China Berupaya Hapus Kekhawatiran Risiko Utang di Jalur Sutra Modern
A
A
A
BEIJING - China berupaya untuk menghilangkan kritikan terhadap pembangunan Belt and Road initiative atau Jalur Sutra Modern untuk meningkatkan perdagangan dan investasi tersebut dinilai telah menciptakan beban keuangan yang berat bagi beberapa negara. Menteri Keuangan China Liu Kun mengungkapkan, China bertujuan untuk membuat inisiatif Belt and Road yang berkelanjutan dan mencegah risiko utang,
Seperti diketahui kebijakan yang diusung oleh Presiden China Xi Jinping telah terperosok dalam kontroversi, dengan beberapa negara mitra mengeluhkan tingginya biaya proyek, meskipun China telah berulang kali mengatakan tidak berusaha menjebak siapa pun dengan utang. Pihak barat cenderung melihatnya sebagai sarana untuk menyebarkan pengaruh China di luar negeri, lewat cara membebani negara-negara miskin dengan hutang yang tidak berkelanjutan.
Menteri Keuangan Liu Kun, berbicara di forum untuk memulai pertemuan tiga hari Belt and Road di Beijing, mengatakan China akan membangun kerangka kerja analisis tentang keberlanjutan utang terhadap proyek-proyek Belt and Road untuk "mencegah dan menyelesaikan risiko utang. "Lembaga keuangan China, negara-negara yang terlibat dalam Belt and Road dan lembaga internasional didorong untuk menggunakan kerangka kerja ini untuk meningkatkan manajemen utang", kata Liu.
Saat sebagian besar proyek-proyek Belt dan Road terus berjalan sesuai rencana, beberapa di antaranya terkendala oleh perubahan dalam pemerintahan di negara-negara seperti Malaysia dan Maladewa. Beberapa proyek telah ditangguhkan karena alasan keuangan termasuk pembangkit listrik di Pakistan dan bandara di Sierra Leone. Beijing dalam beberapa bulan terakhir harus menolak kritik dengan mengatakan bahwa tidak ada satu negara pun yang dibebani dengan apa yang disebut "perangkap utang".
Yi Gang, Gubernur Bank Sentral China, mengatakan pada acara yang sama bahwa mata uang lokal akan digunakan untuk investasi terkait dengan rencana Belt and Road untuk mengekang risiko nilai tukar. China akan mengikuti prinsip-prinsip pasar dan mengandalkan dana komersial untuk pembiayaan Belt and Road.
Lebih lanjut Yi juga menambahkan bahwa China akan meningkatkan transparansi untuk proyek-proyek tersebut. "Kita harus memperkuat utang dan manajemen risiko. Kita harus secara objektif dan sepenuhnya memahami masalah utang negara-negara berkembang. Keputusan investasi harus mengendalikan risiko secara efektif dan sepenuhnya mempertimbangkan kapasitas utang keseluruhan negara dan memastikan utang itu berkelanjutan," lanjutnya.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap utang, rancangan yang dilihat oleh Reuters mengatakan bahwa 37 pemimpin dunia yang menghadiri KTT akan setuju untuk memproyeksikan pembiayaan yang menghormati tujuan utang global dan mendorong pertumbuhan hijau.
Pejabat pemerintah China dan kepala badan usaha milik negara seperti China National Petroleum Corp dan China Communications Construction Corp mengatakan dalam forum terpisah bahwa mereka akan lebih memperhatikan pelestarian dan perlindungan lingkungan. Mereka juga berjanji untuk melakukan proyek-proyek berkualitas lebih tinggi yang akan mempekerjakan lebih banyak staf lokal dan menanggapi kebutuhan negara-negara penerima.
Jose Vinals, ketua Standard Chartered Bank, berharap melihat inisiatif lebih fokus pada kualitas dan multilateralisme, serta mengatakan bahwa banyak proyek tetap bilateral dalam arti bahwa mereka melibatkan pemerintah China dan perusahaan yang berhubungan langsung dengan negara-negara penerima.
Lebih banyak peluang harus diberikan kepada negara lain serta sektor swasta untuk berperan, katanya, seraya menambahkan bahwa keterlibatan bilateral cenderung memiliki transparansi yang lebih rendah dan tingkat tata kelola yang lebih rendah, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas proyek. "Sangat penting untuk menekankan kualitas proyek daripada kuantitas proyek," katanya.
Seperti diketahui kebijakan yang diusung oleh Presiden China Xi Jinping telah terperosok dalam kontroversi, dengan beberapa negara mitra mengeluhkan tingginya biaya proyek, meskipun China telah berulang kali mengatakan tidak berusaha menjebak siapa pun dengan utang. Pihak barat cenderung melihatnya sebagai sarana untuk menyebarkan pengaruh China di luar negeri, lewat cara membebani negara-negara miskin dengan hutang yang tidak berkelanjutan.
Menteri Keuangan Liu Kun, berbicara di forum untuk memulai pertemuan tiga hari Belt and Road di Beijing, mengatakan China akan membangun kerangka kerja analisis tentang keberlanjutan utang terhadap proyek-proyek Belt and Road untuk "mencegah dan menyelesaikan risiko utang. "Lembaga keuangan China, negara-negara yang terlibat dalam Belt and Road dan lembaga internasional didorong untuk menggunakan kerangka kerja ini untuk meningkatkan manajemen utang", kata Liu.
Saat sebagian besar proyek-proyek Belt dan Road terus berjalan sesuai rencana, beberapa di antaranya terkendala oleh perubahan dalam pemerintahan di negara-negara seperti Malaysia dan Maladewa. Beberapa proyek telah ditangguhkan karena alasan keuangan termasuk pembangkit listrik di Pakistan dan bandara di Sierra Leone. Beijing dalam beberapa bulan terakhir harus menolak kritik dengan mengatakan bahwa tidak ada satu negara pun yang dibebani dengan apa yang disebut "perangkap utang".
Yi Gang, Gubernur Bank Sentral China, mengatakan pada acara yang sama bahwa mata uang lokal akan digunakan untuk investasi terkait dengan rencana Belt and Road untuk mengekang risiko nilai tukar. China akan mengikuti prinsip-prinsip pasar dan mengandalkan dana komersial untuk pembiayaan Belt and Road.
Lebih lanjut Yi juga menambahkan bahwa China akan meningkatkan transparansi untuk proyek-proyek tersebut. "Kita harus memperkuat utang dan manajemen risiko. Kita harus secara objektif dan sepenuhnya memahami masalah utang negara-negara berkembang. Keputusan investasi harus mengendalikan risiko secara efektif dan sepenuhnya mempertimbangkan kapasitas utang keseluruhan negara dan memastikan utang itu berkelanjutan," lanjutnya.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap utang, rancangan yang dilihat oleh Reuters mengatakan bahwa 37 pemimpin dunia yang menghadiri KTT akan setuju untuk memproyeksikan pembiayaan yang menghormati tujuan utang global dan mendorong pertumbuhan hijau.
Pejabat pemerintah China dan kepala badan usaha milik negara seperti China National Petroleum Corp dan China Communications Construction Corp mengatakan dalam forum terpisah bahwa mereka akan lebih memperhatikan pelestarian dan perlindungan lingkungan. Mereka juga berjanji untuk melakukan proyek-proyek berkualitas lebih tinggi yang akan mempekerjakan lebih banyak staf lokal dan menanggapi kebutuhan negara-negara penerima.
Jose Vinals, ketua Standard Chartered Bank, berharap melihat inisiatif lebih fokus pada kualitas dan multilateralisme, serta mengatakan bahwa banyak proyek tetap bilateral dalam arti bahwa mereka melibatkan pemerintah China dan perusahaan yang berhubungan langsung dengan negara-negara penerima.
Lebih banyak peluang harus diberikan kepada negara lain serta sektor swasta untuk berperan, katanya, seraya menambahkan bahwa keterlibatan bilateral cenderung memiliki transparansi yang lebih rendah dan tingkat tata kelola yang lebih rendah, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kualitas proyek. "Sangat penting untuk menekankan kualitas proyek daripada kuantitas proyek," katanya.
(akr)