ESDM Bangun Tenaga Surya di Puncak Papua
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan 18.102 unit Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) di Kabupaten Puncak, Papua. Hal ini sejalan dengan fokus pemerintah dalam membangun infrastruktur tenaga listrik untuk masyarakat di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Satry Nugraha mengatakan membangun infrastruktur di timur Indonesia memang tak semudah di kawasan barat, mengingat kawasannya sulit dijangkau serta infrastruktur penujang lainnya masih minim bahkan sangat sulit. Misalnya saja dalam penyediaan tenaga listrik untuk masyarakat di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar. Bentang alam Papua menyebabkan aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) belum dapat masuk ke berbagai wilayahnya, salah satunya di Kabupaten Puncak, Papua.
Kementerian ESDM menyerahkan secara simbolis paket Lampu Tenaga Surya Hemat Energi kepada masyarakat di Kabupaten Puncak. Adapun paket yang dibagikan sebanyak 18.102 unit LTSHE diserahkan bagi warga di 86 desa di kabupaten itu.
“Program LTSHE merupakan salah satu instrumen untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat mendapatkan akses energi modern dan penerangan sebagai upaya mewujudkan energi berkeadilan,” kata Satry melalui keterangan resminya di Jakarta, kemarin.
Satry mengungkapkan, harapannya agar Lampu Tenaga Surya Hemat Energi ini memberikan banyak manfaat untuk masyarakat sekitar.
“Saya juga mengharapkan LTSHE yang telah terpasang, dapat dipelihara oleh masyarakat penerima LTSHE dan pemerintah daerah, agar manfaatnya dapat bisa dirasakan oleh masyarakat dalam jangka waktu yang lama,” ujarnya.
Papua memang menjadi prioritas untuk dipasang LTSHE. Satry mengungkapkan bahwa dari total alokasi anggaran Rp558 miliar di tahun 2018, dari jumlah itu sebangak Rp152 miliar nya merupakan alokasi untuk pemasangan LTSHE di Papua.
Untuk tahun ini, program LTSHE akan menyasar 98.481 rumah tangga lainnya yang belum berlistrik. Dimana 12.531 rumah tangga tersebut berada di Papua. Total desa yang akan berlistrik LTSHE pada 2019 sebanyak 1.083 desa yang terletak di 119 kabupaten/kota.
Sejak dua tahun lalu, tepatnya di tahun 2017, Kementerian ESDM menginisiasi program LTSHE. Program ini merupakan langkah pra elektrifikasi yang khusus ditujukan kepada rumah tangga yang belum berlistrik sama sekali. Kedepannya daerah yang sudah terpasang LTSHE akan didorong untuk dilanjutkan dengan penerangan on grid dari PLN.
Pada tahun 2017, program LTSHE telah dilaksanakan di lima Provinsi yakni Maluku, Nusa Tenggara Barat, Riau, Papua dan Papua Barat dengan jumlah anggaran sebesar Rp276 miliar. Dengan jumlah anggaran tersebut, LTSHE di 2017 dapat memberikan penerangan di malam hari untuk 79.556 rumah tangga yang terdapat di 1.208 desa yang terletak di 28 kabupaten/kota.
Setahun berikutnya, program ini merambah rumah tangga lainnya yang terdapat di 16 provinsi. Dengan kata lain, pada tahun 2018 ada tambahan LTSHE untuk 172.996 titik rumah tangga. Anggaran yang telah dikeluarkan untuk pembangunan ini adalah Rp558 miliar.
Selain menyediakan listrik untuk rumah tangga, Kementerian ESDM juga menyediakan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU-TS) sebanyak 21.839 titik untuk 26 provinsi. Provinsi Papua mendapatkan alokasi pemasangan PJU sebanyak 600 titik dan 300 titik diantaranya dialokasikan di Kabupaten Puncak.
Listrik Sentani
Disisi lain PLN terus memulihkan pasokan listrik untuk masyarakat Sentani pasca bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi pekan lalu. PLN telah berhasil memulihkan gardu hingga mencapai 99% dan 100% penyulang telah pulih. Sementara itu, sejumlah kondisi gardu masih dalam pekerjaan penyelesaian antara lain enam gardu yang padam karena terendam, perbaikan tiga tower SUTT 70 kV Orya dan sejumlah jaringan yang rusak atau putus di sejumlah titik.
Cuaca yang kurang bersahabat seminggu kemarin menjadi kendala proses pemulihan pasokan listrik untuk warga. Cuaca tersebut mengakibatkan banjir susulan dan tanah longsor yang akhirnya berdampak pada sejumlah jaringan.
“Saat ini tim pemulihan kelistrikan masih terus bekerja dilapangan di lokasi-lokasi bencana banjir kemarin. Namun, memang terdapat beberapa lokasi yang belum teraliri listrik dikarenakan akses yang belum bisa ditempuh serta infrastruktur yang mengalami kerusakan cukup besar,” ujar Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN I Made Suprateka.
Saat ini PLN fokus menyelesaikan perbaikan jaringan yang rusak atau putus di titik-titik yang sudah dapat diakses sembari menunggu air surut. Selain itu, perbaikan tiga tower SUTT 70 kv di Orya juga terus dikebut. Gangguan dan pekerjaan ini menyebabkan beberapa lokasi di Sentani mengalami pemadaman. (Nanang Wijayanto)
Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Satry Nugraha mengatakan membangun infrastruktur di timur Indonesia memang tak semudah di kawasan barat, mengingat kawasannya sulit dijangkau serta infrastruktur penujang lainnya masih minim bahkan sangat sulit. Misalnya saja dalam penyediaan tenaga listrik untuk masyarakat di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar. Bentang alam Papua menyebabkan aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) belum dapat masuk ke berbagai wilayahnya, salah satunya di Kabupaten Puncak, Papua.
Kementerian ESDM menyerahkan secara simbolis paket Lampu Tenaga Surya Hemat Energi kepada masyarakat di Kabupaten Puncak. Adapun paket yang dibagikan sebanyak 18.102 unit LTSHE diserahkan bagi warga di 86 desa di kabupaten itu.
“Program LTSHE merupakan salah satu instrumen untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat mendapatkan akses energi modern dan penerangan sebagai upaya mewujudkan energi berkeadilan,” kata Satry melalui keterangan resminya di Jakarta, kemarin.
Satry mengungkapkan, harapannya agar Lampu Tenaga Surya Hemat Energi ini memberikan banyak manfaat untuk masyarakat sekitar.
“Saya juga mengharapkan LTSHE yang telah terpasang, dapat dipelihara oleh masyarakat penerima LTSHE dan pemerintah daerah, agar manfaatnya dapat bisa dirasakan oleh masyarakat dalam jangka waktu yang lama,” ujarnya.
Papua memang menjadi prioritas untuk dipasang LTSHE. Satry mengungkapkan bahwa dari total alokasi anggaran Rp558 miliar di tahun 2018, dari jumlah itu sebangak Rp152 miliar nya merupakan alokasi untuk pemasangan LTSHE di Papua.
Untuk tahun ini, program LTSHE akan menyasar 98.481 rumah tangga lainnya yang belum berlistrik. Dimana 12.531 rumah tangga tersebut berada di Papua. Total desa yang akan berlistrik LTSHE pada 2019 sebanyak 1.083 desa yang terletak di 119 kabupaten/kota.
Sejak dua tahun lalu, tepatnya di tahun 2017, Kementerian ESDM menginisiasi program LTSHE. Program ini merupakan langkah pra elektrifikasi yang khusus ditujukan kepada rumah tangga yang belum berlistrik sama sekali. Kedepannya daerah yang sudah terpasang LTSHE akan didorong untuk dilanjutkan dengan penerangan on grid dari PLN.
Pada tahun 2017, program LTSHE telah dilaksanakan di lima Provinsi yakni Maluku, Nusa Tenggara Barat, Riau, Papua dan Papua Barat dengan jumlah anggaran sebesar Rp276 miliar. Dengan jumlah anggaran tersebut, LTSHE di 2017 dapat memberikan penerangan di malam hari untuk 79.556 rumah tangga yang terdapat di 1.208 desa yang terletak di 28 kabupaten/kota.
Setahun berikutnya, program ini merambah rumah tangga lainnya yang terdapat di 16 provinsi. Dengan kata lain, pada tahun 2018 ada tambahan LTSHE untuk 172.996 titik rumah tangga. Anggaran yang telah dikeluarkan untuk pembangunan ini adalah Rp558 miliar.
Selain menyediakan listrik untuk rumah tangga, Kementerian ESDM juga menyediakan Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU-TS) sebanyak 21.839 titik untuk 26 provinsi. Provinsi Papua mendapatkan alokasi pemasangan PJU sebanyak 600 titik dan 300 titik diantaranya dialokasikan di Kabupaten Puncak.
Listrik Sentani
Disisi lain PLN terus memulihkan pasokan listrik untuk masyarakat Sentani pasca bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi pekan lalu. PLN telah berhasil memulihkan gardu hingga mencapai 99% dan 100% penyulang telah pulih. Sementara itu, sejumlah kondisi gardu masih dalam pekerjaan penyelesaian antara lain enam gardu yang padam karena terendam, perbaikan tiga tower SUTT 70 kV Orya dan sejumlah jaringan yang rusak atau putus di sejumlah titik.
Cuaca yang kurang bersahabat seminggu kemarin menjadi kendala proses pemulihan pasokan listrik untuk warga. Cuaca tersebut mengakibatkan banjir susulan dan tanah longsor yang akhirnya berdampak pada sejumlah jaringan.
“Saat ini tim pemulihan kelistrikan masih terus bekerja dilapangan di lokasi-lokasi bencana banjir kemarin. Namun, memang terdapat beberapa lokasi yang belum teraliri listrik dikarenakan akses yang belum bisa ditempuh serta infrastruktur yang mengalami kerusakan cukup besar,” ujar Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN I Made Suprateka.
Saat ini PLN fokus menyelesaikan perbaikan jaringan yang rusak atau putus di titik-titik yang sudah dapat diakses sembari menunggu air surut. Selain itu, perbaikan tiga tower SUTT 70 kv di Orya juga terus dikebut. Gangguan dan pekerjaan ini menyebabkan beberapa lokasi di Sentani mengalami pemadaman. (Nanang Wijayanto)
(nfl)