Megaproyek Kilang Pertamina Dukung Peningkatan TKDN
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menegaskan, megaproyek kilang pengolahan minyak berkonsep ramah lingkungan yang tengah dibangun BUMN energi tersebut akan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Proyek-proyek kilang tersebut adalah Proyek Perluasan (Refinery Development Master Plan/RDMP) Kilang Minyak Refinery Unit (RU) V Balikpapan, Proyek RDMP RU IV Cilacap, dan Proyek RDMP RU VI Balongan, Proyek RDMP RU II Dumai.
Kemudian, Proyek Pembangunan Kilang Baru (Grass Root Refinery/GRR) Tuban serta Proyek Pembangunan Kilang Minyak dan Petrokimia Bontang, Proyek Langit Biru RU IV Cilacap (PLBC), dan Proyek Pengembangan Green Refinery RU III Plaju.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, melalui program RDMP dan GRR tersebut, Pertamina ikut mendorong kemajuan teknologi kilang dan industri petrokimia di Indonesia.
"Hal tersebut juga mendorong peningkatan TKDN, yang selalu ditekankan oleh pemerintah," katanya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Tallulembang mengatakan, untuk proyek kilang ramah lingkungan yang telah berjalan dan hampir selesai di RU IV Cilacap saat ini yaitu PLBC, nilai TKDN-nya mencapai 33% dari nilai keseluruhan investasi proyek PLBC sekitar Rp992 miliar.
Sedangkan untuk RDMP Balikpapan yang telah memasuki fase konstruksi (EPC) diperkirakan nilai TKDN-nya mencapai 35% dari keseluruhan nilai investasi yang sekitar Rp24 triliun. Salah satu komponen TKDN yang dipergunakan, jelas dia, adalah pemanfaatan tenaga kerja lokal dan daerah setempat untuk melaksanakan proyek RDMP dan GRR tersebut.
"Saat ini, Pertamina telah melakukan program pelatihan tenaga kerja di Kalimantan Timur untuk mendukung proyek RDMP Balikpapan yang telah dimulai sejak Agustus 2018 dengan total peserta pelatihan tenaga HSE yang telah tersertifikasi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) mencapai 924 orang," jelasnya. Tahun ini, sambung dia, direcanakan kembali pelatihan untuk 1.400 orang tenaga pendukung proyek RDMP Balikpapan.
Demikian pula, untuk proyek GRR Tuban, Pertamina akan menggunakan tenaga kerja setempat yang akan dilatih untuk menjadi tenaga kerja di proyek tersebut. Pada Maret 2019 lalu, sudah ada 111 tenaga kerja setempat dilatih untuk mendapatkan pengetahuan K3 dasar, security, dan safetyman. "Tahun 2019 ini ditargetkan akan ada 360 orang tenaga kerja pendukung proyek GRR Tuban yang akan dilatih," tuturnya.
Sedangkan untuk Proyek Green Refinery RU III, nilai TKDN juga didorong oleh penyerapan sawit dalam negeri sebagai bahan baku utama yang akan diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan.
Tallulembang menambahkan, megaproyek kilang yang ditargetkan rampung secara keseluruhan pada 2026 tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar dari saat ini sekitar 600.000 barel per hari (bph) menjadi 1,7 juta bph.
"Peningkatan produksi bahan bakar tersebut selain mengurangi volume impor dan berdampak positif pada devisa negara, tentunya akan mendukung ketahanana dan kemandirian energi," ujarnya.
Dia menambahkan, selain mendongkrak kapasitas produksi bahan bakar dalam negeri, proyek-proyek kilang tersebut juga akan menghasilkan produk bahan bakar bernilai tinggi yang ramah lingkungan dengan standar Euro 5 atau meningkat dari saat ini Euro 2. Di samping itu, megaproyek tersebut akan memproduksi produk petrokimia sebesar 6,6 juta ton per tahun, sehingga juga mengurangi impor produk strategis tersebut.
Tallulembang menjelaskan, pemerintah sudah banyak memberikan dukungan untuk RDMP dan GRR di antaranya menjadikannya sebagai proyek strategis nasional (PSN) melalui Perpres No 146 Tahun 2015 dan Perpres No 56 Tahun 2018 serta dituangkan pula dalam sejumlah Kepmen ESDM untuk RDMP Cilacap dan Balikpapan serta GRR Bontang dan Tuban.
"Dukungan lain adalah pemberian fasilitas tax holiday dan kemudahan perizinan untuk mendirikan JV (perusahaan patungan) seperti saat pendirian JV PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) untuk proyek GRR Tuban," ujarnya.
Proyek-proyek kilang tersebut adalah Proyek Perluasan (Refinery Development Master Plan/RDMP) Kilang Minyak Refinery Unit (RU) V Balikpapan, Proyek RDMP RU IV Cilacap, dan Proyek RDMP RU VI Balongan, Proyek RDMP RU II Dumai.
Kemudian, Proyek Pembangunan Kilang Baru (Grass Root Refinery/GRR) Tuban serta Proyek Pembangunan Kilang Minyak dan Petrokimia Bontang, Proyek Langit Biru RU IV Cilacap (PLBC), dan Proyek Pengembangan Green Refinery RU III Plaju.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, melalui program RDMP dan GRR tersebut, Pertamina ikut mendorong kemajuan teknologi kilang dan industri petrokimia di Indonesia.
"Hal tersebut juga mendorong peningkatan TKDN, yang selalu ditekankan oleh pemerintah," katanya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Tallulembang mengatakan, untuk proyek kilang ramah lingkungan yang telah berjalan dan hampir selesai di RU IV Cilacap saat ini yaitu PLBC, nilai TKDN-nya mencapai 33% dari nilai keseluruhan investasi proyek PLBC sekitar Rp992 miliar.
Sedangkan untuk RDMP Balikpapan yang telah memasuki fase konstruksi (EPC) diperkirakan nilai TKDN-nya mencapai 35% dari keseluruhan nilai investasi yang sekitar Rp24 triliun. Salah satu komponen TKDN yang dipergunakan, jelas dia, adalah pemanfaatan tenaga kerja lokal dan daerah setempat untuk melaksanakan proyek RDMP dan GRR tersebut.
"Saat ini, Pertamina telah melakukan program pelatihan tenaga kerja di Kalimantan Timur untuk mendukung proyek RDMP Balikpapan yang telah dimulai sejak Agustus 2018 dengan total peserta pelatihan tenaga HSE yang telah tersertifikasi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) mencapai 924 orang," jelasnya. Tahun ini, sambung dia, direcanakan kembali pelatihan untuk 1.400 orang tenaga pendukung proyek RDMP Balikpapan.
Demikian pula, untuk proyek GRR Tuban, Pertamina akan menggunakan tenaga kerja setempat yang akan dilatih untuk menjadi tenaga kerja di proyek tersebut. Pada Maret 2019 lalu, sudah ada 111 tenaga kerja setempat dilatih untuk mendapatkan pengetahuan K3 dasar, security, dan safetyman. "Tahun 2019 ini ditargetkan akan ada 360 orang tenaga kerja pendukung proyek GRR Tuban yang akan dilatih," tuturnya.
Sedangkan untuk Proyek Green Refinery RU III, nilai TKDN juga didorong oleh penyerapan sawit dalam negeri sebagai bahan baku utama yang akan diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan.
Tallulembang menambahkan, megaproyek kilang yang ditargetkan rampung secara keseluruhan pada 2026 tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar dari saat ini sekitar 600.000 barel per hari (bph) menjadi 1,7 juta bph.
"Peningkatan produksi bahan bakar tersebut selain mengurangi volume impor dan berdampak positif pada devisa negara, tentunya akan mendukung ketahanana dan kemandirian energi," ujarnya.
Dia menambahkan, selain mendongkrak kapasitas produksi bahan bakar dalam negeri, proyek-proyek kilang tersebut juga akan menghasilkan produk bahan bakar bernilai tinggi yang ramah lingkungan dengan standar Euro 5 atau meningkat dari saat ini Euro 2. Di samping itu, megaproyek tersebut akan memproduksi produk petrokimia sebesar 6,6 juta ton per tahun, sehingga juga mengurangi impor produk strategis tersebut.
Tallulembang menjelaskan, pemerintah sudah banyak memberikan dukungan untuk RDMP dan GRR di antaranya menjadikannya sebagai proyek strategis nasional (PSN) melalui Perpres No 146 Tahun 2015 dan Perpres No 56 Tahun 2018 serta dituangkan pula dalam sejumlah Kepmen ESDM untuk RDMP Cilacap dan Balikpapan serta GRR Bontang dan Tuban.
"Dukungan lain adalah pemberian fasilitas tax holiday dan kemudahan perizinan untuk mendirikan JV (perusahaan patungan) seperti saat pendirian JV PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) untuk proyek GRR Tuban," ujarnya.
(fjo)