Aktivitas PLTA Batangtoru Aman Bagi Lingkungan Hidup

Sabtu, 06 April 2019 - 04:28 WIB
Aktivitas PLTA Batangtoru Aman Bagi Lingkungan Hidup
Aktivitas PLTA Batangtoru Aman Bagi Lingkungan Hidup
A A A
JAKARTA - Tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan pemantauan terkini aktivitas pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan PLTA Batangtoru di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Dari hasil pemanatauan, aktivitas PLTA Batangtoru aman bagi lingkungan hidup dan ekosistem orangutan Tapanuli.

Temuan ini membantah kampanye yang selalu dilancarkan sejumlah LSM bahwa pembangunan PLTA tersebut mengancam kehidupan orangutan dan satwa liar lainnya di daerah Batangtoru.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno, mengemukakan sampai saat ini tidak ada orangutan yang terluka apalagi sampai mati akibat pembangunan PLTA Batangtoru.

"Dalam pemantauan tim dan hingga sekarang, belum ada laporan satu ekor orangutan pun yang terbunuh dengan adanya proyek PLTA Batangtoru. Ini patut kita syukuri," kata dia pada sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (5/4/2019).

Wiratno menjelaskan, KLHK menurunkan tim pemantau yang terdiri dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatra Utara dan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Sumatra Utara, sejak Oktober 2018 lalu.

Lanjut Wiratno, tim ini bekerja independen secara berkesenimbangunan (continous monitoring) dengan pembiayaan sepenuhnya bersumber dari APBN. Untuk menjamin independensi, tim mengurangi interaksi dengan pihak yang pro dan kontra dengan aktivitas pembangunan PLTA Batangtoru.

Wiratno menilai temuan tersebut sangat menarik. Dia pun mengingatkan kepada calon investor apapun bentuk investasinya untuk selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam proses pembangunan. Tujuannya agar kelestarian satwa liar bisa terjaga. "Bukan hanya orangutan, tapi juga harimau dan satwa liar lain," katanya.

Dia melanjutkan, pembangunan PLTA Batangtoru bisa menjadi pembelajaran menarik di masa yang akan datang, bagaimana pembangunan bisa berjalan beriringan dengan upaya pelestarian satwa liar.

Wiratno secara khusus juga mengingatkan tentang pentingnya keterbukaan dalam proses pembangunan serta pentingnya menjalin komunikasi dengan para pihak yang terkait.

PLTA Batangtoru dirancang memiliki kapasitas 510 megawatt (MW). Bertipe peaker, PLTA Batangtoru akan menjadi andalan saat jaringan listrik Sumatra menghadapi beban puncak. Meski memiliki kapasitas besar, namun tak ada bendungan besar yang dibangun. Melainkan hanya kolam harian yang luasnya sekitar 90-an hektar. Bandingkan dengan kebutuhan lahan di PLTA Jatiluhur yang menghasilkan tenaga listrik 150 MW namun membutuhkan bendungan seluas 8.000 hektar.

Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Munir Ahmad, menegaskan pentingnya pembangunan PLTA Batangtoru. “Saat ini pasokan listrik di Sumatra kritis. Kalau ada salah satu pembangkit mati, maka sebagian Sumatra akan padam," katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumatra, lanjut dia, pemerintah mendorong dikembangkannya pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan seperti PLTA Batangtoru. Ini sesuai dengan rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2018-2027, kontribusi EBT dalam bauran energi pembangkitan tenaga listrik ditarget naik mencapai 23% pada tahun 2025.

Munir menjelaskan, beroperasinya PLTA Batangtoru bisa menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar minyak yang saat ini dimanfaatkan. Ini akan berdampak pada penghematan biaya operasional yang besarnya bisa mencapai USD300 juta atau setara Rp4,5 triliun per tahun.

"Kalau dibandingkan, biaya operasional dari PLTA Batangtoru hanya sekitar Rp1.600 per KWH. Bandingkan jika menggunakan bahan bakar minyak, bisa mencapai Rp3.000 per KWH," terangnya.

Biaya operasional yang hemat, lanjut Munir, berarti juga pemerintah bisa menyediakan listrik dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat. "Kita kembangkan energi baru terbarukan untuk mendapat listrik murah dan secara lingkungan juga bisa membantu mencegah perubahan iklim," pungkas Munir.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5023 seconds (0.1#10.140)