Majukan Industri Farmasi, Kimia Farma Akuisisi Phapros Senilai Rp1,36 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Kimia Farma (Persero) Tbk mengumumkan mengakuisisi PT Phapros Tbk anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Akusisi ini disahkan dalam penandatanganan Perjanjian Jual Beli (Sales and Purchase Agreement) saham.
Melalui aksi korporasi ini, Kimia Farma resmi memiliki saham mayoritas Phapros sebanyak 476.901.860 saham, yang merupakan 56,77% saham yang dimiliki oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia dengan nilai akuisisi Rp1,36 triliun.
Kedua perusahaan akan bersinergi memacu pertumbuhan industri farmasi di Indonesia untuk mengoptimalkan akses layanan dan produk kesehatan yang bermutu tinggi bagi masyarakat.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro, yang mewakili Menteri BUMN, mengatakan akuisisi Phapros oleh Kimia Farma merupakan wujud dari sinergi BUMN untuk meningkatkan portofolio produk dari Kimia Farma dan Phapros.
"Akuisisi ini nantinya akan mendorong terciptanya efisiensi," terang Wahyu Kuncoro di Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Bergabungnya Phapros dengan Kimia Farma diharapkan membawa sejumlah manfaat untuk masyarakat dan negara. Dengan kepemilikan lini bisnis yang sama, langkah strategis ini dinilai akan memperluas akses layanan kesehatan dan produk farmasi dalam mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk rakyat Indonesia.
Selain itu juga akan menciptakan efisiensi biaya operasional dan distribusi barang, meningkatkan diversifikasi portofolio produk, serta memperkuat jaringan produksi.
"Sebagai salah satu ujung tombak industri healthcare milik negara, Kimia Farma berkomitmen memajukan industri farmasi untuk mewujudkan kesehatan masyarakat Indonesia yang berkualitas. Semoga bergabungnya Phapros dengan Kimia Farma dapat memperkuat dan memperluas layanan kesehatan kepada masyarakat," kata Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir.
Senada, Direktur Utama RNI, Didik Prasetyo, mengatakan akusisi ini menjadi salah satu momentum bersejarah bagi RNI dalam mendukung penuh sinergi BUMN.
"Sebagai agen pembangunan negara, kami turut mendorong tercapainya cita–cita pemerintah termasuk dalam percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan," tutur Didik Prasetyo.
Melalui aksi korporasi ini, Kimia Farma resmi memiliki saham mayoritas Phapros sebanyak 476.901.860 saham, yang merupakan 56,77% saham yang dimiliki oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia dengan nilai akuisisi Rp1,36 triliun.
Kedua perusahaan akan bersinergi memacu pertumbuhan industri farmasi di Indonesia untuk mengoptimalkan akses layanan dan produk kesehatan yang bermutu tinggi bagi masyarakat.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro, yang mewakili Menteri BUMN, mengatakan akuisisi Phapros oleh Kimia Farma merupakan wujud dari sinergi BUMN untuk meningkatkan portofolio produk dari Kimia Farma dan Phapros.
"Akuisisi ini nantinya akan mendorong terciptanya efisiensi," terang Wahyu Kuncoro di Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Bergabungnya Phapros dengan Kimia Farma diharapkan membawa sejumlah manfaat untuk masyarakat dan negara. Dengan kepemilikan lini bisnis yang sama, langkah strategis ini dinilai akan memperluas akses layanan kesehatan dan produk farmasi dalam mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk rakyat Indonesia.
Selain itu juga akan menciptakan efisiensi biaya operasional dan distribusi barang, meningkatkan diversifikasi portofolio produk, serta memperkuat jaringan produksi.
"Sebagai salah satu ujung tombak industri healthcare milik negara, Kimia Farma berkomitmen memajukan industri farmasi untuk mewujudkan kesehatan masyarakat Indonesia yang berkualitas. Semoga bergabungnya Phapros dengan Kimia Farma dapat memperkuat dan memperluas layanan kesehatan kepada masyarakat," kata Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir.
Senada, Direktur Utama RNI, Didik Prasetyo, mengatakan akusisi ini menjadi salah satu momentum bersejarah bagi RNI dalam mendukung penuh sinergi BUMN.
"Sebagai agen pembangunan negara, kami turut mendorong tercapainya cita–cita pemerintah termasuk dalam percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan," tutur Didik Prasetyo.
(ven)