Menpar Targetkan Pariwisata Hasilkan Devisa Rp246,4 Triliun

Senin, 29 April 2019 - 20:03 WIB
Menpar Targetkan Pariwisata Hasilkan Devisa Rp246,4 Triliun
Menpar Targetkan Pariwisata Hasilkan Devisa Rp246,4 Triliun
A A A
JAKARTA - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menargetkan sektor pariwisata Indonesia mampu menghasilkan devisa sebesar USD17,6 miliar atau sekitar Rp246,4 triliun, melampaui devisa dari sawit yang selama ini menjadi yang terbesar.

"Pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tumbuh sebesar 25,6%. Naik signifikan dari tahun 2018 yang tumbuh 13%. Artinya naik dua kali lipat, dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan di ASEAN yang hanya 7%," ujar Menpar di Jakarta, Senin (29/4/2019).

Oleh karena itu, ia menargetkan sektor pariwisata bisa menjadi penghasil devisa terbesar dengan angka proyeksi USD17,6 miliar. Angka tersebut mengalahkan devisa dari Crude Palm Oil (CPO) sebesar USD16 miliar

Menpar mengatakan, Kementerian Pariwisata memiliki tiga strategi pada 2019 yaitu pengembangan pemasaran, pengembangan destinasi, dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) sektor pariwisata.

"Di bidang pemasaran kami 70% menggunakan digital karena saat ini sudah era digital. Costumer kita juga 70% sudah menggunakan digital. Tidak hanya itu, kini juga ada juga crossborder tourism, low cost carrier terminal, dan tourism hub," ujar Menpar.

Untuk pengembangan destinasi, lanjut dia, pemerintah Indonesia sudah menetapkan 10 destinasi prioritas. Dari 10 destinasi itu empat telah ditetapkan menjadi destinasi super prioritas yang akan dipercepat pengembangannya, yaitu, Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo. "Sementara untuk SDM, pada 2019 kami targetkan ada 500.000 orang yang tersertifikasi level ASEAN," tambahnya.

Terkait tantangan dari sektor pariwisata pada 2019, Menpar Arief mengatakan kebijakan tarif di industri penerbangan sangat mempengaruhi sektor pariwisata. Dia berharap ada price elasticity atau harga yang fleksibel.

Menurut dia, jika harga tiket untuk penerbangan domestik naik, secara otomatis akan berpengaruh pada permintaan tiket. Turunnya jumlah permintaan tiket tersebut kemudian bisa berdampak pada sektor pariwisata di Indonesia.

"Kalau ingin menaikkan tarif jangan langsung besar dan mendadak. Sesuatu yang mendadak dan besar dampaknya relatif tidak bagus apalagi kalau itu kenaikan harga suatu barang atau jasa. Jadi kalau mau naik 100% proyeksikan saja naiknya secara bertahap," cetusnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6001 seconds (0.1#10.140)