Bangga Mengembangkan Produk untuk Masyarakat

Minggu, 14 April 2019 - 09:14 WIB
Bangga Mengembangkan Produk untuk Masyarakat
Bangga Mengembangkan Produk untuk Masyarakat
A A A
Aplikasi yang sering digunakan dalam membantu aktivitas sehari-hari dibangun oleh tim yang terdiri atas banyak programmer.

Mereka terbagi dalam beberapa tugas berbeda seperti Murtiono Widi sebagai head of product di Kulina, sebuah startup kuliner. Dia bertugas merancang sebuah produk digital dalam bentuk web dan aplikasi. Setiap produk dirancang sesuai dengan kebutuhan bisnis dan diterima oleh konsumen.

“Agar sesuai dengan kebutuhan bisnis, kita terlebih dahulu harus melakukan banyak brainstorming dengan stakeholders atau pengambil keputusan bisnis di perusahaan kami.

Lalu supaya produk dapat diterima konsumen, tim saya juga melakukan beberapa user research dan user testing sebelum produk ini di-develop oleh tim developer kami dan digunakan oleh konsumen,” jelasnya.

Dalam tugasnya, selain fokus dalam mendesain produk, Murtiono juga harus bekerja sama dengan project management, tim developer, dan tim data. Menurutnya, di era sekarang ini data sangat dibutuhkan untuk menganalisis apa dan bagaima na sebenarnya produk yang diinginkan konsumen.

Analisis data merupakan bagian dari user research . Berkat passion di bidang ini, jika ada masalah Murtiono malah penasaran untuk menyelesaikannya. “Dukanya ketika produk yang sudah saya rancang dan saya anggap sesuai ekspektasi bisnis dan konsumen ternyata gagal, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan,” ucap Murtiono.

Memang diakuinya tidak ada produk yang sempurna. Tapi setiap programmer selalu belajar untuk se lalu memperbaiki dan menghasilkan produk yang baik. Ternyata Murtiono tidak belajar programming di bangku kuliah.

Dia lulusan bidang ekonomi dari Universitas Gadjah Mada. Namun karena keter tarikan dengan dunia teknologi dia mulai belajar sendiri mengenai infrastruktur jaringan, database , beberapa bahasa pemrograman, desain grafis, dan desain UI/UX.

“Mumpung masih muda tidak ada salahnya untuk belajar banyak hal. Tidak harus paham betul, minimal tahu banyak hal,” dia berpesan kepada generasi muda. Penghasilannya sebagai head of product berkisar Rp 20 juta-30 juta.

Kisaran tersebut juga berlaku di perusahaan lain, tetapi bergantung juga pada valuasi. Semakin besar nilai valuasi perusahaan tersebut tentu akan semakin besar penghasilan. Sementara itu Ibrahim Arief, Vice President of Engineering Bukalapak, diminta langsung oleh pendiri Bukalapak yang merupakan kerabatnya semasa kuliah di Institut Teknologi Bandung untuk menempati posisinya sekarang.

Ibrahim sebelumnya menjadi lead engineering ecommerce di Eropa selama 7 tahun. Talenta digital di Indonesia belum banyak yang memiliki pengalaman sehingga memang dibutuhkan programmer yang sudah bekerja di perusahaan digital di luar negeri.

Tugas Ibrahim cukup berat, yaitu memastikan 700 engineer di bawahnya untuk terus menaikkan level kemampuannya agar maksimal memberikan dam pak untuk Bukalapak. Misalnya 250 soft engineer yang mengurus sistem, 150 developer aplikasi mobile , 150 web developer yang mengatur tampilan di website agar interaksinya bagus dan memu dah kan bagi pengguna.

Sisanya ialah engineer yang merancang program testing agar mengetahui kualitas develop untuk verifikasi semua produk yang di ba ngun. “Meskipun terlihat berat, semua berubah jadi bangga jika kita melihat apa yang dikembangkan selama ini oleh tim kecil yang hanya 10-15 orang, tapi sudah dapat dipakai banyak orang sehingga sangat bermanfaat,” ucapnya haru.

Baginya talenta digital sangat banyak dan bagus, tetapi kurang pengalaman. Mengembangkan produk digital skalanya masif, apa pun produk yang dikerjakan harus dapat dipakai jutaan orang. Setiap produk ada tantangan baru, skalanya semakin besar berarti memiliki pengalaman yang baru lagi.

“Perusahaan digital di Indonesia baru muncul tahun 2010, sementara di luar negeri sudah ada 10-15 tahun lalu sehingga skala sudah besar. Talenta Indonesia yang sudah bekerja di perusahaan lama dianggap sudah memiliki pengalaman lebih karena skalanya sudah besar,” jelasnya.

Untuk menyiasati hal tersebut, Bukalapak merekrut talenta digital lokal yang sudah pernah bekerja di luar negeri disandingkan dengan mereka yang punya pengalaman bekerja hanya di Indonesia. Dengan demikian mereka dapat saling belajar.

Ibrahim yakin pengalaman bisa dikejar. Bicara penghasilan, Ibrahim enggan menyebut secara spesifik. Dia hanya menjelaskan bahwa kompensasi besar telah diberikan Bukalapak untuk menghadirkan dirinya ke Bukalapak untuk berbagi pengalaman dengan engineer di sini.

Revolusi 4.0 juga dikenal dengan era data, semua hal dapat diselesaikan hanya karena data. Maka Geraldine Chia diplot sebagai chief data & analytics officer startup Moka yang memiliki peran penting dalam pengolahan data dan mendukung kesuksesan Moka.

Sebagai seorang wanita yang berkecimpung di dunia data s cience, yang notabene dihuni banyak pria, Geraldine menjadi sosok yang tangguh dan memahami bagaimana cara mewujudkan mimpinya. Sebelum di Moka, Geraldine adalah seorang VP of analytics di Lazada, Singapura.

Sebagai seorang VP of analytics, dia bekerja bersama seluruh tim data analytics dari berbagai negara, khususnya di Asia seperti Filipina, Indonesia, dan Singapura. Ia sangat menikmati bekerja dengan data.

Bahkan sebelumnya dia juga sempat bekerja di Yahoo dan Disney saat tinggal di Amerika Serikat setelah menyelesaikan pendidikan keduanya di Stanford University. Sebagai data scientist, Geraldine harus mengidentifikasi suatu masalah, menghadirkan solusi atas permasalahan tersebut, dan memberikan sebuah penjelasan yang dapat dengan mudah dipahami orang lain.

Dari situlah awal mula kecintaannya pada dunia data science. Diperusahaan-perusahaan besar tersebut ia belajar untuk me mahami perilaku pengguna (userís behaviour) untuk dapat memahami pengambilan keputusan yang tepat. Berangkat dari situ, dia melanjutkan kecintaannya pada data serta memutuskan untuk menjadi seorang yang ahli di dunia data science. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7875 seconds (0.1#10.140)