Ekonom: Hasil Quick Count Penyebab Rupiah Perkasa
A
A
A
JAKARTA - Hasil hitung cepat (quick count) pemungutan suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 menurut Ekonom Bank Permata Joshua Pardede, memberikan efek positif terhadap kurs rupiah untuk melaju di zona hijau. Sejauh ini Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden (Paslon) nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin terpantau masih unggul dalam quick count untuk jadi pendorong dalam pasar keuangan.
Lebih lanjut terang Joshua, lantaran investor lebih yakin dengan Presiden selanjutnya yang akan memimpin Indonesia untuk lima tahun kedepan. "Dalam negeri hasil result quick qount sebagian besar mengunggulkan dan menyimpulkan Joko widodo yang menang. Sehingga ini memberikan confindent bagi pasar, terlebih Pemilu berjalan dengan damai, jadi pertimbangan pelaku," ujar Joshua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (18/4/2019).
Selain faktor domestik, penguatann rupiah juga imbas dari sentimen global dimana salah satu perilisan data internal China yang membuat mata uang lokal semakin percaya diri. Sebelumnya Negeri Tirai Bambu -julukan China- merilis pertumbuhan ekonomi yang melaju stabil pada level 6,4% seiring peningkatan tajam dalam output pabrik, dengan produksi industri melonjak menjadi 8,5% pada bulan Maret.
"Rupiah dan penguatan mata uang asing lainnya memang karena data perdagangan internal tiongkok, untuk mendorong pasar mata uang Asia. Dimana data tersebut direspon posotif oleh investor," jelasnya.
Sebelumnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan, Kamis (18/4/2019) melanjutkan tren positif meski dengan penguatan terbatas. Tren pemulihan kurs rupiah mengiringi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) siang yang kokoh berdiri di zona hijau.
Menurut Yahoo Finance, rupiah hingga perdagangan sesi I berada di posisi Rp14.035/USD atau sedikit terkoreksi dari pembukaan pagi tadi, namun masih membaik dari kemarin Rp14.080/USD. Sementara berdasarkan data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah tertahan dengan perbaikan pada level Rp14.016/USD.
Lebih lanjut terang Joshua, lantaran investor lebih yakin dengan Presiden selanjutnya yang akan memimpin Indonesia untuk lima tahun kedepan. "Dalam negeri hasil result quick qount sebagian besar mengunggulkan dan menyimpulkan Joko widodo yang menang. Sehingga ini memberikan confindent bagi pasar, terlebih Pemilu berjalan dengan damai, jadi pertimbangan pelaku," ujar Joshua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (18/4/2019).
Selain faktor domestik, penguatann rupiah juga imbas dari sentimen global dimana salah satu perilisan data internal China yang membuat mata uang lokal semakin percaya diri. Sebelumnya Negeri Tirai Bambu -julukan China- merilis pertumbuhan ekonomi yang melaju stabil pada level 6,4% seiring peningkatan tajam dalam output pabrik, dengan produksi industri melonjak menjadi 8,5% pada bulan Maret.
"Rupiah dan penguatan mata uang asing lainnya memang karena data perdagangan internal tiongkok, untuk mendorong pasar mata uang Asia. Dimana data tersebut direspon posotif oleh investor," jelasnya.
Sebelumnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan, Kamis (18/4/2019) melanjutkan tren positif meski dengan penguatan terbatas. Tren pemulihan kurs rupiah mengiringi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) siang yang kokoh berdiri di zona hijau.
Menurut Yahoo Finance, rupiah hingga perdagangan sesi I berada di posisi Rp14.035/USD atau sedikit terkoreksi dari pembukaan pagi tadi, namun masih membaik dari kemarin Rp14.080/USD. Sementara berdasarkan data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah tertahan dengan perbaikan pada level Rp14.016/USD.
(akr)