Menko Luhut: Rasio Utang Masih Rendah Tetap Digebukin
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menegaskan, bahwa rasio utang Indonesia masih jauh lebih rendah dibanding negara lain. Rasio utang tersebut dilihat dari perbandingannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Rasio utang kita di bawah 30%, jadinya masih rendah dan terjaga," kata Menko Luhut di Gedung Telkom Hub, Jakarta, Senin (8/4/2019).
Berdasarkan data kementerian keuangan, total utang pemerintah pusat hingga Januari 2019 nyaris tembus Rp4.500 triliun atau mencapai Rp4.498,6 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi utang pada Januari 2018 yang mencapai Rp 3.958,7 triliun.
Sementara Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Januari 2019 sebesar USD383,3 miliar atau sekitar Rp5.366,2 triliun (kurs Rp14.000/USD). Jumlah itu terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD190,2 miliar serta utang swasta termasuk BUMN sebesar USD193,1 miliar.
Meski begitu Menko Luhut menekankan, bahwa utang yang dimiliki Indonesia digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif. "Utang kitapaling rendah. Utang kalau benar, proyek produktif ya ndak ada masalah. Saya di WEF (World Economic Forum) ditanya kenapa utang segitu? segitu aja digebukin," jelasnya.
Lebih lanjut terang dia, menyebutkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia mencerminkan kondisi yang baik, sehingga utang tidak menjadi masalah. Sambung dia menyakini pertumbuhan ekonomi bakal tumbuh di atas 6%.
"Rasio utang kita di bawah 30%, jadinya masih rendah dan terjaga," kata Menko Luhut di Gedung Telkom Hub, Jakarta, Senin (8/4/2019).
Berdasarkan data kementerian keuangan, total utang pemerintah pusat hingga Januari 2019 nyaris tembus Rp4.500 triliun atau mencapai Rp4.498,6 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi utang pada Januari 2018 yang mencapai Rp 3.958,7 triliun.
Sementara Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Januari 2019 sebesar USD383,3 miliar atau sekitar Rp5.366,2 triliun (kurs Rp14.000/USD). Jumlah itu terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD190,2 miliar serta utang swasta termasuk BUMN sebesar USD193,1 miliar.
Meski begitu Menko Luhut menekankan, bahwa utang yang dimiliki Indonesia digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif. "Utang kitapaling rendah. Utang kalau benar, proyek produktif ya ndak ada masalah. Saya di WEF (World Economic Forum) ditanya kenapa utang segitu? segitu aja digebukin," jelasnya.
Lebih lanjut terang dia, menyebutkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia mencerminkan kondisi yang baik, sehingga utang tidak menjadi masalah. Sambung dia menyakini pertumbuhan ekonomi bakal tumbuh di atas 6%.
(akr)