Jelang Ramadan, Asosiasi Peternak Ingin Harga Ayam Potong Stabil

Jum'at, 05 April 2019 - 23:04 WIB
Jelang Ramadan, Asosiasi Peternak Ingin Harga Ayam Potong Stabil
Jelang Ramadan, Asosiasi Peternak Ingin Harga Ayam Potong Stabil
A A A
BOGOR - Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (GOPAN) memastikan ketersediaan ayam potong aman menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Selain itu harga pokok penjualan (HPP) ayam potong diprediksi normal, lantaran stok ayam yang ada di cold storage saat ini tercukupi hingga dua bulan mendatang.

Sekretaris Jenderal GOPAN, Sugeng Wahyudi mengatakan, stok ayam untuk bulan bulan Ramadan dipastikan berlebih. Saat ini stok ayam dalam cold storaga atau rumah potong rata-rata mencapai 63 juta per bulan. Sedangkan kebutuhan konsumsi daging untuk sekali nasional hanya sekitar 58 juta sampai 60 juta perbulan.

“Jadi menurut kami stok daging ayam untuk bulan Ramadan tidak kurang, malah berlebih. Tapi karena stok ayam berlebih justru berimbas pada harga jual ayam yang menurun untuk saat ini,” kata Sugeng dalam satu diskusi yang dihadiri oleh sejumlah asosiasi peternak ayam, di Bogor, Jumat (5/4/2019).

Dalam kesempatan itu, ia juga meminta pemerintah agar memperhatikan peternak, baik itu peternak rakyat maupun mandiri. Sebab, dengan adanya Permendag Nomor 96/2018 dinilai belum efektif sehingga banyak peternak ayam yang kerap mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.

Untuk itu pihaknya siap bersinergi dengan pemerintah untuk menstabilkan harga ayam potong. "Kami juga mengapresiasi Dirjen Peternakan yang terus berupaya melakukan stabilitas harga ayam potong," katanya.

Menurut Sugeng yang juga merupakan juru bicara dari Peternak Rakyat dan Peternak Mandiri (PRPM) ini, kerugian ini sudah dialami oleh peternak sejak Januari sampai Maret 2019. Para pertenak mengalami kerugian sekitar Rp 4000 per Kilogram (kg) sampai Rp 5000 per kg.

"Saat ini harga produksi atau modal ayam potong antara Rp18.300 per kg sampai Rp 19.300 per kg sedangkan saat dijual hanya berkisar Rp 14 ribu per kg. Jadi para peternak mengalami kerugian dari Rp4.000-5.000 per kg. Ini jadi problem besar untuk para peternak. Jika hal ini terus menerus, maka para peternak rakyat banyak yang akan gulung tikar," katanya.

Sugeng menjelaskan, jika dikalkulasikan, kerugian para peternak bisa mencapai miliaran rupiah. Menurutnya dari 63 juta ayam potong, sekitar 20% dikuasai oleh pertenak rakyat sehingga ada sekitar 13 jutaan. Angka tersebut dikalikan oleh berat daging ayam yang rata-rata antara 1,5 sampai 2 kg dan kerugian yang mencapai Rp5.000.

"Misalnya, 13 juta dikalikan 2 kg dikalikan Rp 5000 hasilnya Rp 1,3 miliar. Jadi peternak rakyat mengalami kerugikan sebesar Rp1,3 miliar per bulan. Kalau hal ini dibiarkan, mereka bisa bangkrut," ucapnya.

Anehnya, meski harga jual ayam di produsen mengalami penurunan, namun harga ayam dipasaran malah mahal. Menurut sugeng harga ayam di pasar mencapai Rp32 ribu. Hal ini lantaran surat edaran Permendag Nomor 96/2018 tidak berjalan.

"Dalam Permendag ditetapkan sebesar Rp20 ribu per kilogram untuk batas bawah dan Rp22 ribu per kilogram untuk tarif batas atas. Namun kondisi saat ini, harga pembelian yang diterima peternak hanya Rp14 ribu per kg. Sedangkan penjualan ke konsumen mencapai Rp36 ribu per kg. Selisih harganya sangat jauhkan. Kami mau surat edaran dari kemendag itu harus ditegakkan," tuturnya.

Ketika ditanya terkait dinamika politik jelang Pemilu serentak pada 17 April nanti, Sugeng menyebutkan bahwa kontestasi politik, yakni Pilpres maupun Pileg tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengusaha ternak. "Karena kami para pengusaha tidak berpolitik. Persoalan siapa yang jadi presiden nanti, kami tetap mendukung hasil pemilu," ucapnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2920 seconds (0.1#10.140)