Industri Perikanan Bakal Manfaatkan Cold Storage Tenaga Surya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengembangkan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk lemari pendingin di sektor perikanan. Langkah itu bertujuan untuk menunjang kegiatan perekonomian berbasis kemaritiman dengan melibatkan kementerian terkait.
"Kami sekarang ini sedang berproses untuk membuat pilot project dengan Kementerian KKP untuk mendukung PLTS cold storage. Ada peluang untuk bisa melakukan penghematan dari pemanfaatan energi terbarukan (EBT)," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris Yahya, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (20/6/2020).
Harris menjelaskan, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) sedang menyusun program pengembangan klaster ekonomi maritim dengan melakukan identifikasi potensi pengembangan EBT hingga pembahasan bentuk usaha penyediaan tenaga listrik.
"Diharapkan dapat selesai di bulan Agustus 2020 nanti," kata Harris. ( Baca:Perkara Tanah Beres, Malindo Lanjutkan Investasi Rp1,1 Triliun )
Khusus di sektor kelautan dan perikanan, cold storage menjadi salah satu yang paling potensial untuk digarap dengan memanfaatkan energi surya. Dari data yang ada, tercatat sebanyak enam dari perusahaan yang memiliki cold storage dengan total kapasitas 3.850 ton membutuhkan setrum listrik sebesar 1.721 kVA.
"Semoga benefit EBT ini bisa meningkatkan kesejahteraan dan akses listrik kepada masyarakat," tutur Harris.
Potensi lain yang bisa dikembangkan dalam skala mikro adalah PLTS atap. Kondisi ini semakin dipermudah dengan kemudahan mekanisme yang diberikan oleh pemerintah dalam membangun pembangkit tersebut. Di Indonesia mekanismenya sangat sederhana, hanya memasang meteran Solar PV Rooftop.
"Ada meteran ekspor-impor, selisih ekspor impor itulah yang dibayar oleh pelanggan," Harris menjelaskan.
Sebagai informasi, minat masyarakat pun terhadap PLTS atap terus mengalami pertumbuhan signifikan. Hingga akhir Desember 2019, tercatat ada lebih dari 900 dari 1.673 pelanggan pasang baru PLTS atap sejak peraturan tersebut diterbitkan pada bulan Desember 2018.
Akselerasi EBT di Indonesia, menurut Harris, memungkinkan untuk bisa dipercepat di tengah pandemi Covid-19, sehingga target tambahan kapasitas pembangkit EBT sebanyak 9.000 MW di tahun 2024 bisa tercapai. Jumlah itu meliputi peningkatan kapasitas pembangkit hidro sebesar 3.900 MW, bioenergi 1.200 MW, panas bumi 1.000 MW, dan panel surya 2.000 MW.
"Kami sekarang ini sedang berproses untuk membuat pilot project dengan Kementerian KKP untuk mendukung PLTS cold storage. Ada peluang untuk bisa melakukan penghematan dari pemanfaatan energi terbarukan (EBT)," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris Yahya, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (20/6/2020).
Harris menjelaskan, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) sedang menyusun program pengembangan klaster ekonomi maritim dengan melakukan identifikasi potensi pengembangan EBT hingga pembahasan bentuk usaha penyediaan tenaga listrik.
"Diharapkan dapat selesai di bulan Agustus 2020 nanti," kata Harris. ( Baca:Perkara Tanah Beres, Malindo Lanjutkan Investasi Rp1,1 Triliun )
Khusus di sektor kelautan dan perikanan, cold storage menjadi salah satu yang paling potensial untuk digarap dengan memanfaatkan energi surya. Dari data yang ada, tercatat sebanyak enam dari perusahaan yang memiliki cold storage dengan total kapasitas 3.850 ton membutuhkan setrum listrik sebesar 1.721 kVA.
"Semoga benefit EBT ini bisa meningkatkan kesejahteraan dan akses listrik kepada masyarakat," tutur Harris.
Potensi lain yang bisa dikembangkan dalam skala mikro adalah PLTS atap. Kondisi ini semakin dipermudah dengan kemudahan mekanisme yang diberikan oleh pemerintah dalam membangun pembangkit tersebut. Di Indonesia mekanismenya sangat sederhana, hanya memasang meteran Solar PV Rooftop.
"Ada meteran ekspor-impor, selisih ekspor impor itulah yang dibayar oleh pelanggan," Harris menjelaskan.
Sebagai informasi, minat masyarakat pun terhadap PLTS atap terus mengalami pertumbuhan signifikan. Hingga akhir Desember 2019, tercatat ada lebih dari 900 dari 1.673 pelanggan pasang baru PLTS atap sejak peraturan tersebut diterbitkan pada bulan Desember 2018.
Akselerasi EBT di Indonesia, menurut Harris, memungkinkan untuk bisa dipercepat di tengah pandemi Covid-19, sehingga target tambahan kapasitas pembangkit EBT sebanyak 9.000 MW di tahun 2024 bisa tercapai. Jumlah itu meliputi peningkatan kapasitas pembangkit hidro sebesar 3.900 MW, bioenergi 1.200 MW, panas bumi 1.000 MW, dan panel surya 2.000 MW.
(uka)