Sektor Pertanian Dongkrak Pertumbuhan PDB Kuartal I/2019
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2019 sebesar 5,07% secara year on year (YoY). Tercatat, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di sektor pertanian pada kuartal ini positif atau mengalami peningkatan dengan kontribusi sebesar 1,81%.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2019 terhadap kuartal sebelumnya diwarnai faktor musiman. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tercatat tumbuh ekspansif sebesar 14,10%," ungkap Kepala BPS, Suhariyanto di Jakarta Senin, (6/5/2019).
Pertumbuhan sektor pertanian tercatat lebih besar dari sektor kehutanan dan perikanan, yakni 19,67%, dibanding sektor kehutanan yang pertumbuhannya minus 10,58% dan sektor perikanan yang hanya tumbuh 1,85%.
Berangkat dari hal ini, Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang Sugiharto menilai keliru jika pertumbuhan ekonomi pada kuartal I dikatakan melempem karena disebabkan pertumbuhan PDB sektor pertanian yang negatif.
Secara umum, tegas dia, baik itu sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi secara year on year (YoY) sudah sangat jelas positif yakni 1,81%.
"Kalau membandingkannya dengan pertumbuhan PDB sektor pertanian pada kuartal I/2018 yang tumbuh sebesar 3,34% sepertinya tidak tepat. Karena di tahun lalu, musim puncak panen padi terjadi bulan Maret, tapi di tahun ini justru di bulan April," jelasnya.
Pergeseran puncak panen inilah salah satu faktor yang berperan signifikan menyebabkan pertumbuhan PDB kuartal I tahun ini lebih rendah dibanding tahun lalu.
Bambang juga menyayangkan cara pandang kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDB yang hanya dilihat dari PDB subsektor tanaman pangan. Padahal, tegas dia, sektor lainnya tumbuh lebih besar salah satunya sektor peternakan yang mampu tumbuh 7,95% (YoY) atau lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 3,94%.
"Lagi pula, sangat dangkal analisanya menilai kinerja sektor pertanian hanya di kuartal I/2019 saja. Lihatlah kenaikan PDB sektor pertanian dari tahun ke tahun sebagai indikator keberhasilan pembangunan pertanian," tambahnya.
Selama periode 2013-2017, akumulasi tambahan nilai PDB Sektor pertanian yang mampu dihasilkan mencapai Rp1.375 triliun atau naik 47% dibandingkan dengan tahun 2013. Selanjutnya, pada tahun 2018 ini, nilai PDB mencapai Rp395,7 triliun dibandingkan kuartal III/2018 yang hanya Rp375,8 triliun.
Selain tumbuh positif, sambung Bambang, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional juga semakin penting dan strategis, hal ini terlihat dari kontribusinya yang semakin meningkat. Pada tahun 2014, sektor pertanian (termasuk kehutanan dan perikanan) berkontribusi sekitar 13,14% terhadap ekonomi nasional dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 13,53%.
"Kalau diperhitungkan dengan industri agro dan penyediaan makanan dan minuman yang berbasis bahan baku pertanian, kontribusinya bisa mencapai 25,84%. Dan ini berdampak pada perekonomian skala nasional," katanya.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2019 terhadap kuartal sebelumnya diwarnai faktor musiman. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tercatat tumbuh ekspansif sebesar 14,10%," ungkap Kepala BPS, Suhariyanto di Jakarta Senin, (6/5/2019).
Pertumbuhan sektor pertanian tercatat lebih besar dari sektor kehutanan dan perikanan, yakni 19,67%, dibanding sektor kehutanan yang pertumbuhannya minus 10,58% dan sektor perikanan yang hanya tumbuh 1,85%.
Berangkat dari hal ini, Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang Sugiharto menilai keliru jika pertumbuhan ekonomi pada kuartal I dikatakan melempem karena disebabkan pertumbuhan PDB sektor pertanian yang negatif.
Secara umum, tegas dia, baik itu sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi secara year on year (YoY) sudah sangat jelas positif yakni 1,81%.
"Kalau membandingkannya dengan pertumbuhan PDB sektor pertanian pada kuartal I/2018 yang tumbuh sebesar 3,34% sepertinya tidak tepat. Karena di tahun lalu, musim puncak panen padi terjadi bulan Maret, tapi di tahun ini justru di bulan April," jelasnya.
Pergeseran puncak panen inilah salah satu faktor yang berperan signifikan menyebabkan pertumbuhan PDB kuartal I tahun ini lebih rendah dibanding tahun lalu.
Bambang juga menyayangkan cara pandang kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDB yang hanya dilihat dari PDB subsektor tanaman pangan. Padahal, tegas dia, sektor lainnya tumbuh lebih besar salah satunya sektor peternakan yang mampu tumbuh 7,95% (YoY) atau lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 3,94%.
"Lagi pula, sangat dangkal analisanya menilai kinerja sektor pertanian hanya di kuartal I/2019 saja. Lihatlah kenaikan PDB sektor pertanian dari tahun ke tahun sebagai indikator keberhasilan pembangunan pertanian," tambahnya.
Selama periode 2013-2017, akumulasi tambahan nilai PDB Sektor pertanian yang mampu dihasilkan mencapai Rp1.375 triliun atau naik 47% dibandingkan dengan tahun 2013. Selanjutnya, pada tahun 2018 ini, nilai PDB mencapai Rp395,7 triliun dibandingkan kuartal III/2018 yang hanya Rp375,8 triliun.
Selain tumbuh positif, sambung Bambang, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional juga semakin penting dan strategis, hal ini terlihat dari kontribusinya yang semakin meningkat. Pada tahun 2014, sektor pertanian (termasuk kehutanan dan perikanan) berkontribusi sekitar 13,14% terhadap ekonomi nasional dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 13,53%.
"Kalau diperhitungkan dengan industri agro dan penyediaan makanan dan minuman yang berbasis bahan baku pertanian, kontribusinya bisa mencapai 25,84%. Dan ini berdampak pada perekonomian skala nasional," katanya.
(fjo)