)