Pengembangan The Kaldera Akan Sentuh Desa Wisata Sigapiton
A
A
A
JAKARTA - Menyusul peresmian oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya Kamis (4/4) lalu, pengembangan akan dilakukan di destinasi wisata The Kaldera, yang berada di Sibisa, Kecamatan Ajibata, Toba Samosir. Tidak hanya pengembangan lokasi, strategi pemasaran destinasi wisata unggulan ini juga sudah disiapkan.
The Kaldera akan berada di bawah Badan Pengelola Otorita Danau Toba (BPODT). Sebagai pengelola, BPODT akan merangkul pendiri dan CEO Keiski Hotel, Ren Tobing. Sebagai seorang profesional, Ren Tobing menilai langkah yang sudah dilakukan BPODT di The Kaldera sangat luar biasa.
"Saya orangnya realistis. Kalau sebuah proyek tidak ada potensinya tidak akan saya ambil. Tapi kalau ada potensinya dan belum dibangun, saya justru akan mendorong agar potensi itu digali. Dan apa yang sudah dilakukan BPODT sangat luar biasa. Dalam dua bulan mereka bisa membuat destinasi seperti ini dan tetap menjaga kelestarian kawasan," ungkap Ren Tobing, dalam keterangan tertulis, Minggu (7/4/2019).
Dijelaskannya, konsep nomadic yang dibangun sangat tepat. Sangat sesuai dengan karakter yang berada di sekitar venue. Apalagi di lokasinya sangat dekat dengan Desa Wisata Sigapiton.
"Saya tidak bisa bayangkan jika yang dibangun adalah hotel bertingkat. Akan sangat aneh menurut saya. Karena tidak sesuai dengan kawasannya," terangnya.
Ren mengaku sejak awal sudah memikirkan konsep pengembangan The Kaldera. Salah satunya, membuat destinasi ini terintegrasi dengan Desa Wisata Sigapiton, serta Danau Toba.
"Sejak awal kita sudah siapkan pengembangan The Kaldera. Misalnya, kita punya rencana membuat jalur trekking dari Desa Sigapiton ke The Kaldera. Pasti menarik karena memberikan pengalaman buat mereka yang suka adventure. Jalur pun sudah kita petakan, dan tidak akan merusak ekosistem sekitarnya," ujarnya.
Lantaran Desa Sigapiton berada di pinggir Danau Toba, ia pun berencana menghadirkan wisata bahari. Jika terealisasi, akses menuju The Kaldera pun akan bertambah. Selain jalur darat, juga bisa melalui jalur air via Danau Toba. Belum lagi jika Bandara Sibisa beroperasi.
Menurutnya, integritas antara Desa Sigapiton dan The Kaldera akan menguntungkan masyarakat. Karena, wisatawan yang hadir ke Desa Sigapiton akan semakin bertambah. Hal ini bisa berpengaruh pada pendapat masyarakat dan pengembangan Desa Sigapiton.
Ren juga telah memikirkan strategi pemasaran The Kaldera. Menurutnya, hal yang terpenting adalah memetakan karakter wisatawan. "Kita harus cari tahu karakter wisatawan Asia Tenggara seperti apa, kemudian dari Timur Tengah juga seperti apa. Untuk The Kaldera, menurut saya sangat tepat dengan karakter wisatawan Eropa. Karena mereka suka wisata petualangan," paparnya.
Sedangkan Kepala Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo mengakui pengembangan akan terus dilakukan setelah The Kaldera diresmikan.
"Kita akan memikirkan agar The Kaldera nyaman buat anak-anak, juga lansia. Yang pasti pengembangan akan terus kita lakukan. Karena, kita ingin menjadikan The Kaldera sebagai destinasi terdepan di kawasan Danau Toba," terangnya.
Sedangkan Ketua Tim Percepatan Nomadic Tourism Waizly Darwin mengatakan The Kaldera akan sangat lengkap. "Masih banyak yang bisa kita kembangkan di The Kaldera. Salah satu fasilitas yang akan kita kembangkan adalah nomadic helitour. Kita akan ajak wisatawan menikmati Danau Toba dari udara. Kita juga hadirkan nomadic coffee trail. Konsepnya adalah mengajak wisatawan berkeliling ke perkebunan kopi yang ada di sekitar The Kaldera. Yang pasti, The Kaldera bisa menyajikan banyak fasilitas dalam satu destinasi. Dengan konsep nomadic tentunya," papar Waizly.
Sedangkan Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan The Kaldera akan menjadi salah satu nomadic tourism terdepan di Indonesia. "Dengan karakternya saya menilai The Kaldera ini sangat cocok untuk menjadi destinasi nomadic amenitas. Karena, lokasinya sangat bagus. Sangat nyaman. View yang ditempailkan juga sangat keren. Apalagi The Kaldera memiliki amenitas yang keren-keren. Seperti Cabin dan Bubble Tent. Mereka juga mendapatkan view Danau Toba yang eksotis. Jadi The Kaldera ini memang luar biasa," pungkasnya.
The Kaldera akan berada di bawah Badan Pengelola Otorita Danau Toba (BPODT). Sebagai pengelola, BPODT akan merangkul pendiri dan CEO Keiski Hotel, Ren Tobing. Sebagai seorang profesional, Ren Tobing menilai langkah yang sudah dilakukan BPODT di The Kaldera sangat luar biasa.
"Saya orangnya realistis. Kalau sebuah proyek tidak ada potensinya tidak akan saya ambil. Tapi kalau ada potensinya dan belum dibangun, saya justru akan mendorong agar potensi itu digali. Dan apa yang sudah dilakukan BPODT sangat luar biasa. Dalam dua bulan mereka bisa membuat destinasi seperti ini dan tetap menjaga kelestarian kawasan," ungkap Ren Tobing, dalam keterangan tertulis, Minggu (7/4/2019).
Dijelaskannya, konsep nomadic yang dibangun sangat tepat. Sangat sesuai dengan karakter yang berada di sekitar venue. Apalagi di lokasinya sangat dekat dengan Desa Wisata Sigapiton.
"Saya tidak bisa bayangkan jika yang dibangun adalah hotel bertingkat. Akan sangat aneh menurut saya. Karena tidak sesuai dengan kawasannya," terangnya.
Ren mengaku sejak awal sudah memikirkan konsep pengembangan The Kaldera. Salah satunya, membuat destinasi ini terintegrasi dengan Desa Wisata Sigapiton, serta Danau Toba.
"Sejak awal kita sudah siapkan pengembangan The Kaldera. Misalnya, kita punya rencana membuat jalur trekking dari Desa Sigapiton ke The Kaldera. Pasti menarik karena memberikan pengalaman buat mereka yang suka adventure. Jalur pun sudah kita petakan, dan tidak akan merusak ekosistem sekitarnya," ujarnya.
Lantaran Desa Sigapiton berada di pinggir Danau Toba, ia pun berencana menghadirkan wisata bahari. Jika terealisasi, akses menuju The Kaldera pun akan bertambah. Selain jalur darat, juga bisa melalui jalur air via Danau Toba. Belum lagi jika Bandara Sibisa beroperasi.
Menurutnya, integritas antara Desa Sigapiton dan The Kaldera akan menguntungkan masyarakat. Karena, wisatawan yang hadir ke Desa Sigapiton akan semakin bertambah. Hal ini bisa berpengaruh pada pendapat masyarakat dan pengembangan Desa Sigapiton.
Ren juga telah memikirkan strategi pemasaran The Kaldera. Menurutnya, hal yang terpenting adalah memetakan karakter wisatawan. "Kita harus cari tahu karakter wisatawan Asia Tenggara seperti apa, kemudian dari Timur Tengah juga seperti apa. Untuk The Kaldera, menurut saya sangat tepat dengan karakter wisatawan Eropa. Karena mereka suka wisata petualangan," paparnya.
Sedangkan Kepala Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo mengakui pengembangan akan terus dilakukan setelah The Kaldera diresmikan.
"Kita akan memikirkan agar The Kaldera nyaman buat anak-anak, juga lansia. Yang pasti pengembangan akan terus kita lakukan. Karena, kita ingin menjadikan The Kaldera sebagai destinasi terdepan di kawasan Danau Toba," terangnya.
Sedangkan Ketua Tim Percepatan Nomadic Tourism Waizly Darwin mengatakan The Kaldera akan sangat lengkap. "Masih banyak yang bisa kita kembangkan di The Kaldera. Salah satu fasilitas yang akan kita kembangkan adalah nomadic helitour. Kita akan ajak wisatawan menikmati Danau Toba dari udara. Kita juga hadirkan nomadic coffee trail. Konsepnya adalah mengajak wisatawan berkeliling ke perkebunan kopi yang ada di sekitar The Kaldera. Yang pasti, The Kaldera bisa menyajikan banyak fasilitas dalam satu destinasi. Dengan konsep nomadic tentunya," papar Waizly.
Sedangkan Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan The Kaldera akan menjadi salah satu nomadic tourism terdepan di Indonesia. "Dengan karakternya saya menilai The Kaldera ini sangat cocok untuk menjadi destinasi nomadic amenitas. Karena, lokasinya sangat bagus. Sangat nyaman. View yang ditempailkan juga sangat keren. Apalagi The Kaldera memiliki amenitas yang keren-keren. Seperti Cabin dan Bubble Tent. Mereka juga mendapatkan view Danau Toba yang eksotis. Jadi The Kaldera ini memang luar biasa," pungkasnya.
(fjo)