Fantastis! Utang AS Capai Rp510 Kuadriliun, Tiap Orang Tanggung Rp1,5 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Utang pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya dalam sejarah telah melampaui angka USD34 triliun atau sekitar Rp510.000 triliun atau Rp510 kuadriliun (kurs Rp15.000 per USD). Besaran utang Negeri Paman Sam itu lebih dari dua kali lipat total utang negara China.
Departemen Keuangan AS mengungkapkan total utang baru pada hari Selasa (2/1), dengan mengatakan jumlah tersebut melampaui angka USD34 triliun hingga hampir USD1,5 miliar pada 29 Desember, hari kerja terakhir tahun 2023. Pinjaman meningkat sebesar USD90 miliar dari hari sebelumnya.
Dengan utang publik sebesar itu, artinya penduduk AS saat ini menanggung utang sekitar USD102.000 atau Rp1,5 miliar per orang, atau hampir USD260.000 (Rp3,9 miliar) per rumah tangga. Menurut Peter G. Peterson Foundation, sebuah kelompok kebijakan fiskal non-partisan di New York, total utang federal AS kira-kira setara dengan gabungan perekonomian China, Jerman, Jepang, India, dan Inggris.
"Kita memulai tahun baru, namun utang nasional kita masih berada pada jalur yang sama yang merusak dan tidak berkelanjutan," kata CEO yayasan Michael Peterson, seperti dikutip RT, Rabu (3/1/2023). Dia menambahkan, penambahan triliunan utang dari tahun ke tahun, harus menjadi peringatan bagi pembuat kebijakan yang peduli terhadap masa depan AS.
Sebagai perbandingan, menurut perkiraan IMF, China memiliki utang pemerintah sekitar USD14 triliun pada tahun lalu. Utang pemerintah AS setara dengan total gabungan lima peminjam terbesar berikutnya di dunia – China, Jepang, Inggris, Prancis, dan Italia.
Sedangkan persentase utang AS terhadap PDB adalah lebih dari 123%, di atas China yang sebesar 83%. Sementara, posisi teratas diduduki Jepang yang memiliki beban utang terbesar dibandingkan PDB mencapai 255%.
Pinjaman AS telah meningkat sebesar USD6,25 triliun (Rp93.750 triliun), atau 23%, sejak Presiden Joe Biden menjabat tiga tahun lalu. Sebagai gambaran, dibutuhkan waktu sekitar 225 tahun sejak negara ini berdiri untuk mencapai utang publik sebesar USD6 triliun.
Sebagai perbandingan, utang pemerintah Indonesia per November 2023 mencapai Rp8.041,01 triliun. Sejak awal Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat pada 2014, penambahan utang yang terjadi "hanya" sebesar Rp5.432,21 triliun.
Pertumbuhan utang AS telah meningkat pesat dalam dua dekade terakhir. Angka tersebut melonjak lebih dari USD9 triliun selama delapan tahun kepemimpinan Barack Obama, kemudian meningkat sebesar USD7,8 triliun selama masa jabatan empat tahun Donald Trump.
Biaya bunga utang AS meningkat menjadi USD659 miliar pada tahun fiskal terakhir pemerintah, setara dengan dua kali lipat seluruh anggaran federal Rusia. Pembayaran bunga akan berjumlah sekitar USD750 miliar tahun ini, atau lebih dari USD2 miliar per hari.
Departemen Keuangan AS mengungkapkan total utang baru pada hari Selasa (2/1), dengan mengatakan jumlah tersebut melampaui angka USD34 triliun hingga hampir USD1,5 miliar pada 29 Desember, hari kerja terakhir tahun 2023. Pinjaman meningkat sebesar USD90 miliar dari hari sebelumnya.
Dengan utang publik sebesar itu, artinya penduduk AS saat ini menanggung utang sekitar USD102.000 atau Rp1,5 miliar per orang, atau hampir USD260.000 (Rp3,9 miliar) per rumah tangga. Menurut Peter G. Peterson Foundation, sebuah kelompok kebijakan fiskal non-partisan di New York, total utang federal AS kira-kira setara dengan gabungan perekonomian China, Jerman, Jepang, India, dan Inggris.
"Kita memulai tahun baru, namun utang nasional kita masih berada pada jalur yang sama yang merusak dan tidak berkelanjutan," kata CEO yayasan Michael Peterson, seperti dikutip RT, Rabu (3/1/2023). Dia menambahkan, penambahan triliunan utang dari tahun ke tahun, harus menjadi peringatan bagi pembuat kebijakan yang peduli terhadap masa depan AS.
Sebagai perbandingan, menurut perkiraan IMF, China memiliki utang pemerintah sekitar USD14 triliun pada tahun lalu. Utang pemerintah AS setara dengan total gabungan lima peminjam terbesar berikutnya di dunia – China, Jepang, Inggris, Prancis, dan Italia.
Sedangkan persentase utang AS terhadap PDB adalah lebih dari 123%, di atas China yang sebesar 83%. Sementara, posisi teratas diduduki Jepang yang memiliki beban utang terbesar dibandingkan PDB mencapai 255%.
Pinjaman AS telah meningkat sebesar USD6,25 triliun (Rp93.750 triliun), atau 23%, sejak Presiden Joe Biden menjabat tiga tahun lalu. Sebagai gambaran, dibutuhkan waktu sekitar 225 tahun sejak negara ini berdiri untuk mencapai utang publik sebesar USD6 triliun.
Sebagai perbandingan, utang pemerintah Indonesia per November 2023 mencapai Rp8.041,01 triliun. Sejak awal Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjabat pada 2014, penambahan utang yang terjadi "hanya" sebesar Rp5.432,21 triliun.
Pertumbuhan utang AS telah meningkat pesat dalam dua dekade terakhir. Angka tersebut melonjak lebih dari USD9 triliun selama delapan tahun kepemimpinan Barack Obama, kemudian meningkat sebesar USD7,8 triliun selama masa jabatan empat tahun Donald Trump.
Biaya bunga utang AS meningkat menjadi USD659 miliar pada tahun fiskal terakhir pemerintah, setara dengan dua kali lipat seluruh anggaran federal Rusia. Pembayaran bunga akan berjumlah sekitar USD750 miliar tahun ini, atau lebih dari USD2 miliar per hari.
(fjo)