Berbisnis Online, Konsumen Indonesia Mementingkan Keamanan
A
A
A
JAKARTA - Semakin meningkatnya interaksi organisasi dan konsumen di saluran-saluran digital, membuat kedua belah pihak harus menemukan cara untuk membangun kepercayaan satu sama Iain. Berdasarkan pengamatan terhadap 6.000 konsumen dan 590 bisnis di seluruh Asia Pasifik (APAC), dari Experian’s Global Identity and Fraud Report edisi APAC menyoroti bahwa hubungan saling percaya secara online adalah atas dasar saling memberikan lingkungan yang aman dan pengalaman konsumen untuk berbisnis tanpa batas.
Sejumlah 504 konsumen dan 53 bisnis dari Indonesia ikut serta dalam penelitian ini. Laporan menemukan bahwa mayoritas (77%) konsumen Indonesia menilai 'keamanan’ sebagai unsur terpenting dari pengalaman online, diikuti oleh kenyamanan (17%) dan personalisasi (6%).
Penilaian konsumen Indonesia yang menekankan pada keamanan serupa dengan di Malaysia, dan menempati peringkat kedua tertinggi di APAC setelah China (83%). Laporan tersebut juga menemukan bahwa 40% bisnis Indonesia pernah mengalami peningkatan kerugian terkait penipuan online selama lebih dari 12 bulan.
Kerugian itu termasuk juga serangan pembajakan dan pembukaan akun palsu. Akibatnya, 77% konsumen Indonesia yang disurvei, atau tertinggi di APAC, kenyamanan yang tak tertandingi dalam masyarakat digital kini adalah privasi.
Lima puluh persen dari bisnis di Indonesia menyatakan bahwa mereka mengumpulkan data personalisasi untuk menciptakan pengalaman pengguna, produk target dan penawaran-penawaran yang disesuaikan.
”Dengan interaksi antara bisnis dan konsumen yang kian meningkat terjadi melalui saluran digital, membangun lingkungan yang aman dan saling percaya seharusnya menjadi prioritas utama," ujar Managing Director Decision Analytics dan Business Information untuk Experian Asia Pasifik Mohan Jayaraman di Jakarta, Jumat (3/5)
Hal tersebut akan menjadi keharusan bagi para pemimpin bisnis untuk menanamkan modal pada verifikasi identitas dan kemampuan manajemen penipuan untuk menyadari potensi penuh dari ekonomi digital Indonesia. "50% dari bisnis di Indonesia menyatakan bahwa mereka mengumpulkan data personalisasi untuk menciptakan pengalaman pengguna, produk target dan penawaran-penawaran yang disesuaikan," katanya
Data merupakan hal yang vital bagi ciri khas tanpa batas pada layanan digital di Indonesia. Berdasarkan Iaporan e-Conom SEA 2018 dari GoogIe-Temasek, Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi internet terbesar dan tercepat di kawasan itu. Pertumbuhan ini diperkirakan mencapai USD100 miliar di tahun 2025 dan didukung oleh basis pengguna terbesar di Asia Tenggara.
Selain kenyamanan konsumen, pembangunan data positif juga akan menjadi vital untuk mendorong potensi digital Indonesia dan Visi Go Digital 2020 diantisipasi akan mendorong keseluruhan pertumbuhan negara ini melalui digitalisasi.
Sementara metode keamanan yang saat ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan masih tradisional, temuan Iaporan mengungkap bahwa teknologi-teknologi baru dan solusi otentikasi lanjutan sangat diminati oleh konsumen. Bahkan, konsumen Indonesia yang sudah bersentuhan dengan biometrik fisik dan perilaku saat melakukan aktivitas perbankan online menampilkan kepercayaan diri pada langkah-Iangkah keamanan 76% memiliki kepercayaan diri tinggi pada biometrik perilaku.
Sejumlah 504 konsumen dan 53 bisnis dari Indonesia ikut serta dalam penelitian ini. Laporan menemukan bahwa mayoritas (77%) konsumen Indonesia menilai 'keamanan’ sebagai unsur terpenting dari pengalaman online, diikuti oleh kenyamanan (17%) dan personalisasi (6%).
Penilaian konsumen Indonesia yang menekankan pada keamanan serupa dengan di Malaysia, dan menempati peringkat kedua tertinggi di APAC setelah China (83%). Laporan tersebut juga menemukan bahwa 40% bisnis Indonesia pernah mengalami peningkatan kerugian terkait penipuan online selama lebih dari 12 bulan.
Kerugian itu termasuk juga serangan pembajakan dan pembukaan akun palsu. Akibatnya, 77% konsumen Indonesia yang disurvei, atau tertinggi di APAC, kenyamanan yang tak tertandingi dalam masyarakat digital kini adalah privasi.
Lima puluh persen dari bisnis di Indonesia menyatakan bahwa mereka mengumpulkan data personalisasi untuk menciptakan pengalaman pengguna, produk target dan penawaran-penawaran yang disesuaikan.
”Dengan interaksi antara bisnis dan konsumen yang kian meningkat terjadi melalui saluran digital, membangun lingkungan yang aman dan saling percaya seharusnya menjadi prioritas utama," ujar Managing Director Decision Analytics dan Business Information untuk Experian Asia Pasifik Mohan Jayaraman di Jakarta, Jumat (3/5)
Hal tersebut akan menjadi keharusan bagi para pemimpin bisnis untuk menanamkan modal pada verifikasi identitas dan kemampuan manajemen penipuan untuk menyadari potensi penuh dari ekonomi digital Indonesia. "50% dari bisnis di Indonesia menyatakan bahwa mereka mengumpulkan data personalisasi untuk menciptakan pengalaman pengguna, produk target dan penawaran-penawaran yang disesuaikan," katanya
Data merupakan hal yang vital bagi ciri khas tanpa batas pada layanan digital di Indonesia. Berdasarkan Iaporan e-Conom SEA 2018 dari GoogIe-Temasek, Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi internet terbesar dan tercepat di kawasan itu. Pertumbuhan ini diperkirakan mencapai USD100 miliar di tahun 2025 dan didukung oleh basis pengguna terbesar di Asia Tenggara.
Selain kenyamanan konsumen, pembangunan data positif juga akan menjadi vital untuk mendorong potensi digital Indonesia dan Visi Go Digital 2020 diantisipasi akan mendorong keseluruhan pertumbuhan negara ini melalui digitalisasi.
Sementara metode keamanan yang saat ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan masih tradisional, temuan Iaporan mengungkap bahwa teknologi-teknologi baru dan solusi otentikasi lanjutan sangat diminati oleh konsumen. Bahkan, konsumen Indonesia yang sudah bersentuhan dengan biometrik fisik dan perilaku saat melakukan aktivitas perbankan online menampilkan kepercayaan diri pada langkah-Iangkah keamanan 76% memiliki kepercayaan diri tinggi pada biometrik perilaku.
(akr)