Suku Bunga Ditahan, Dunia Usaha Sulit Andalkan Modal dari Bank
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 6% yang diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan pekan ini. Selain mempertahankan suku bunga acuan, BI juga memutuskan menahan suku bunga deposit facility di angka 5,25% dan lending facility 6,75%
Ekonom Indef Bhima Yudisthira mengatakan, keputusan ini memiliki sisi negatif yang cukup banyak. Menurut dia, suku bunga yang tetap tak membantu dunia usaha. Pengusaha dalam negeri, kata dia, telah mengalami kenaikan biaya pinjaman (cost of borrowing) karena bunga bank telah naik 175 basis poin (bps) sejak tahun lalu.
"Bunga kredit yang mahal menghambat ekspansi pelaku usaha, khususnya yang mengandalkan modal dari perbankan," ujar Bhima saat dihubungi SINDONews.
Selain itu, suku bunga yang mahal menurutnya juga bersifat kontraktif terhadap konsumsi rumah tangga. Dia memperkirakan konsumsi di kuartal I/2019 akan stagnan di kisaran 5%.
"Karena konsumsi kontribusinya 57% terhadap produk domestik bruto (PDB), maka prilaku masyarakat yang menahan konsumsi bisa membuat ekonomi stagnan di 5,1%," jelasnya.
Bhima menyebutkan, tren di semester II jika kondisi makro ekonomi relatif stabil, BI bisa menurunkan bunga sebesar 25-50 bps. Langkah dari the Fed menurutya juga akan berpengaruh signifikan terhadap keputusan BI. "Kita lihat nanti apakah BI berani ahead the curves dan pre-emptives atau justru follow the Fed," pungkasnya.
Ekonom Indef Bhima Yudisthira mengatakan, keputusan ini memiliki sisi negatif yang cukup banyak. Menurut dia, suku bunga yang tetap tak membantu dunia usaha. Pengusaha dalam negeri, kata dia, telah mengalami kenaikan biaya pinjaman (cost of borrowing) karena bunga bank telah naik 175 basis poin (bps) sejak tahun lalu.
"Bunga kredit yang mahal menghambat ekspansi pelaku usaha, khususnya yang mengandalkan modal dari perbankan," ujar Bhima saat dihubungi SINDONews.
Selain itu, suku bunga yang mahal menurutnya juga bersifat kontraktif terhadap konsumsi rumah tangga. Dia memperkirakan konsumsi di kuartal I/2019 akan stagnan di kisaran 5%.
"Karena konsumsi kontribusinya 57% terhadap produk domestik bruto (PDB), maka prilaku masyarakat yang menahan konsumsi bisa membuat ekonomi stagnan di 5,1%," jelasnya.
Bhima menyebutkan, tren di semester II jika kondisi makro ekonomi relatif stabil, BI bisa menurunkan bunga sebesar 25-50 bps. Langkah dari the Fed menurutya juga akan berpengaruh signifikan terhadap keputusan BI. "Kita lihat nanti apakah BI berani ahead the curves dan pre-emptives atau justru follow the Fed," pungkasnya.
(fjo)