Nilai Ekspor Tenun dan Batik Sepanjang 2018 Capai USD53,3 Juta
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka terus mendorong para pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) nasional tenun dan batik. Dengan meningkatkan produktivitas dan inovasi agar lebih berdaya saing di pasar domestik dan internasional, salah satunya melalui fasilitasi keikutsertaan pada pameran nasional Adiwastra Nusantara 2019 dengan tema Wastra Adati Generasi Digital.
“Ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan dan mempromosikan budaya dalam karya wastra adati Indonesia. Tema Wastra Adati Generasi Digital menunjukkan bahwa wastra nusantara siap untuk bersaing di era ekonomi digital dimana persaingan usaha semakin kompetitif. Untuk menyikapi hal tersebut maka pemerintah berkewajiban meningkatkan daya saing produk dalam negeri,” jelas Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartanto di sela pembukaan Pameran Adiwastra Nusantara 2019 di Jakarta, Kamis, (21/3/2019).
Menurut Airlangga, untuk meningkatkan daya saing tersebut pemerintah mencanangkan Making Indonesia 4.0. Pada tahap awal implementasi Making Indonesia 4.0, Indonesia akan fokus pada 5 sektor prioritas yaitu: Industri Makanan dan Minuman; Industri Tekstil dan Busana; Industri Otomotif; Industri Elektronik; dan Industri Kimia.
“Sektor prioritas tersebut adalah sektor yang diyakini mempunyai daya ungkit besar dalam hal penciptaan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar,” jelasnya.
Penyelenggaraan pameran Adiwastra Nusantara ke 12 tahun 2019 ini mengusung tema ‘Wastra Adati generasi Digital’. Pameran ini diselenggarakan pada 20 sampai dengan 24 maret 2019 di Hall A dan B Jakarta Convention Center dengan diikuti 413 stand peserta dari seluruh Indonesia. Pameran ini ditargetkan dihadiri lebih dari 40.000 orang dari seluruh Indonesia dengan nilai penjualan Rp45-50 miliar.
Airlangga mengatakan, industri tenun dan batik yang merupakan bagian dari kelompok industri tekstil dan busana memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Untuk komoditi tenun dan batik pada tahun 2018 nilai ekspornya mencapai USD53,3 juta dengan negara tujuan ekspor adalah Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat.
“Industri tenun dan batik yang banyak ditekuni oleh industri kecil dan menengah (IKM) tersebar di sentra-sentra industri. Terdapat 369 sentra IKM tenun dan 101 sentra IKM batik yang tersebar di hampir seluruh wilayah nusantara,” tambahnya.
Sementara itu, Dirjen industri Kecil, Menengah dan Aneka Gati WIbawaningsih mengatakan, pada Pameran Adiwastra Nusantara tahun 2019 ini, Kementerian Perindustrian memberikan kontribusi yang jauh lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.
Fasilitasi yang diberikan antara lain booth pameran untuk 36 industri batik dan tenun yang meliputi 20 booth dari Direktorat Jenderal IKMA dan 16 dari Direktorat Jenderal IKFT; penyelenggaraan fashion show pada opening ceremony yang mengangkat Tenun Donggala dengan bekerjasama dengan desainer Didit Maulana sebagai salah satu wujud pembangunan perajin tenun di Sulawesi Tengah pasca bencana tsunami.
“Ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan dan mempromosikan budaya dalam karya wastra adati Indonesia. Tema Wastra Adati Generasi Digital menunjukkan bahwa wastra nusantara siap untuk bersaing di era ekonomi digital dimana persaingan usaha semakin kompetitif. Untuk menyikapi hal tersebut maka pemerintah berkewajiban meningkatkan daya saing produk dalam negeri,” jelas Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartanto di sela pembukaan Pameran Adiwastra Nusantara 2019 di Jakarta, Kamis, (21/3/2019).
Menurut Airlangga, untuk meningkatkan daya saing tersebut pemerintah mencanangkan Making Indonesia 4.0. Pada tahap awal implementasi Making Indonesia 4.0, Indonesia akan fokus pada 5 sektor prioritas yaitu: Industri Makanan dan Minuman; Industri Tekstil dan Busana; Industri Otomotif; Industri Elektronik; dan Industri Kimia.
“Sektor prioritas tersebut adalah sektor yang diyakini mempunyai daya ungkit besar dalam hal penciptaan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar,” jelasnya.
Penyelenggaraan pameran Adiwastra Nusantara ke 12 tahun 2019 ini mengusung tema ‘Wastra Adati generasi Digital’. Pameran ini diselenggarakan pada 20 sampai dengan 24 maret 2019 di Hall A dan B Jakarta Convention Center dengan diikuti 413 stand peserta dari seluruh Indonesia. Pameran ini ditargetkan dihadiri lebih dari 40.000 orang dari seluruh Indonesia dengan nilai penjualan Rp45-50 miliar.
Airlangga mengatakan, industri tenun dan batik yang merupakan bagian dari kelompok industri tekstil dan busana memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Untuk komoditi tenun dan batik pada tahun 2018 nilai ekspornya mencapai USD53,3 juta dengan negara tujuan ekspor adalah Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat.
“Industri tenun dan batik yang banyak ditekuni oleh industri kecil dan menengah (IKM) tersebar di sentra-sentra industri. Terdapat 369 sentra IKM tenun dan 101 sentra IKM batik yang tersebar di hampir seluruh wilayah nusantara,” tambahnya.
Sementara itu, Dirjen industri Kecil, Menengah dan Aneka Gati WIbawaningsih mengatakan, pada Pameran Adiwastra Nusantara tahun 2019 ini, Kementerian Perindustrian memberikan kontribusi yang jauh lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya.
Fasilitasi yang diberikan antara lain booth pameran untuk 36 industri batik dan tenun yang meliputi 20 booth dari Direktorat Jenderal IKMA dan 16 dari Direktorat Jenderal IKFT; penyelenggaraan fashion show pada opening ceremony yang mengangkat Tenun Donggala dengan bekerjasama dengan desainer Didit Maulana sebagai salah satu wujud pembangunan perajin tenun di Sulawesi Tengah pasca bencana tsunami.
(akr)