Dana Dalam Negeri Tak Cukup, BI: RI Butuh Pinjaman Luar Negeri

Rabu, 27 Maret 2019 - 15:23 WIB
Dana Dalam Negeri Tak...
Dana Dalam Negeri Tak Cukup, BI: RI Butuh Pinjaman Luar Negeri
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai Indonesia masih membutuhkan utang dari luar negeri (ULN), lantaran pendanaan dari dalam negeri dirasa tidak cukup. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menerangkan, pinjaman dari luar negeri bukanlah sesuatu yang salah karena dipakai untuk pembangunan infrastruktur.

Mirza mengatakan, porsi pendanaan perbankan ditambah asuransi hanya 33% dari produk domestik bruto (PDB). "Jadi tidak salah kalau lihat pinjam dari luar negeri, sebab dalam negeri tidak cukup," ujar Mirza Adityaswara di Jakarta, Rabu (27/3/2019).

"Perbankan hanya 33% dari PDB dan itu sudah komponen besar dari dana funding kita. Size asuransi hanya Rp900-Rp1.000 triliun, size perbankan Rp5.500 triliun. Kalau digabung hanya 33% dari PDB Indonesia," jelasnya.

Sambung dia mengungkapkan, dari total utang luar negeri hingga Januari 2019, terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD190,2 miliar setara dengan Rp 2.662 triliun, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar USD193,1 miliar setara dengan Rp 2.703 triliun.

"Posisi ULN tersebut meningkat USD5,5 miliar atau setara dengan Rp77 triliun dibandingkan dengan posisi pada akhir periode sebelumnya karena neto transaksi penarikan ULN dan pengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga utang dalam rupiah yang dimiliki oleh investor asing tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS," jelasnya.

Secara tahunan, ULN Indonesia Januari 2019 tumbuh 7,2% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya. Pertumbuhan ULN yang relatif stabil tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ULN pemerintah di tengah perlambatan pertumbuhan ULN swasta.

ULN pemerintah sedikit meningkat pada Januari 2019. Posisi ULN pemerintah pada Januari 2019 sebesar USD187,2 miliar atau tumbuh 3,7% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,1%.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8717 seconds (0.1#10.140)